PANDANGAN KATOLIK TENTANG “RAPTURE”
Kata “rapture” berasal dari bahasa Latin yang artinya “to be caught up/ taken up” atau “diangkat”. Kata ini terdapat pada perikop 1 Tes 4:17:
“Sesudah itu kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka [para kudus] dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
Orang Katolik percaya bahwa mereka yang masih hidup pada saat kedatangan Kristus yang kedua tidak akan mengalami kematian, melainkan akan diubah dalam kemuliaan dan menyongsong (dengan ‘diangkat’) para kudus yang sudah bersama-sama dengan Kristus. Maka penyambutan Kristus di awan-awan tidak saja melibatkan para beriman yang masih hidup, namun juga para beriman yang telah meninggal. Interpretasi ini juga diimani oleh gereja Orthodox, dan sejumlah besar umat Protestan.
PANDANGAN PROTESTAN FUNDAMENTALIS TENTANG “SECRET RAPTURE”
Pada abad ke 19, di Amerika berkembang banyak aliran yang memusatkan perhatian pada keadatangan Yesus yang kedua. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikenal dengan Dispensationalism. Dispensationalism, adalah pengajaran yang dipelopori oleh John Nelson Darby (1859-1874), pemimpin sekte Kristen di Inggris, yang bernama Plymouth Brethern. Dinamakan ‘dispensationalism’ karena ia membagi sejarah manusia menjadi 7 masa dispensasi/ tahap dimana Tuhan menyatakan wahyu-Nya kepada manusia. Namun di setiap tahap, manusia gagal dalam ujian, sehingga penghakiman terjadi di akhir setiap tahap, dan tahap baru akan menyusul sesudahnya.
Kita hanya akan membahas 2 aspek saja dalam tulisannya yang berkaitan dengan rapture, yaitu: 1) pandangannya tentang kedatangan Kristus; 2) pandangannya tentang Gereja. Menurut Darby terdapat perbedaan tak terseberangi antara bangsa Israel dan Gereja, sehingga ia membagi misalnya, bahwa nubuat Perjanjian Lama hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, dan tak ada satupun untuk Gereja. Menurut para dispensationalists, karena bangsa Israel menolak pembentukan Kerajaan Mesias di dunia dengan menolak Kristus, maka Tuhan menunda pembentukan Kerajaan tersebut, dan berpaling pada bangsa-bangsa non-Yahudi. Karena itu, jam/ lonceng nubuatan Yahudi berhenti berdetak ketika Yesus wafat; dan karena itu, semua nubuatan Perjanjian Lama bagi bangsa Israel ditunda.
Setelah waktu pemenuhan bangsa-bangsa non Yahudi (Luk 21:24), menurut Darby, Yesus akan kembali dengan rahasia untuk mengangkat Gereja yang terdiri dari orang-orang beriman non-Yahudi- ke surga. Mereka akan diangkat untuk bertemu dengan Yesus di surga. Setelah kedatangan Yesus ini, dimulailah masa tujuh tahun penderitaan/ tribulation dan pengrusakan dunia, di mana Antikristus akan berjaya. Setelah tujuh tahun penderitaan, baru Yesus akan datang secara publik dan mengalahkan Antikristus.
Selanjutnya, orang-orang Yahudi akan menerima Kristus sebagai Penyelamat mereka. Kristus akan memimpin dunia selama 1000 tahun (Millennium menurut Why 20:4) yang memerintah atas bangsa Israel yang telah dipulihkan. Pada masa ini nubuatan Perjanjian Lama akan bangsa Israel akan dipenuhi. Jam nubuatan bagi Israel kembali berdetak. Israel akan kembali membentuk agama yang sesuai dengan ritual dan kurban-kurban sesuai dengan Perjanjian Lama. Inilah kerajaan yang diajarkan oleh Yesus di Injil. Israel akan menjadi bangsa pilihan Allah lagi. Maka Gereja hanya menjadi solusi sementara, ‘pengisi masa kekosongan’ sampai Israel kembali kepada Tuhan. Setelah 1000 tahun, maka setan akan dilepaskan dan segera dikalahkan, dan dunia akan sampai pada akhirnya.
Dengan ide seperti ini, maka tak heran, bahwa orang-orang Kristen Fundamentalis memiliki pandangan yang rendah tentang Gereja, sebab hanya dianggap sebagai pengisi kekosongan masa saja. Dengan berpegang pada ide di atas, maka banyak dari mereka menganggap bahwa pendirian negara Israel pada tahun 1948 adalah sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka berpendapat bahwa saat itulah maka jam nubuatan Israel kembali berdetak lagi. Israel akan kembali menjadi bangsa pilihan, “rapture” akan segera terjadi, dan para beriman yang tergabung dalam Gereja akan segera ‘diangkat’.
BEBERAPA MASALAH DARI TEORIDISPENSATIONALISM TENTANG RAPTURE
1. Kesalahpahaman pandangan tentang Gereja.
Terdapat dua kekeliruan di sini: 1) Pandangan yang menganggap bahwa Gereja hanya mengisi kekosongan demi kepentingan bangsa non- Yahudi 2) Kerajaan Allah yang dikhotbahkan Yesus adalah berkenaan dengan bangsa Israel di masa mendatang yang telah dipulihkan.
Kenapa? Karena pada Mat 4:17 Yesus berkata, “Kerajaan Allah sudah dekat.” Dan juga dalam Mat 16: 13-20 ketika Yesus mengatakan akan “mendirikan Gereja-Nya atas batu karang” (Rasul Petrus), Ia berkata, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.”
Alkitab mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus (Ef 5:23; Kol 1:24), Yerusalem yang baru (Why 21:2), kota yang beranggotakan orang-orang Kudus yang diangkat menjadi keluarga Allah, dan kota yang dibangun atas dasar para rasul dan para nabi (lihat Why 21:14 dan Ef 2:19-22), Kerajaan Surga (Mat 13), Mempelai Kristus pada akhir jaman (Why 21:9). Dan Yesus juga mengatakan akan menyertai Gereja-Nya sampai pada akhir jaman (Mat 28:20).
Maka ide bahwa Gereja hanya sebagai ‘fase yang terlewati’ sampai bangsa Israel dipulihkan sebenarnya tidak ditemukan di dalam Alkitab. Terlebih lagi, pandangan ini tidak sesuai dengan bukti biblikal yang menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah Gereja. Bahkan yang lebih menyedihkan, beberapa pendukung ajaran ini malah mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah agama yang sesat dan yang akan menjadi Antikristus- kota Babel (the Whore of Babylon) pada Why 18!
2. Kekurangpahaman akan makna sakramen, pengubahan diri kita di dalam hidup Kristus sebagai aspek penting untuk memperoleh keselamatan, dan karya Roh Kudus dalam Magisterium Gereja.
Karena pandangan yang keliru tentang Gereja, maka dengan sendirinya, para rapturist menolak sakramen-sakramen yang diberikan oleh Gereja sebagai tanda yang menyampaikan rahmat Tuhan. Dengan menolak sakramen, mereka memusatkan perhatian kepada Alkitab saja, dan terutama ayat untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dengan mulut (Rom 10:10). Tak heran, biasanya tujuan dari khotbah akhir jaman, adalah supaya seseorang dapat menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat pribadi, dan dengan demikian Tuhan membenarkan dia, dan menyelamatkannya. Supaya dengan kondisi ini, ia dapat memiliki kepastian, bahwa ia ‘pasti’ diangkat dalam “secret rapture”, jika Yesus datang kembali. Maka di sini yang digarisbawahi hanya iman.
Padahal menurut ajaran Gereja Katolik yang berpegang pada ajaran Yesus dalam Yoh 3:5, untuk diselamatkan seseorang tidak hanya harus percaya kepada Yesus dan mengaku dengan mulut, namun juga seseorang harus lahir kembali dalam air dan Roh, yaitu dengan dibaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, (Mat 28:19), dan selanjutnya hidupnya harus berubah sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu: dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik (lih. Yak 2:24) dan mengambil bagian dalam hidup ilahi (Rom 8: 10-11), yang kita terima melalui sakramen-sakramen, terutama Ekaristi.
Penolakan akan pengajaran ini menunjukkan betapa para rapturist itu tidak mengakui bahwa Roh Kudus bekerja dalam Magisterium Gereja Katolik. Namun penolakan terhadap ajaran Magisterium mengakibatkan mereka tidak memiliki keseragaman dalam pemahaman tentang rapture ini, sebab mereka hanya mengandalkan khotbah dari berbagai tokoh rapture, yang dapat mengajarkan pengajaran yang berbeda-beda.
3. Kesalahpahaman pandangan tentang Israel
Perjanjian Lama (PL) digenapi di Perjanjian Baru (PB). Peran Imamat dalam PL telah dipenuhi dalam Kristus sebagai Imam Agung yang lebih tinggi dari Harun –imam dalam PL (lihat Ibr 7:11-28). Maka segala kurban dalam PL telah digenapi di dalam kurban salib Yesus di Golgota, yang kemudian dihadirkan kembali di sepanjang segala abad dalam Sakramen Ekaristi. Maka, bangsa Israel dalam PL telah digenapi oleh Gereja dalam PB, yang disebut sebagai bangsa Israel yang baru (Gal 6:16). Nubuatan- nubuatan PL tentang Israel menemukan pemenuhannya di dalam Gereja. Jadi, tidak mungkin ada titik balik menuju bangsa Israel seperti dalam PL, sebab Gereja dalam PB adalah merupakan bangsa pilihan Allah yang baru dan kekal.
Maka pengakuan bangsa Israel secara sekular pada tahun 1948 oleh PBB yang adalah institusi non-Kristen tidak ada hubungannya dengan perjanjian bangsa Israel dengan Allah seperti pada Perjanjian Lama. Perjanjian bangsa Israel dengan Allah dalam PL terbentuk melalui perjanjian yang diberikan kepada Nabi Musa di Gunung Sinai. Oleh karena itu, Bangsa Israel adalah bangsa perjanjian. Sedangkan pembentukan Negara Israel secara sekular tidak mempunyai nilai religius yang penting bagi umat Kristen. Namun demikian, kita percaya bahwa bangsa Israel tetap ada dalam rencana Tuhan, seperti yang diajarkan oleh rasul Paulus dalam Rom 11. Suatu hari nanti mereka akan bergabung dengan Gereja dan menjadi bagian dari PB: bangsa pilihan Allah yang baru.
4. Kekeliruan dalam mengartikan 1 Tes 4
Tak ada dalam ayat 1 Tes 4 yang menyatakan kedatangan Kristus secara rahasia. Pada perikop ini yang diajarkan oleh Rasul Paulus adalah tentang kebangkitan orang mati yang terjadi pada waktu kedatangan Yesus yang kedua. Umat di Tesalonika waktu itu berduka dan cemas memikirkan keadaan umat Kristen yang meninggal sebelum kedatangan Kristus yang kedua: akankah mereka turut mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus. Maka Rasul Paulus mengajarkan bahwa mereka yang telah wafat dalam Kristus akan bangkit terlebih dahulu. Baru kemudian, umat Kristen yang masih hidup akan bergabung dengan mereka yang telah bangkit, dan “bersama-sama dengan mereka, akan bertemu dengan Tuhan di angkasa” Dengan demikian, “kita akan selalu bersama-sama dengan Tuhan.” (a.17)
Jadi perhatian Rasul Paulus yang utama adalah untuk menghibur umat di Tesalonika dengan ajaran kebenaran bahwa pada akhirnya, kita akan berjumpa dengan Yesus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tidak satupun orang, termasuk yang sudah mati akan ditinggalkan, sebab semua orang mati akan dibangkitkan. Maka para beriman yang masih hidup juga akan bergabung bersama mereka yang telah mendahului kita dan bersama dengan mereka akan mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus yang turun dari Surga ke dunia.
Rasul Paulus mengajarkan tentang satu kali kedatangan Kristus (‘coming’ not ‘comings’). Silakan lihat tabel berikut ini untuk melihat hubungan perikop 1 Tes 4:13-17 ini dengan 3 perikop yang lain, yang menunjukkan bahwa yang dijabarkan mengacu pada kejadian yang sama. Kedatangan Kristus akan diumumkan dengan seruan malaikat dan suara sangkakala, dan ini bukan “secret rapture”/ masa pengangkatan ataupun kedatangan yang rahasia. Dalam perikop ini tidak dikatakan bahwa Yesus akan datang secara rahasia untuk mengangkat orang-orang Kristen ke surga untuk menghindari mereka dari masa penderitaan selama 7 tahun.
Empat perikop yang menjabarkan tentang Kedatangan Kristus yang kedua.
1 Tes 4:13-17 | Mat 24:29-31 | 2 Tes 2:1,3,8 | 1 Kor 15 |
“kedatangan Tuhan” (a.14) | “Anak Manusia itu datang” (a.30) | “kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus” (a.1) | _ |
“penghulu malaikat berseru” (a.16) | “malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala” (a.31) | _ | _ |
“sangkakala Allah berbunyi” (a.16) | “sangkakala yang dahsyat bunyinya” (a.31) | _ | “nafiri akan berbunyi” /“nafiri terakhir” (a.52,51) |
“mereka yang mati dalam Kristus akan bangkit” (a.16) | _ | _ | “orang-orang mati akan dibangkitkan (a.52) |
“diangkat bersama-sama… menyongsong Tuhan di angkasa” (a.17) | “mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya” (a.31) | “terhimpunnya kita dengan Dia” (a.1) | |
“dalam awan” (a.17) | “di atas awan-awan” (a.30) | _ | |
[Kapankah peristiwa ini terjadi?] | “Segerasesudahsiksaan pada masa itu” (a.29) | “Sebab sebelum hari itu haruslah datang dulu murtad dan harus dinyatakan dahulu manusia durhaka (Antikristus)” (a.3) | “pada waktu bunyi nafiri yang terakhir” (a.51) |
Juga, tak kalah pentingnya, tak ada sebutan bahwa Yesus akan merubah haluan. Perhatikanlah bahwa, Yesus “akan turun dari surga.” Ia akan turun dari surga ke dunia. Tidak dikatakan bahwa Yesus akan membuat jalan putar balik (U-turn) setelah umat Kristen bertemu dengan-Nya di angkasa, lalu Ia akan kembali ke surga. Melainkan, ayat ini menjabarkan kembalinya Kristus dengan mulia ke dunia, dan kebangkitan orang mati akan terjadi bersamaan dengan hal ini. (Mengenai penjelasan U-turn ini silakan lihat Appendix- 1 di bawah artikel ini).
Dalam 1 Kor 15: 50-58, Rasul Paulus juga membahas hal yang sama. Ia mengatakan bahwa suara sangkakala di sini merupakan bunyi nafiri yang terakhir. Maka kematian akan berakhir, ”yang dapat binasa mengenakan yang tidak dapat binasa… Maut telah ditelan dalam kemenangan.” (1Kor 15:54). Jelaslah di sini bahwa Rasul Paulus mengajarkan tentang kedatangan Yesus yang kedua pada akhir jaman, di mana pada saat itu tidak ada kematian lagi.
Mat 24: 29-31 juga menjabarkan peristiwa yang sama dengan 1 Tes 4. Kedua perikop menceritakan kedatangan Kristus dalam awan-awan, dengan para malaikat dan suara sangkakala, dan pengumpulan orang-orang pilihan-Nya. [Namun para dispensationalists membedakan kedua peristiwa itu; 1 Tes 4 adalah pada waktu Yesus datang secara rahasia, dan pada Mat 24:29-31 adalah pada kedatangannya yang terakhir].
Mat 24:29-31: “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi…”
Maka karena ayat ini membahas kedatangan Yesus di akhir jaman seperti yang juga disetujui oleh para rapturist, dan karena 1 Tes 4:13-18 juga membicarakan peristiwa yang sama, maka sesungguhnya “rapture”/ pengangkatan tidak mungkin terjadi sebelum siksaan/ tribulation, tetapi segera sesudah siksaan pada saat kedatangan Yesus yang kedua.
2 Tes 2:1,3,8, juga meneguhkan bahwa “rapture” tidak terjadi sebelum siksaan tetapi sebaliknya, yaitu sesudah terjadi kesesatan/ pemberontakan dan pernyataan Antikritus/ manusia durhaka. Jadi, pengangkatan para beriman untuk bertemu dengan Kristus tidak terjadi sebelum 7 tahun siksaan/ tribulation dan kedatangan Yesus yang kedua. Sebaliknya, terjadi bersamaan dengan kedatangan Yesus yang kedua pada akhir jaman.
2 Tes 2:1,3,8: “Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia kami minta kepadamu, ….Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagimanapun juga! Sebab sebelum Hari ini haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka… tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.”
Jadi “rapture” tidak datang sebelum siksaan/ tribulation, tetapi sesudah siksaan, pemberontakan, dan Antikristus. “Rapture” itu terjadi saat sangkakala dibunyikan pada kedatangan Yesus kembali di akhir jaman.
5. Kesalahan interpretasi Mat 24:38-41
Mat 24: 38-41: “Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah….mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikianlah pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.”
Para dispensationalist mengajarkan bahwa pada ayat-ayat ini mengisahkan “rapture” yang terjadi secara rahasia. Tetapi perhatikanlah, bahwa tidak ada dalam perikop ini yang jelas mengatakan adanya pengangkatan secara rahasia. Konteksnya sangat jelas: Yesus memakai contoh ini untuk menekankan betapa tiba-tibanya dan tidak disangka-sangka-nya kedatangan-Nya yang kedua. Maka para dispensationalist membaca teks ini dengan memasukkan ide “secret rapture” ke dalamnya; dan bukannya memperoleh ide tersebut langsung dari teks tersebut.
Kalau kita melihat perikop yang parallel dalam Luk 17:22-37, Yesus juga menggunakan contoh air bah itu untuk menjelaskan kedatangan-Nya kembali yang tiba-tiba. Ia menambahkan contoh lain tentang kehancuran Sodom. Kedua contoh menggambarkan satu ciri: kedatangan-Nya yang tiba-tiba dan tak disangka-sangka.
Maka tidak ada pengajaran tentang “secret rapture”/ pengangkatan secara rahasia di sini. Tuhan Yesus memulai perikop dengan mengatakan bahwa Hari kedatangan-Nya akan terlihat jelas: “Sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya.” (Luk 17:24). Kita tahu, tak ada yang rahasia tentang kilat yang menyambar di langit. Yesus menyatakan bahwa seperti penghakiman di jaman Nabi Nuh dan Lot yang terjadi tanpa peringatan terlebih dahulu, “Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan Diri-Nya.” (Luk 17:30). Menyatakan diri adalah lawan kata dari menyembunyikan/ atau merahasiakan diri. Maka, Hari ini mengacu pada kedatangan Yesus yang diketahui secara publik, dan tiba-tiba pada akhir jaman. Kedatangan-Nya akan jelas kelihatan seperti banjir air bah, jelas seperti kehancuran kota Sodom, dan jelas seperti kilat di langit.
Beberapa rapturist mencoba memakai contoh air bah pada jaman Nabi Nuh dan kehancuran Sodom untuk mendukung teori bahwa orang-orang benar yang akan diangkat, dan orang-orang yang jahat ditinggalkan. Tetapi dalam kedua contoh itu, yang terjadi malah sebaliknya: mereka yang diangkat/ dilenyapkan adalah yang jahat. Malah yang tinggal di dunia adalah orang-orang yang benar. Ini malah bertentangan dengan teori “rapture” tersebut.
6. Kesalahpahaman berpikir bahwa misi Yesus di dunia belum selesai
Sekitar 2000 tahun yang lalu, Yesus menyelesaikan Penyelamatan kita dalam tiga tahun pelayanan-Nya kepada publik. Di Golgota, Yesus “tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai”, sehingga kata terakhir sebelum Ia wafat adalah, “Sudah selesai” (Yoh 19:28-30). Maka mengapa kemudian [seperti anggapan para dispensationalist] secara literal Ia akan kembali untuk suatu pelayanan publik yang lain selama 1000 tahun? Apakah ada sesuatu yang belum selesai? Bukankah Yesus berkata bahwa “Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33). Maka masuk akal jika pada tahun 1944, Magisterium Gereja Katolik mengeluarkan pernyataan menolak ajaran millenniarism seperti ini. Hal ini diulangi dalam KGK 676.[2]
7. Kesalahan untuk tidak melihat pernyataan kitab Wahyu 13
Para rapturist mengajarkan bahwa orang-orang kudus akan diangkat sebelum Antikristus datang dan siksaan/ tribulation terjadi. Tetapi dalam Why 13:7-8, dikatakan bahwa Antikritus (binatang buas/ the Beast) malah memerangi para kudus tersebut di dunia!
8. Kesalahpahaman dalam memandang hal penderitaan
Para rapturist mengajarkan bahwa orang beriman akan diangkat untuk dibebaskan dari siksaan dan penderitaan yang besar. Mereka gagal untuk memahami bahwa Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan dan ujian hidup adalah suatu hak istimewa bagi para pengikut Kristus (lihat Kol 1:24, Rom 8:17-18, Yak 1:2-4). Yesus mengatakan bahwa para pengikut-Nya akan memikul salib (Mat 16:24) dan bahwa kita akan menderita di dunia (Yoh 16:33). Dalam Kis 14:22 kita diajarkan, “untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.” Maka Alkitab sangat jelas mengajarkan bahwa untuk mengikuti Yesus berarti kita juga harus mengambil bagian di dalam sengsara-Nya.
Pengajaran yang mengatakan bahwa para orang beriman akan dibebaskan dari siksaan besar/ the great tribulation, adalah pemikian yang tidak berdasarkan Alkitab. Ini hanya semacam keinginan sebagian orang yang menolak salib dan nilai –nilai luhur dari penderitaan. Lebih lanjut mengenai hal ini silakan baca dalam tulisan inisilakan klik
9. Ketidak-adaan bukti dalam sejarah
Jika teori “rapture” para beriman ini benar, kita layak mengharapkan bahwa teori ini diajarkan secara eksplisit dalam Alkitab dan para Bapa Gereja; tapi ternyata, hal ini tidak secara jelas diajarkan di Alkitab. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kedatangan Yesus yang kedua terjadi lebih dari satu kali. Kedatangan Yesus yang kedua ini selalu disebut dalam bentuk singular “Second coming” [bukan “comings”] dan mengacu pada kedatangan-Nya di akhir jaman. Juga, para Bapa Gereja mengajarkan bahwa kedatangan Yesus kembali hanya terjadi satu kali di akhir jaman.
KESIMPULAN
Melalui tulisan di atas, semoga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa teoriDispensationalist dan “secret rapture” merupakan ajaran yang tidak didasarkan atas pemahaman Alkitab, yang bahkan merendahkan peran Gereja. Teori ini tidak pernah terdengar sampai tahun 1830; dan juga ditolak oleh mayoritas orang Protestan sendiri. Ini adalah mirip seperti ajaran Saksi Yehova yang mengatakan bahwa orang yang masuk surga adalah 144,000 orang, atau ajaran Mormon yang mengajarkan pembaptisan orang mati.
Perlu kita ketahui di sini, bahwa Teologi berbeda dengan Ilmu Pengetahuan empiris, sebab dalam Teologi, teori yang betul-betul baru malah perlu dicurigai, justru karena keterlepasannya dari Tradisi para rasul yang jelas-jelas telah diinspirasikan oleh Roh Kudus. Perkembangan doktrin haruslah merupakan perkembangan organik, yang merupakan buah perkembangan dari biji/ akar yang sudah ada dari semula, dan bukannya merupakan ‘buah’ yang tidak ada asal-usulnya. Marilah kita berdoa agar kita diberi rahmat discernment oleh Tuhan untuk melihat manakah pengajaran yang benar berasal dari Tuhan, dan mana yang tidak, agar kita dapat dengan bijaksana menyikapi ajaran- ajaran yang berkembang di jaman modern ini. Salah satunya, tentang akhir jaman ini.
Appendix 1
Siapa yang membuat U- turn (jalan balik arah)?Kata “bertemu/ menemui” dalam bahasa Yunani adalah apantesis.[CATATAN KAKI:
- Lihat Father Frank Chacon & Jim Burnham, Beginning Apologetics 8: The End Times, (Farmington, NM: San Juan Catholic Seminary, 2005), esp. pp.10-17. [↩]
- KGK 676: Kebohongan yang ditujukan kepada Kristus ini selalu muncul di dunia, apabila orang mengkhayalkan bahwa dalam sejarahnya mereka sudah memenuhi harapan mesianis, yang hanya dapat mencapai tujuannya sesudah sejarah melalui pengadilan eskatologis. Gereja telah menolak pemalsuan Kerajaan yang akan datang, juga dalam bentuknya yang halus, yang dinamakan “milenarisme”, tetapi terutama bentuk politis dari mesianisme sekular yang secara mendalam bersifat salah. [↩]
- Apantesis dipergunakan dalam papyri [karya tulis Yunani]… sepertinya kata itu berarti sebagai penyambutan resmi dari orang terkemuka yang baru datang. (Moulton, Greek Test. Gram Vol I, 14) W.E. Vine, Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: TN: Thomas Nelson Publishers, 1996), p.402.“The word seems to have been a kind of technical term for the official of a newly arrived dignitary- a usage which accords excellently with its NT usage.” J.H. Moulton and G. Milligan, Vocabulary of the Greek New Testament (Peabody, MA: Hendrickson Publishers, 1997), p. 53.“The use of apanthesis in 1 Tes 4:17 is noteworthy. The ancient expression for the civic welcome of an important visitor or the triumphant entry of a new ruler into the capital city and thus to his reign is applied to Christ.” Colin Brown, ed. New International Dictionary of New Testament Theology (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1986), p.235.Also see Barbara R. Rossing, The Rapture Exposed: The Message of Hope in the Book of Revelation (Boulder, CO: Westview Press, 2004),p. 174-177. [↩]
Pandangan Katolik tentang Akhir Jaman
Gereja Katolik dan Protestan sama-sama setuju bahwa Yesus Kristus akan datang kembali pada akhir jaman. Namun demikian, ada perbedaan yang cukup mendasar antara pandangan Protestan dengan ajaran Gereja Katolik tentang hal ini. Dua sebab historis yang cukup berpengaruh adalah: 1. Gereja Protestan tidak melihat bahwa banyak nubuatan dari kitab Daniel yang telah terpenuhi pada masa Yudas Makabe. Karena Alkitab Protestan tidak memasukkan kitab Makabe, maka dapat dimengerti, mengapa demikian. 2. Kurang memadainya pemahaman tentang kejadian seputar kehancuran Bait Allah di Yerusalem yang terjadi pada tahun 70 AD, yang juga merupakan pemenuhan sebagian dari perkataan Yesus sendiri pada Injil Matius, Markus dan Lukas.
Dua pandangan Protestan:Post- millenniarism dan Premilleniarism
Mungkin ada baiknya, sebelum kita mempelajari apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, kita melihat terlebih dahulu tentang apa yang diajarkan oleh gereja Protestan tentang akhir zaman ini. Gereja Protestan kebanyakan mengkaitkan kedatangan Yesus yang kedua dengan Kerajaan 1000 tahun yang disebutkan dalam Why 20:1-6. Mengenai hal ini terdapat dua pandangan yang berbeda: pandangan yang meletakkan kedatangan Kristus sebelum kerajaan 1000 tahun adalah Pre-millennialism, sedangkan yang meletakkan kedatangan Kristus sesudah kerajaan 1000 tahun adalah Post-millennialism.
Post-millenialism mencapai puncaknya pada abad 18-19 pada komunitas Anglo- Amerika, yang ditandai dengan pandangan optimistik tentang sejarah manusia, yang menuju kepada kemajuan secara universal. Pandangan ini mengharapkan 1000 tahun kejayaan Kristus yang akan tercapai dalam sejarah manusia. Pada akhir periode kejayaan ini, Iblis akan dilepaskan, perang Armageddon akan terjadi dan Kristus akan kembali datang dengan kemulian-Nya. Kerajaan 1000 tahun menurut pandangan ini mengacu kepada keadaan ideal di segala bidang, yang dihubungkan dengan revolusi politik dan keadilan sosial. Menarik di sini, bahwa ide ini bahkan juga mempengaruhi mental para atheists, seperti Marxism, Nazism dan regim totalitarian lainnya. Namun, dewasa ini, lama-kelamaan faham ini menjadi kurang populer, karena terjadinya kejadian-kejadian brutal di abad ke- 20, dan juga penurunan standar moral, di mana orang-orang tidak lagi menerapkan ajaran iman dan moral Kristiani. Maka pandangan akan kemajuan optimistik akan sejarah manusia dianggap menjadi terlalu naïf.
Maka sekarang, ada tendensi bahwa gereja Protestan tidak lagi mengharapkan kerajaan 1000 tahun melalui kemajuan sejarah manusia. Sebaliknya, mereka mengakui bahwa dimensi kehidupan manusia akan mengalami kemunduran di dalam hal iman dan moral. Nah, maka, timbullah paham Pre-millennialism, di mana keadaan manusia akan semakin memburuk, menjelang akhir jaman/ kedatangan Yesus yang kedua kali. Dalam pandangan ini, terdapat pengajaran yang dikenal sebagai Rapture dan Dispensationalism.
Apakah akan ada “the Secret Rapture”?
Sering kita dengar teori dari saudara/i kita yang Protestan, bahwa akan ada yang disebut sebagai “the secret rapture”. Yang paling terkenal adalah yang dapat kita baca dalam seri “Left Behind: A Novel of the Earth’s Last Days” karangan Tim LaHaye and Jerry Jenkins. Maksudnya di sini adalah di akhir jaman nanti Yesus akan datang dua kali: 1) Yang pertama, Yesus akan ‘mengangkat’ orang-orang yang sungguh beriman agar tidak mengalami pencobaan/ penderitaan di akhir jaman. [Orang ‘beriman’ yang dimaksud di sini adalah orang yang mengimani apa yang mereka ajarkan]. 2) Yang kedua, setelah pengangkatan ini, maka orang-orang yang tertinggal di dunia akan mengalami kesengsaraan akhir “final tribulation”, karena Antikristus akan dibiarkan berkuasa dan akan terjadi bermacam-macam bencana, yang mencapai puncaknya pada penghukuman orang-orang yang menolak Tuhan, pada saat kedatangan Kristus kembali. Jadi ini merupakan kedatangan Yesus yang ‘ketiga’, walaupun para rapturists mengatakan hal ini tidak terpisah dari kedatangan-Nya yang rahasia tersebut di atas.
Ketidaksepakatan dari para rapturists mengenai kapan rapture terjadi
Para rapturists tersebut mengatakan bahwa menurut Alkitab, kesengsaraan akhir akan terjadi pada tujuh tahun terakhir, dan “secret rapture” itu akan terjadi di dalam periode tersebut. Tetapi, di antara para rapturists itu, tidak ada kesepakatan, kapan sebenarnya akan terjadi “rapture” tersebut. Ada yang mengatakan sebelum kesengsaraan akhir (pre-tribulationists), namun ada juga yang yakin terjadi di tengah-tengah kesengsaraan (mid- tribulationists) dan sesudah kesengsaraan (post-tribulationists). Atau ada juga yang mengajarkan partial rapture, yang artinya hanya sebagian orang-orang Kristen saja yang ‘diangkat’ sebelum kesengsaraan akhir, sedangkan yang lain pada saat sesudahnya. Ketidaksepakatan ini tak jarang menyebabkan perdebatan yang keras. Suatu ironi, karena setiap rapturist itu mengklaim bahwa ia mengartikan secara harafiah berdasarkan “the plain sense of Scripture”. Rupanya, tentang rapture ini ternyata tidak terlalu “plain”/ jelas, bahkan di mata para rapturists itu sendiri.
Kalau begitu, dari mana mereka mendapatkan ide rapture ini? Sebenarnya, ide “rapture/ pengangkatan” ini hanya dipegang oleh sebagian kecil dari umat Kristen di seluruh dunia. Umat Katolik, Ritus Timur Orthodox, dan bahkan jemaat Protestan sendiri banyak yang menganggap teori rapture ini sebagai sesuatu yang asing. Yang pasti, hal rapture ini tidak ada dalam syahadat Aku Percaya. Yang ada dalam Credo sebenarnya adalah “Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati, kerajaan-Nya tidak akan berakhir.” Syahadat tidak mengatakan apapun tentang kedatangan Yesus ‘tambahan’ secara rahasia untuk mengangkat umat beriman untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan akhir jaman. Jadi kesimpulannya, bukan saja hanya para Paus saja yang tidak mengajarkan rapture ini, bahkan para pendiri Gereja Protestan, yaitu Martin Luther, John Calvin dan John Wesley tidak mengajarkan rapture. Maka, jika ada orang bertanya, mengapa di Credo tidak disebutkan mengenai ‘secret rapture’ ini, karena memang ide ini tidak diimani oleh mayoritas umat Kristiani dalam sejarah Gereja, dan tidak berakar dari pengajaran Bapa Gereja.
Dispensationalism
Dispensationalism, adalah pengajaran yang dipelopori oleh John Nelson Darby (1859-1874), pemimpin sekte Kristen di Inggris, yang bernama Plymouth Brethern yang mengajarkan doktrinnya ke Amerika dan Kanada. Dinamakan ‘dispensationalism’ karena ia membagi sejarah manusia menjadi 7 masa dispensasi/ tahap dimana Tuhan menyatakan wahyu-Nya kepada manusia. Namun di setiap tahap, manusia gagal dalam ujian, sehingga penghakiman terjadi di akhir setiap tahap, dan tahap baru akan menyusul sesudahnya. Maka menurut Darby terdapat perbedaan tak terseberangi antara bangsa Israel dan Gereja, sehingga ia membagi misalnya, bahwa nubuat Perjanjian Lama hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, dan tak ada satupun untuk Gereja. Menurut para dispensationalists, karena bangsa Israel menolak pembentukan Kerajaan Mesias di dunia dengan menolak Kristus, maka Tuhan menunda pembentukan Kerajaan tersebut, dan berpaling pada bangsa-bangsa non-Yahudi. Karenanya, jam/ lonceng nubuatan Yahudi berhenti berdetak, dan hanya lembali berdetak setelah Antikristus datang, dan ‘rapture’ orang-orang beriman terjadi. Setelah para beriman diangkat, maka akan ada penderitaan akhir/ great tribulation bagi dunia, dengan bangsa Israel sebagi pusatnya. Lalu Yesus akan datang ke dunia yang terakhir kali, dan berjaya selama 1000 tahun.
Dispensationalism dan ‘rapture’ tidak tertulis secara harafiah dalam Alkitab Meskipun para rapturists mengatakan bahwa ide mereka diperoleh melalui “the plain sense of Scripture” namun di Alkitab tidak ada pernyataan yang jelas dan harafiah seperti ini: “Kristus akan kembali datang ke dunia secara rahasia untuk mengangkat umat-Nya ke surga dan kemudian sekali lagi dalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi dunia.” Atau, “Tuhan akan mengangkat umat-Nya sebelum kejayaan Antikristus, untuk membebaskan mereka dari penghakiman/ kesengsaraan akhir.” Tidak ada satupun ayat yang mengatakan demikian. Ayat yang sering mereka kutip adalah Mat 24:37-42, “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya… kedatangan Anak Manusia. …kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain ditinggalkan… Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” Menurut para rapturists, maka yang dibawa/ diangkat adalah para orang percaya, sedangkan yang tertinggal adalah yang orang yang tidak percaya. Padahal banyak orang Kristen percaya, bahwa ayat ini mengacu pada penghancuran Yerusalem oleh bangsa Roma. Maka jika konteks air bah jaman Nabi Nuh yang dipakai sebagai acuan, …”air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.” (Mat 24:37, 39) maka yang ‘dibawa/ dilenyapkan’ adalah orang-orang yang jahat sedangkan orang-orang yang benar malah ditinggalkan, yaitu Nabi Nuh dan anggota keluarganya. Namun demikian, meskipun diartikan bahwa yang diangkat adalah orang-orang yang benar, dalam ayat itu tidak dikatakan bahwa Yesus akan datang secara ‘rahasia’ untuk mengadakan pengangkatan umat pilihan-Nya. Ayat lainnya yang sering dikutip adalah 1 Tes 4:13-17. Pada ayat ini Rasul Paulus bermaksud menghibur umat di Tesalonika akan kesedihan yang berlebihan meratapi anggota komunitas yang telah wafat, namun ia juga menyinggung tentang kedatangan Tuhan yang kedua: “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
Seorang ahli Alkitab Protestan, Douglas J. Moo yang menentang teori rapture mengatakan, “Teks Perjanjian Baru secara garis besar diarahkan untuk kondisi khusus dalam kehidupan Gereja. Artinya… bahwa pengarang [kitab] akan memasukkan apa yang ia ingin sampaikan pada kondisi tertentu dan tidak menyertakan sesuatu yang tidak perlu jika tidak sesuai dengan maksudnya.” Maka untuk konteks 1 Tes 4:13-18, Rasul Paulus menekankan kebangkitan untuk menghibur umat Kristen yang berduka; sedangkan 2 Tes 1:3-10, ia menekankan pada penganiayaan dan penghakiman untuk menguatkan umat Kristen yang sedang menderita penganiayaan. Namun demikian, Rasul Paulus tetap mengacu pada kejadian yang sama, yaitu: Kedatangan Kristus yang kedua yang terjadi hanya satu kali, dengan kemuliaan-Nya. Moo kemudian membandingkan dengan penuturan dan penekanan yang berbeda pada ke-empat Injil tentang kisah sengsara Yesus di salib, namun semuanya mengacu pada kejadian yang satu dan sama, yaitu penyaliban Yesus di Golgotha.
Jadi apa pengajaran Bapa Gereja mengenai akhir jaman?
1. St. Yustinus Martir (100-160): “…. Dua kedatangan Kristus yang telah diberitakan, adalah: pertama waktu Ia datang dalam penderitaan, tidak dalam kemuliaan, tidak dihormati dan disalibkan; tetapi kemudian Ia akan datang [kembali] dari surga dengan kemuliaan, ketika … Antikristus [lihat 2 Tes 2:3] yang mengajarkan hal-hal yang menentang Yang MahaTinggi, datang untuk melakukan hal-hal yang jahat di dunia melawan orang-orang Kristiani.” Maka di sini kita ketahui hanya ada dua kali kedatangan Kristus. Kedatangan yang kedua adalah setelah Gereja mengalami penganiayaan yang disebabkan oleh Antikristus. Tidak disebutkan adanya ‘secret rapture’ untuk membebaskan orang percaya dari penderitaan/ tribulations.
2. St. Irenaeus (125-203): St. Irenaeus, yang adalah murid St. Policarpus, yang adalah murid St. Yohanes, mengatakan bahwa ke-10 raja yang disebut dalam Dan 7:24 dan Why 17:12, akan “memberikan kerajaan mereka kepada Antikris, dan mengusir Gereja.” Tetapi, para orang beriman akan bertemu dengan Tuhan pada “kebangkitan orang-orang benar, yang akan terjadi setelah kedatangan Antikristus, dan kehancuran semua bangsa di bawah kepemimpinannya. Di sini juga jelas bahwa Gereja harus bertahan menghadapi penderitaan/ tribulation yang disebabkan oleh Antikristus, namun kemudian Kristus akan datang dan mengunpulkan para kudusnya dalam kebangkitan orang mati.
3. St. Hippolytus (wafat 235): Ia juga mengajarkan dalam komentar kitab Daniel 12:1, bahwa akan terjadi masa kesulitan setelah kedatangan Antikristus yang menyebabkan kehancuran, baru setelah itu Kristus akan datang terakhir kali dari surga, “yang membawa api dan pengadilan yang adil bagi mereka yang menolak untuk percaya kepada-Nya.” Di sini juga tidak disebutkan bahwa ada kedatangan Yesus yang ‘ekstra’ dan rahasia untuk membebaskan Gereja dari penderitaan terakhir.
4. Selanjutnya, pengajaran senada juga diajarkan oleh para Bapa Gereja, seperti dalam Surat-surat Barnabas, Hermas, Didache, Tertullian, Lactantius, Melito dari Sardis dan Methodius.
5. St. Jerome (342-420), dengan mengacu pada beberapa ayat dalam Alkitab mengajarkan, bahwa orang-orang Kristen akan mengalami ‘final tribulation’ seperti yang mereka alami dalam setiap generasi. “Kamu keliru jika kamu menyangka bahwa tidak akan ada waktu bagi orang-orang Kristen untuk menderita akibat penganiayaan Iblis… Harinya akan datang…terberkatilah pelayan yang didapati Tuannya siap sedia. Lalu pada suara sangkakala dan bangsa-bangsa ketakutan, namun kamu malah bersuka cita… sebab kamu akan bergembira, tertawa dan berkata, Lihatlah, Tuhanku yang tersalib, lihat, Hakim-ku.”
6. St. Agustinus (354-430), mengatakan bahwa, “Allah yang Maha Besar sama sekali tidak membebaskan para kudus-Nya dari pencobaan, tetapi hanya melindungi hati mereka (“the inner man”), di mana iman berada, supaya dengan pencobaan dari luar, mereka [malah] bertumbuh di dalam rahmat… Pencobaan/penganiayaan ini yang terjadi di hari terakhir adalah sangat hebat, dan akan menjadi yang terakhir untuk dihadapi oleh Gereja yang Kudus di seluruh dunia, seluruh kota Kristus akan diserang oleh kota Iblis, yang keduanya ada di dunia.” Lalu St. Agustinus mengatakan, bahwa Kristus akan datang kembali untuk membangkitkan orang mati dan menghakimi dunia. “Kebangkitan pertama” yang disebutkan dalam Why 20:5 diartikan sebagai Pembaptisan dan kehidupan dalam rahmat yang diberikan kepada umat beriman melalui sakramen-sakramen Gereja. Jadi uraian St. Agustinus jelas mengatakan, bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi hanya satu kali, dalam kemuliaan, dan dapat dilihat oleh semua orang, sebagai akhir dari penderitaan yang besar yang dialami Gereja.
7. St. Yohanes Krisostomus (347-407) juga percaya bahwa “pengangkatan” orang beriman akan terjadi bersamaan dengan kedatangan Kristus kembali dengan mulia di akhir sejarah manusia, untuk membangkitkan orang-orang mati dan menghakimi dunia. Dalam komentarnya terhadap 1 Tes 4:15-17 dia menjawab pertanyaan, “Kalau Kristus hendak turun ke dunia, mengapa kita perlu ‘diangkat’? Jawabnya adalah: “demi menghormati Dia.” Di sini St. Yohanes menghubungkan pengangkatan dengan kebiasaan di masyarakat kuno, yang menyambut raja yang datang menuju tempat tujuannya. Bahkan hal ini njuga terjadi pada keluarga, dimana ketika ayah datang, maka anak-anak datang menyambutnya.
8. St. Thomas Aquinas (1225-1274) Ia mengutip St. Gregorius Agung yang dikutip oleh St. Albert yang mengatakan bahwa “suara sangkakala itu tidak lain adalah Sang Putera Allah yang turun ke dunia untuk menjadi Hakim.” Hal ini berkaitan dengan Mat 24:27, “Sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pula-lah kelak kedatangan Anak manusia.”
Dari tulisan di atas, kita mengetahui, bahwa sepanjang sejarah Gereja, para Bapa Gereja tidak mengenal adanya teori “secret rapture”. Walaupun para rapturist ada yang mengutip suatu tulisan kuno yang tak jelas siapa pengarangnya, namun yang mungkin dipercayai oleh sejumlah umat Kristen awal. Pengarangnya disebut sebagai “Pseudo-Ephraem.” Dalam teks kuno tersebut memang ada bagian yang jika dilepaskan dari konteksnya, dapat seolah mendukung teori rapture. Namun, sesungguhnya pernyataan tersebut cukup problematik, sebab secara keseluruhan teks tersebut menceritakan tentang kedatangan Kristus dengan kemuliaan-Nya diiringi oleh para malaikat dan para kudus-Nya untuk membangkitkan orang-orang mati pada Hari Penghakiman. Sehingga, hal bertentangan dengan pengangkatan orang beriman yang sudah meninggal secara rahasia/ secret rapture. Juga, pada teks yang sama dikatakan bahwa umat Kristen akan mengalami penderitaan akhir/ final tribulation di bawah Antikris, jadi ini juga bertentangan dengan pandangan bahwa secret rapture adalah untuk membebaskan para beriman dari penderitaan akhir. Namun, seandainya pun ada yang menganggap teks ini adalah dasar pengajaran “secret rapture”, maka sesungguhnya, secara objektif dapat dikatakan bahwa pandangan tersebut hanyalah merupakan pendapat sekelompok jemaat awal berdasarkan dari pengarang yang tidak dikenal yang tidak mempunyai wewenang mengajar di Gereja, dan tidak sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja yang lain.
Pengajaran para pendiri Gereja Protestan tentang akhir jamanBaik Luther maupun Calvin mengikuti pengajaran St. Agustinus: bahwa Gereja tidak dilepaskan dari penderitaan/ tribulation di tangan Antikristus, namun akhirnya, Kristus akan kembali dengan kemuliaan-Nya:
1. Martin Luther, mengomentari kitab Wahyu, mengatakan bahwa kitab itu merupakan penjabaran tentang “penderitaan dan bencana yang akan terjadi pada dunia Kristen sepanjang sejarah.”
2. John Calvin mengatakan, bahwa Antikristus akan menyelesaikan “penceraiberaian Gereja secara publik”. Namun akhirnya, Kristus akan mengalahkannya “dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya [dengan segala kesesatannya], pada saat Ia datang kembali.” (lih. 2Tes 2:8). Maka bahkan Calvin sendiri yakin bahwa kejadian 1 Kor 15:20-28 dan 1 Tes 4:13 adalah satu kejadian. Ia mengatakan, perihal bunyi sangkakala terakhir,….”I prefer to understand the expression as metaphorical. In 1 Tes 4:16, …connects together the voice of the archangel and the trumpet of God. As therefore a commander, with the sound of a trumpet, summons his army to battle, so Christ, by His far- sounding proclamation, which will be heard throughout the whole world, will summon all the dead… to the tribunal of God.”
Jadi apa prinsip pengajaran Gereja Katolik tentang kedatangan Yesus yang kedua?
Secara prinsip ada empat hal yang perlu kita ketahui:
1. Kedatangan Yesus yang kedua tidak akan terjadi secara rahasia, melainkan akan terjadi secara publik, kelihatan oleh semua orang, penuh dengan kemuliaan, dan kejayaan. Maka, kedatangan Kristus yang kedua hanya akan terjadi satu kali saja. * “Lihat, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” (Why 1:7). * “… semua bangsa di bumi…. akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan kekuasaan dan kemulianNya.” (Mat 24:30) * Kedatangannya akan diiringi dengan bunyi sangkakala (Mat 24:31) “…. dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia” (Mat 25:31)
2. Kedatangan-Nya yang kedua akan datang tanpa diduga, dengan cara yang sama seperti saat Ia naik ke surga, dan diikuti oleh Penghakiman Terakhir yang mencakup semua orang. * “Hendaklah kamu siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat 24:44) * “Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis 1:9-11). * Kedatangan Kristus akan menjadi akhir dunia dan membawa semua manusia kepada Pengadilan Terakhir (Mat 25) ….”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang …” (Mat 25:31-32)
3. Seperti Yesus mengingatkan para murid-Nya, Gereja akan mengalami banyak penganiayaan sebelum kedatangan-Nya yang kedua. Kekuatan Iblis akan menyerang umat Allah, dan para beriman tidak dibebaskan dari kesulitan ini. Namun Tuhan akan memberikan rahmat untuk bertahan, dan siapa yang bertahan sampai kesudahannya melalui pemurnian dan kesetiaan dalam pencobaan ini, akan diselamatkan (lihat perikop tentang Siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu pada Mat 24:15-28, Mrk 13:14-23, Luk 21:20-24).
4. Tuhan mengajarkan bahwa saat kedatangan Kristus yang kedua tidak dapat diketahui sebelumnya (lih. KGK 673) * “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:42) * “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Maka KGK 1040 mengatakan, “Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi.”
Kesimpulan
Sementara banyak gereja Protestan mengajarkan tentang akhir jaman ini dengan begitu banyak variasinya, yang bahkan bisa saling bertentangan, Magisterium Gereja Katolik memang memilih dengan tenang untuk teguh berpegang pada Tradisi yang diajarkan oleh para Bapa Gereja. Intinya, kedatangan Yesus yang kedua hanya terjadi satu kali, tiba-tiba dan tak dapat diketahui sebelumnya oleh manusia, dan Kristus akan datang dengan kemuliaan-Nya. Gereja Katolik tidak berusaha meramalkan siapakah Antikristus, ataupun menghubungkan skenario kitab Daniel dan kitab Wahyu. Namun bukan berarti kita layak mengacuhkannya, sebab permenungan akan akhir dunia akan sangat berguna untuk meletakkan kehidupan sehari-hari dalam perspektif yang benar, agar kita tidak terlena dengan kesenangan dan harta duniawi. Hal akhir jaman ini memang layak kita cermati, walaupun itu hanya menyadarkan kita bahwa kita mempunyai beberapa kemungkinan jawaban daripada sesuatu yang sudah pasti. Selanjutnya, sebagai umat Katolik, tak usah kita lekas gelisah jika mendengar tentang pengajaran tentang akhir jaman. Akhir jaman memang harus menjadi perhatian kita, namun maksudnya agar kita dapat hidup dengan lebih baik dengan mempergunakan waktu yang Tuhan berikan pada kita dengan sebaik-baiknya untuk berbuat kasih dan kebaikan. Kita tidak perlu turut menghitung tahun dan waktu kedatangan Yesus yang kedua, karena besar kemungkinan hal itu tidak benar, seperti yang telah terbukti dalam sejarah manusia. Hasil hitungan kita akan hanya menambah panjang daftar kekeliruan ramalan manusia akan perhitungan akhir jaman, sebab Tuhan sendiri mengatakan bahwa kita tidak akan tahu hari mana Ia akan datang (Mat 24:42). Namun sebaliknya, kita juga tidak boleh mengacuhkan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua ini, apalagi sampai hidup seolah-olah tidak akan ada Hari Penghakiman. Sebab jika demikian, kita akan menyesatkan diri sendiri dan akan menerima ganjarannya di akhir jaman nanti. Jadi, mari kita melakukan apa yang diajarkan oleh Gereja, yaitu, berjuang untuk hidup kudus, dengan mengasihi Tuhan dan sesama, sesuai dengan panggilan hidup kita, entah sebagai kaum awam atau kaum tertahbis. Supaya jika saatnya tiba, entah pada akhir hidup kita, ataupun jika kita masih hidup, pada hari kedatangan-Nya, maka kita didapati-Nya sebagai hamba yang setia dan berjaga-jaga. Agar kita boleh mendengar sabda-Nya, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Mat 25:34).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar