Sabtu, 13 Oktober 2012

Gender


Kadang ada beberapa pertanyaan dari teman-teman Protestan tentang equality laki-laki dan perempuan dalam Gereja. Kita tahu bahwa di gereja-gereja apostolik tidak memperbolehkan imam perempuan, atau pengkotbah harian perempuan. Mungkin ada yg bisa menjelaskan dasar dari hal-hal tersebut?

Thanks

1. Karena kodrat. Kodrat itu suatu hal yang tidak bisa diutak-atik lagi, kalau seseorang yang lelaki atau perempuan kemudian mengganti jenis kelamin kita sering dengar ungkapan “melawan kodrat”. Dengan melawan kodrat, tentu saja seorang pria yang mengganti kelamin menjadi wanita, tetap tidak bisa mengandung. Begitu juga sebaliknya.

Tugas sebagai imam itu melekat dan tidak bisa dicabut dari seorang pria. Jadi menurutku kurang tepat bila dikatakan soal: “persamaan derajat”. Pria dan wanita sederajat, tapi tidak bisa dikatakan sekodrat….krn jelas fungsi dan perannya berbeda dan tidak bisa saling menggantikan. Seorang lelaki, tidak bisa mengandung karena itu sudah merupakan kodrat seorang perempuan, begitu juga sebaliknya.

2. Dari PL yang dimulai dari Kejadian sampai Wahyu. Yang namanya imam itu selalu laki-laki karenafungsinya sebagai kepala keluarga, pemimpin, pengayom, pemelihara (dan tugas-tugas kebapaan lainnya) dari istri dan anak-anaknya. Bukan suatu kebetulan Yesus hanya memilih seorang lelaki untuk menjadi rasul intiNya. Dari Gereja perdana bahkan dari PL, tidak pernah satupun ditemukan seorang wanita pernah diberitakan menjadi imam.
Fungsi imam di GK lebih sakral lagi yaitu menyangkut Ekaristi. HANYA seorang imam(=laki-laki) yang mendapatkan suksesi apostolik yang sah yang dapat merubah subtansi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus (=transubstansi) ketika kata-kata konsekrasi diucapkan.
3. Gereja adalah mempelai Kristus (=perempuan). Kristus itu seorang lelaki dan Kepala Gereja. Layaknya kehidupan perkawinan itu antara laki-laki dan perempuan. Imam dalam GK itu adalah “in persona Christi”.

Jadi, dengan demikian bila “in persona Christi” adalah seorang imam perempuan….bisakah dikatakan itu suatu perkawinan yang digambarkan dalam Kitab Kejadian dimana hanya ada 1 lelaki (Adam) dan 1 perempuan (Hawa)?

Yesus hanya memberi kuasa kepada GerejaNya, lewat tangan laki-laki untuk menjadi imam/gembala. Dan tidak ada satupun dalam Alkitab ditemukan bahwa Yesus secara khusus memberikan kuasa yang sama kepada perempuan.
===============
Bila kemudian ada yang mengatakan sewaktu Kristus meninggal, tabir dan altar terbelah dengan demikian "membatalkan" ke-imam-an, minta mereka untuk mengecek Alkitabnya lagi:

"Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit." - Mat 27:50-52

Di atas dikatakan tabir terbelah dua, bukan Altar. Hingga kini dalam GK, altar tetap ada. 

Ada altar, tentu saja ada imam dan yang akan dikurbankan. So... Yesus sebagai Kepala Gereja (=Raja menurut ketetapan perjanjian Allah dengan Daud), sebagai Imam Agung (menurut ketetapan aturan Melkisedek), juga sebagai bertindak sebagai kurban (sebagai antithesis dari kejatuhan Adam) di atas altar tersebut. Imam = in persona Christi, mempersembahkan kurban Ekaristi (tak berdarah) yang adalah Yesus Kristus sendiri dalam rupa Roti (TubuhNya) dan Anggur (DarahNya).


Mengenai promosi:
Kenapa tidak mempromosikan diri untuk menjadi pengajar (but not a priest)? Yang pasti sampai kapanpun Gereja  tidak akan pernah menahbiskan seorang perempuan karena Gereja tidak mendapatkan mandat itu dari Kristus.

Perlu dicatat bahwa, dalam Gereja Katolik, Perempuan sangat ditinggikan, terbukti dengan  Bunda Maria  :)

*FIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar