Kemanapun perjalanan Presiden, jika ia menggunakan pesawat angkatan udara, akan disebut pesawat “Air Force One”. Secara teknis, Air Force One adalah tanda panggilan dari setiap pesawat terbang Angkatan Udara yang membawa Presiden. Sejak tahun 1990, armada kepresidenan terdiri atas 2 pesawat serial Boeing 747-200B terspesifikasi tinggi – kode ekor “28000″ dan “29000″ – dengan penunjukan “VC-25A”.
Hanya ada satu Air Force One yang diperuntukkan bagi presiden, jika Wakil Presiden terbang pesawat ini disebut sebagai “Air Force Two”. Kalau tidak maka akan dipanggil dengan nomornya, seperti pesawat lain.
.
Air Force One adalah salah satu simbol kepresidenan yang dikenal,bukan hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia. Memiliki kemampuan mengisi bahan bakar di udara sehingga Air Force One memiliki jangkauan tidak terbatas dan dapat membawa Presiden kemanapun dia perlu melakukan perjalanan. Air Force One dilengkapi dengan peralatan komunikasi paling mutakhir sehingga memampukan untuk memberi komando secara bergerak terhadap segala kegiatan yang terjadi di United States.
Di dalam pesawat, Presiden dan stafnya berada dalam ruangan 4.000 kaki persegi yang terdiri atas ruangan tiga lantai, diantaranya ruangan suite untuk kantor Presiden yang besar, bak mandi, dan ruang pertemuan. Air Force One memiliki ruangan medis suite yang dapat berfungsi sebagai ruang operasi, dan dokter secara permanen. Pesawat juga mampu mempersiapkan makanan untuk 100 orang sekaligus.
.
Air Force One juga mempunyai tempat untuk orang-orang yang mendampingi Presiden, termasuk penasehat senior, petugas intelijen, rekan perjalanan, dan tamu lainnya. Beberapa kargo pesawat terbang biasanya di depan Air Force One untuk menyediakan layanan tertentu bagi presiden.
Air Force One dikelola dan dioperasikan oleh Presiden Airlift Group, bagian dari White House Office Militer. Group Airlift didirikan pada tahun1944 dibawah pimpinan Presiden Franklin D. Roosevelt. Selama 20 tahun kedepan, berbagai pesawat terbang baling-baling digunakan untuk melayani perjalanan presiden. Pada tahun 1962, Presiden John F. Kennedy menjadi Presiden pertama terbang dalam pesawat jet yang dimodifikasi oleh Boeing 707. Bertahun-tahun berikutnya berbagai pesawat jet telah digunakan melayani presiden, sedangkan pesawat terbang yang saat ini di gunakan pertama kali di gunakan oleh Presiden George H. W. Bush pada tahun 1990.
.
Selain merupakan pesawat kepresidenan, Air Force One bisa pula difungsikan sebagai bunker terbang. Hingga kini tak seorang pun pejabat AS mengetahui detail persis bagian-bagian dalamnya. Pesawat ini mampu bertahan dari serangan rudal dan terjangan pulsa elektromagnet nuklir.
Demo anti Bush yang sangat “meriah” dan adanya kabar bahwa salah satu mesin pesawat Air Force One rusak ternyata tak mengurungkan niat Presiden AS George W. Bush untuk berkunjung ke Indonesia, pada Senin sore, 20 November. Rombongan disambut meriah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meski untuk hari itu Bogor tuan rumah yang sehari-hari dikenal dengan kota wisata – berubah mencekam karena harus menyesuaikan diri dengan gaya maximum security yang biasa menyertai Bush kemana pun pergi.
.
Secret Service (SS) – pasukan pengawal kepresidenan AS, telah dengan sengaja menciptakan kondisi seperti itu. Seperti diungkap sebuah situs internet internasional, pengamanan terhadap Presiden Bush dipertinggi terutama setelah AS getol memerangi teroris pasca Peristiwa 11 September. Karena musuh sudah semakin banyak, SS bisa dikatakan tak lagi percaya dengan segala bentuk sistem pengamanan yang diselenggarakan pihak luar.
“Dengan demikian, Air Force One memang tak lagi sekadar pesawat jet eksekutif kepresidenan. Pesawat ini telah meningkat statusnya menjadi bunker bergerak yang selalu mencurigai bahwa setiap tempat yang akan disinggahi adalah tempat yang tak aman dan amat rawan serangan.
.
Untuk itu jangan heran jika iring-iringan pesawat, helikopter, dan kendaraan pengangkut Presiden AS juga telah diatur sedemikian rupa agar setiap calon pembunuhnya – termasuk para wartawan yang memburunya terkecoh. Air Force One, misalnya, tak dibiarkan berkunjung ke sebuah negara sendirian. Ia selalu didampingi sebuah lagi pesawat yang memiliki ujud serupa. Ketika mendarat di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Angkasa mengidentifikasi pesawat pengecoh ini berasal dari jenis Boeing B757 yang telah dimodifikasi. Atas nama pengamanan pula, perjalanan Bush dari Halim Perdanakusuma ke Bogor tak cukup hanya dikawal empat heli Marinir AS CH-46E Sea Knight. Heli VH-60E Whitehawk “Marine One” yang mengangkutnya juga terbang berdampingan dengan heli serupa sebagai decoy. Sebagai puncaknya, dalam perjalanan dari helipad di Gedung Olahraga Pajajaran ke Istana Bogor, SS lagi-lagi telah menempatkan Bush pada mobil yang lain dari biasanya. Ia tidak menumpang limousine Cadillac DTS, melainkan dengan SUV Cadillac Escalade Lincon.
.
Nah ini berandai-andai saja bagaimana kalau serangan terhadap dirinya terjadi juga? Untuk skenario terburuk, SS akan langsung mengevakuasi Bush dan istrinya dengan helikopter ke pangkalan udara bergerak terdekat milik AS.
Ketika berkunjung ke Bogor, pangkalan berupa kapal induk USS Essex itu berada di perairan sebelah utara Jakarta. Di kapal induk kecil ini, pasukan AS akan segera melindungi kepala negaranya dan bersiap diri melakukan serangan balasan sesuai tingkat serangan yang mengancam.
.
USS Essex, sejatinya, adalah kapal serbu amfibi. Di kapal ini mukim puluhan helikopter CH-46 Sea Knight, satu skadron tempur AV-8B Harrier, dan satu skadron heli antikapal selam. Kapal ini juga membawa tiga hovercraft Air Cushion Landing Craft. Lebih lanjut, perjalanannya ke Indonesia dipantau langsung oleh Armada ke-7 AL AS yang bermarkas di Hawaii. Dengan demikian, Anda tahu sendiri, apa yang akan terjadi jika dalam perjalanannya ke Bogor, Bush ”diganggu”
.
Pengganti Ruang Oval
.
Di antara jajaran alat transpor kepresidenan, Air Force One sendiri bisa dibilang sebagai moda transportasi paling megah, secure, dan canggih. Pesawat ini adalah ujung tombak simbol kedigdayaan AS di udara, yang mana dengannya Presiden AS dan segenap stafnya masih bisa menjalankan tugas sehari-hari. Berbagai piranti di dalamnya bahkan memungkinkan mereka mengendalikan pemerintahan dalam keadaan dunia tengah diguncang perang nuklir.
Tugas keseharian yang biasa dilakukan di Ruang Oval, Gedung Putih, dikerjakan di Ruang Utama Presidential Suite. Ruangan ini terletak di
bagian depan pesawat. Di belakang ruangan ini, ada ruangan yang lebih besar dimana Presiden AS dan para stafnya bisa melakukan rapat. Yang mengagumkan di pesawat ini, Gedung Putih juga memperkenankan setiap staf senior presiden memiliki ruang kerja sendiri-sendiri.
Nah, laiknya kantor kepresidenan, fasilitas kerjanya pun telah disesuaikan dengan bobot dan skala kepentingan para pejabat yang berada di dalamnya. Untuk itu, Air Force One telah dilengkapi 85 saluran sambungan telepon, radio dua-arah, mesin faksimili, dan jaringan komputer. Sistem telepon yang anti sadap dan anti jamming, telah diset untuk berhubungan langsung dengan jaringan terestrial.
.
Dengan sistem telekomunikasi yang terhubung satelit ini, presiden dan staf bisa mengontak semua orang di segala penjuru dunia meski pesawat sedang mengawang-awang di ketinggian puluhan ribu kaki. Untuk mengetahui perkembangan terkini, Air Force One juga telah dipasangi 19 televisi yang bisa menyiarkan hampir semua kanal televisi dunia. Boleh jadi karena begitu komplitnya peralatan elektronik yang terpasang, sebagian dari berat pesawat adalah berupa kabel. Jeroan pesawat ini terlilit kabel sepanjang 238 mil, duakali lebih panjang dari kabel yang melilit B747-200 – anjungan standar Air Force One. Begitu pun kabel sepanjang itu bukanlah kabel biasa. Kabel ini telah diberi pelapis khusus sehingga aman dari serangan pulsa elektromagnet (EMP/Electro Magnet Pulse) dan gelombang kejut yang dipancarkan ledakan nuklir.
Selain itu, di dalamnya juga masih ada ruangan lain yang disediakan khusus untuk para wartawan kepresidenan. Namun, mungkin demi menghindari penyusupan, kelompok yang terakhir ini belakangan sering diterbangkan terpisah. Ketika ke Indonesia kemarin, misalnya, rombongan wartawan asal AS diterbangkan khusus dengan pesawat B747-400 United Airlines. Singkat kata, Air Force One bisa menjadi tempat kerja yang layak bagi 70 pejabat negara berikut ke-26 awak pesawatnya.
.
Pesawat komando B747-200 yang menjadi dasar anjungan Air Force One tak lain adalah satu dari empat seri B747 rancangan Boeing yang berhasil dipasarkan ecara luas ke berbagai negara. Jika serial pertama, yakni B747-100, diluncurkan pertama kali pada 1969, kemunculan seri-200 hanya terpaut setahun setelah itu. Dimensi keduanya tak beda, kecuali bahwa seri-200 memiliki berat maksimum tinggal landas yang lebih besar karena mesin, kerangka, dan roda pendarat yang lebih kuat.
.
Anda mungkin akan bertanya, mengapa kantor kepresidenan AS tak memilih B747-400 yang sudah jauh lebih canggih? Sekadar catatan saja, B747-400 memiliki badan lebih panjang, kokpit serba digital (fully glass-cockpit), dan mampu menjangkau jarak 3.000 km lebih lebih jauh dari B747-100 yang “hanya” 10.500 km. Toh, B747-400 sudah terbang dua tahun sebelum B747-200B mulai bertugas (pada 1990).
.
Bukankah masih ada cukup waktu untuk mengalihkannya ke seri yang terbaru itu? Jujur saja, tak ada jawaban memuaskan untuk pertanyaan tersebut Namun, dari buku Modern Military Aircraft (2004) dapat dirunut kisah bahwa pilihan itu boleh jadi terkait dengan proyek pembuatan pesawat komando terbang AS yang sudah terlanjur dikerjakan AU AS pada awal dekade 1970-an. Kala itu mereka sudah kepalang membeli empat B747-200B untuk direkonstruksi ulang menjadi pesawat komando darurat yang telah dirancang khusus untuk kondisi dunia terlanda perang nuklir. Ujud akhir dari proyek ini adalah pesawat fully-electronic E-4A dan E-4B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar