1849 Dosa adalah satu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang baik; ia adalah satu kesalahan terhadap kasih yang benar terhadap Allah dan sesama atas dasar satu ketergantungan yang tidak normal kepada barang-barang tertentu. Ia melukai kodrat manusia dan solidaritas manusiawi. Ia didefinisikan sebagai "kata, perbuatan, atau keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi" (Agustinus, Faust. 22,27) Dikutip oleh Tomas Aqu., s. th. 1-2,71,6, obj. 1..
1850 Dosa adalah satu penghinaan terhadap Allah: "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:6). Dosa memberontak terhadap kasih Allah kepada kita dan membalikkan hati kita dari Dia. Seperti dosa perdana, ia adalah satu ketidaktaatan, satu pemberontakan terhadap Allah, oleh kehendak menjadi "seperti Allah" dan olehnya mengetahui dan menentukan apa yang baik dan apa yang jahat (Kej 3:5). Dengan demikian dosa adalah "cinta diri yang meningkat sampai menjadi penghinaan Allah" (Agustinus, civ. 14,28). Karena keangkuhan ini, maka dosa bertentangan penuh dengan ketaatan YESUS Bdk. Flp 2:6-9. yang melaksanakan keselamatan.
1852 Dosa itu beraneka ragam. Kitab Suci mempunyai beberapa daftar dosa. Surat kepada umat di Galatia mempertentangkan pekerjaan-pekerjaan daging dengan buah Roh: "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu, seperti yang telah kubuat dahulu, bahwa barang siapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (Gal 5:19-21) Bdk. Rm 1:28-32; 1 Kor 6:9-10; Ef 5:3-5; Kol 3:5-8; 1 Tim 1:9-10; 2 Tim 3:2-5..
1853 Seperti segala perbuatan manusia, dosa dapat dibedakan menurut obyeknya atau menurut kebajikan yang dengannya ia bertentangan dengan terlalu melebihkan atau terlalu melemahkan kebajikan itu, atau menurut perintah-perintah yang dilanggarnya. Orang juga dapat mengelompokkan mereka dalam dosa terhadap Allah, terhadap sesama, dan terhadap diri sendiri; dosa rohani dan jasmani; atau juga dosa yang orang lakukan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan atau karena kelalaian. Seperti Tuhan ajarkan, akar dosa terletak di dalam hati manusia, di dalam kehendaknya yang bebas: "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu, dan hujah. Itulah yang menajiskan orang" (Mat 15:19-20). Di dalam hati ada juga kasih, asal perbuatan baik dan suci. Kasih inilah yang dilukai oleh dosa.
1854 Dosa-dosa harus dinilai menurut beratnya. Pembedaan antara dosa berat dan dosa ringan yang sudah dapat ditemukan dalam Kitab Suci Bdk. I Yoh 6:16-17., diterima oleh tradisi Gereja. Pengalaman manusia menegaskannya.
1855 Dosa berat merusakkan kasih di dalam hati manusia oleh satu pelanggaran berat melawan hukum Allah. Di dalamnya manusia memalingkan diri dari Allah, tujuan akhir dan kebahagiaannya dan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih rendah. Dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, walaupun ia telah melanggarnya dan melukainya.
1856 Karena dosa berat merusakkan prinsip hidup di dalam kita, yaitu kasih, maka ia membutuhkan satu usaha baru dari kerahiman Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal diperoleh dalam Sakramen Pengakuan:
"Kalau kehendak memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dalam dirinya bertentangan dengan kasih, yang mengarahkan manusia kepada tujuan akhir, maka dosa ini adalah dosa berat menurut obyeknya.... entah ia melanggar kasih kepada Allah seperti penghujahan Allah, sumpah palsu, dan sebagainya atau melawan kasih terhadap sesama seperti pembunuhan, perzinaan, dan sebagainya... Sedangkan, kalau kehendak pendosa memutuskan untuk membuat sesuatu yang dalam dirinya mencakup satu kekacauan tertentu, tetapi tidak bertentangan dengan kasih Allah dan sesama, seperti umpamanya satu perkataan yang tidak ada gunanya, tertawa terlalu banyak, dan sebagainya, maka itu adalah dosa ringan" (Tomas Aqu.,s.th. 1-2,88,2).
1857 Supaya satu perbuatan merupakan dosa berat harus dipenuhi secara serentak tiga persyaratan: "Dosa berat ialah dosa yang mempunyai materi berat sebagai obyek dan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan" (RP 17).
1858 Apa yang merupakan materi berat itu, dijelaskan oleh sepuluh perintah sesuai dengan jawaban YESUS kepada pemuda kaya: "Engkau jangan membunuh, jangan berzinah jangan mencuri, jangan bersaksi dusta... hormatilah ayahmu dan ibumu" (Mrk 10:19). Dosa-dosa dapat lebih berat atau kurang berat: pembunuhan lebih berat daripada pencurian. Juga sifat pribadi orang yang dilecehkan, harus diperhatikan: tindakan keras terhadap orang-tua bobotnya lebih berat daripada terhadap seorang asing.
1859 Dosa berat menuntut pengertian penuh dan persetujuan penuh. Ia mengandaikan pengetahuan mengenai kedosaan dari suatu perbuatan, mengenai kenyataan bahwa ia bertentangan dengan hukum Allah. Dosa berat juga mencakup persetujuan yang dipertimbangkan secukupnya, supaya menjadi keputusan kehendak secara pribadi. Ketidaktahuan yang disebabkan oleh kesalahan dan ketegaran hati Bdk. Mrk 3:5-6; Luk 16:19-31. tidak mengurangi kesukarelaan dosa, tetapi meningkatkannya.
1860 Ketidaktahuan yang bukan karena kesalahan pribadi dapat mengurangkan tanggungjawab untuk satu kesalahan berat, malahan menghapuskannya sama sekali. Tetapi tidak dapat diandaikan bahwa seseorang tidak mengetahui prinsip-prinsip moral yang ditulis di dalam hati nurani setiap manusia. Juga rangsangan naluri, hawa nafsu serta tekanan yang dilakukan dari luar atau gangguan yang tidak sehat dapat mengurangkan kebebasan dan kesengajaan dari satu pelanggaran. Dosa karena sikap jahat atau karena keputusan yang telah dipertimbangkan untuk melakukan yang jahat, mempunyai bobot yang paling berat.
1861 Dosa berat, sama seperti kasih, adalah satu kemungkinan radikal yang dapat dipilih manusia dalam kebebasan penuh. Ia mengakibatkan kehilangan kebajikan ilahi, kasih, dan rahmat pengudusan, artinya status rahmat. Kalau ia tidak diperbaiki lagi melalui penyesalan dan pengampunan ilahi, ia mengakibatkan pengucilan dari Kerajaan KRISTUS dan menyebabkan kematian abadi di dalam neraka karena kebebasan kita mempunyai kekuasaan untuk menjatuhkan keputusan yang definitif dan tidak dapat ditarik kembali. Tetapi meskipun kita dapat menilai bahwa satu perbuatan dari dirinya sendiri merupakan pelanggaran berat, namun kita harus menyerahkan penilaian mengenai manusia kepada keadilan dan kerahiman Allah.
1862 Dosa ringan dilakukan, apabila seorang melanggar peraturan hukum moral dalam materi yang tidak berat atau walaupun hukum moral itu dilanggar dalam materi yang berat, namun dilakukan tanpa pengetahuan penuh dan tanpa persetujuan penuh.
1863 Dosa ringan memperlemah kebajikan ilahi, kasih; di dalamnya tampak satu kecondongan yang tidak teratur kepada barang-barang ciptaan; ia menghalang-halangi bahwa jiwa mengalami kemajuan dalam pelaksanaan kebajikan dan dalam kegiatan kebaikan moral; ia mengakibatkan siksa-siksa sementara. Kalau dosa ringan dilakukan dengan sadar dan tidak disesalkan, ia dapat mempersiapkan kita secara perlahan-lahan untuk melakukan dosa berat. Tetapi dosa ringan tidak menjadikan kita lawan terhadap kehendak dan persahabatan Allah; ia tidak memutuskan perjanjian dengan Allah. Dengan rahmat Allah, ia dapat diperbaiki lagi secara manusiawi. Ia tidak "mencabut rahmat yang menguduskan dan mengilahikan, yakni kasih serta kebahagiaan abadi" (RP 17).
"Selama manusia berziarah di dalam daging, ia paling sedikit tidak dapat hidup tanpa dosa ringan. Tetapi jangan menganggap bahwa dosa yang kita namakan dosa ringan itu, tidak membahayakan. Kalau engkau menganggapnya sebagai tidak membahayakan, kalau menimbangnya, hendaknya engkau gemetar, kalau engkau menghitungnya. Banyak hal kecil membuat satu timbunan besar; banyak tetesan air memenuhi sebuah sungai; banyak biji membentuk satu tumpukau. Jadi,.harapan apa yang kita miliki? Di atas segala-galanya pengakuan" (Agustinus, ep.Jo.1,6).
1864 "Tetapi apabila seorang menghujah ROH KUDUS", ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, tetapi bersalah karena berbuat dosa kekal" (Mrk 3:29) Bdk. Mat 12:32; Luk 12:10. Kerahiman Allah tidak mengenal batas; tetapi siapa yang dengan sengaja tidak bersedia menerima kerahiman Allah melalui penyesalan, ia menolak pengampunan dosa-dosanya dan keselamatan yang ditawarkan oleh ROH KUDUS Bdk. DeV 46.. Ketegaran hati semacam itu dapat menyebabkan sikap yang tidak bersedia bertobat sampai pada saat kematian dan dapat menyebabkan kemusnahan abadi.
1865 Dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama mengakibatkan kebiasaan buruk. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral.
1866 Kebiasaan buruk dapat digolongkan menurut kebajikan yang merupakan lawannya, atau juga dapat dihubungkan dengan dosa-dosa pokok yang dibedakan dalam pengalaman Kristen menurut ajaran santo Yohanes Kasianus dan santo Gregorius Agung Bdk. mor 31,45.. Mereka dinamakan dosa-dosa pokok, karena mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. Dosa-dosa pokok adalah kesombongan, ketamakan, kedengkian, kemurkaan, percabulan, kerakusan kelambanan, atau kejemuan [acedia].
1867 Tradisi kateketik juga mengingatkan, bahwa ada dosa-dosa yang berteriak ke surga. Yang berteriak ke surga adalah darah Abel Bdk. Kej 4:10., dosa orang Sodom Bdk.Kej 18:20; 19:13., keluhan nyaring dari umat yang tertindas di Mesir Bdk. Kel 3:7-10., keluhan orang-orang asing, janda dan yatim piatu, Bdk. Kel 22:20-22. dan upah kaum buruh yang ditahan Bdk, Ul 24:14-15; Yak.5:4..
1868 Dosa adalah satu tindakan pribadi. Tetapi kita juga mempunyai tanggung jawab untuk dosa orang lain kalau kita turut di dalamnya, kalau kita mengambil bagian dalam dosa itu secara langsung dan dengan suka rela, kalau kita memerintahkannya, menasihatkan, memuji, dan membenarkannya, kalau kita menutup-nutupinya atau tidak menghalang-halanginya, walaupun kita berkewajiban untuk itu, kalau kita melindungi penjahat.
1869 Dengan demikian dosa membuat manusia menjadi teman dalam kejahatan dan membiarkan keserakahan, kekerasan, dan ketidakadilan merajaleIa di antara mereka. Di tengah masyarakat, dosa-dosa itu mengakibatkan situasi dan institusi yang bertentangan dengan kebaikan Allah. "Struktur dosa" adalah ungkapan dan hasil dosa pribadi, Mereka menggoda kurban-kurbannya, supaya ikut melakukan yang jahat. Dalam arti analog mereka merupakan "dosa sosial" Bdk. RP 16..
1871 Dosa adalah satu "perkataan, perbuatan, atau satu keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi" (Agustinus, Faust. 22,27) Dikutip oleh TomasAqu., s.th. 1-2,71,6, obj. 1: sc.. Satu penghinaan terhadap Allah. Ia membangkang terhadap Allah dalam ketidaktaatan, yang berlawanan dengan ketaatan KRISTUS.
1872 Dosa adalah satu tindakan melawan akal budi. Ia melukai kodrat manusia dan mengganggu solidaritas manusia.
1873 Akar dari semua dosa terletak di dalam hati manusia. Macamnya dan beratnya ditentukan terutama menurut obyeknya.
1874 Siapa yang dengan sengaja, artinya dengan tahu dan mau, menjatuhkan keputusan kepada sesuatu yang bertentangan dengan hukum ilahi dan dengan tujuan akhir manusia dalam hal yang berat, ia melakukan dosa berat. Dosa itu merusakkan kebajikan ilahi di dalam kita, kasih, dan tanpa kasih tidak ada kebahagiaan abadi. Kalau ia tidak disesali, ia akan mengakibatkan kematian abadi.
1875 Dosa ringan merupakan gangguan moral yang dapat diperbaiki lagi dengan kasih ilahi, yang bagaimanapun tetap ada di dalam kita.
1876 Pengulangan dosa, juga dosa ringan, membawa kepada kebiasaan buruk, antara lain kepada apa yang dinamakan dosa-dosa pokok.
TUHAN YESUS menebus dosa asal:
Roma
Adam dan KRISTUS
5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
5:13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.
5:14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu YESUS KRISTUS.
5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
5:17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu YESUS KRISTUS.
5:18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
5:20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,
5:21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh YESUS KRISTUS, Tuhan kita.
Jadi, TUHAN YESUS menebus dosa asal agar keselamatan itu terbuka untuk kita, karena dengan dosa hubungan kita dengan TUHAN ALLAH terputus, mengingat keselamatan itu cuma-cuma dari TUHAN ALLAH, sehingga tidak boleh ada yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9), namun kita harus menjaganya anugerah tersebut karena kita tidak mengusahakannya dan agar tidak jatuh lagi dalam dosa {(Roma 3:10,23) (1 Korintus 3:10-11,16-17) (2 Korintus 11:3) (1 Yohanes 1:8) (Wahyu 18:4) (Wahyu 20:13)}, dengan menjaga anugerah yang diberikan cuma-cuma tersebut maka kita akan masuk Kerajaan Surga {(Roma 8:18-27) (1 Korintus 15) (Ibrani 12:22) (Wahyu 21:1-5) (Wahyu 22:1-5)}
Matius
16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
16:17 Kata YESUS kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
Dalam bilik kita diberitahu mengapa perbuatan itu dosa, bagaimana cara menghadapinya apabila ketemu lagi dengan hal tersebut, trus kita diberi penguatan dan silih dosa (disuruh berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, Terpujilah)
Selesai dan pulang
Kalo Tobat Umum kita rame2 mengatakan: Saya mengaku kepada ALLAH YANG MAHA KUASA dan kepada saudara sekalian bahwa saya telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian, saya berdosa... saya berdosa... saya sungguh berdosa... oleh sebab itu saya mohon kepada St Perawan Maria, para Malaikat dan Orang Kudus dan saudara sekalian supaya mendoakan saya kepada ALLAH TUHAN kita.
Trus Imam menyatakan: Semoga ALLAH YANG MAHA KUASA mengasihani kita, mengampuni dosa-dosa kita dan menghantar kita kelak ke hidup yang kekal. Amin
Selesai, dilanjutkan ke Liturgi Sabda sampai Liturgi Ekaristi
Dalam Katolik dikenal istilah Purgatory:
Purgatory is the condition or process of purification or temporary punishment in which, it is believed, the souls of those who die in a state of grace are made ready for Heaven. This is a theological idea that has ancient roots and is well-attested in early Christian literature, while the poetic conception of purgatory as a geographically situated place is largely the creation of medieval Christian piety and imagination.
Purgatory (Lat., "purgare", to make clean, to purify) in accordance with Catholic teaching is a place or condition of temporal punishment for those who, departing this life in God's grace, are, not entirely free from venial faults, or have not fully paid the satisfaction due to their transgressions.
The faith of the Church concerning purgatory is clearly expressed in the Decree of Union drawn up by the Council of Florence (1431) (Mansi, t. XXXI, col. 1031), and in the decree of the Council of Trent which (Sess. XXV) defined:
"Whereas the Catholic Church, instructed by the Holy Ghost, has from the Sacred Scriptures and the ancient tradition of the Fathers taught in Councils and very recently in this Ecumenical synod (Sess. VI, cap. XXX; Sess. XXII cap.ii, iii) that there is a purgatory, and that the souls therein are helped by the suffrages of the faithful, but principally by the acceptable Sacrifice of the Altar; the Holy Synod enjoins on the Bishops that they diligently endeavor to have the sound doctrine of the Fathers in Councils regarding purgatory everywhere taught and preached, held and believed by the faithful" (Denzinger, "Enchiridon", 983).
Further than this the definitions of the Church do not go, but the tradition of the Fathers and the Schoolmen must be consulted to explain the teachings of the councils, and to make clear the belief and the practices of the faithful.
While use of the word "purgatory" (in Latin purgatorium) as a noun appeared perhaps only between 1160 and 1180, giving rise to the idea of purgatory as a place (what Jacques Le Goff called the "birth" of purgatory), the Roman Catholic tradition of purgatory as a transitional condition has a history that dates back, even before Jesus, to the worldwide practice of caring for the dead and praying for them, and to the belief, found also in Judaism, from which Christianity grew, that prayer for the dead contributed to their afterlife purification. The same practice appears in other traditions, such as the medieval Chinese Buddhist practice of making offerings on behalf of the dead, who are said to suffer numerous trials. Roman Catholic belief in purgatory is based, among other reasons, on the previous Jewish practice of prayer for the dead, a practice that presupposes that the dead are thereby assisted between death and their entry into their final abode.
The English Roman Catholic scholar Cardinal John Henry Newman argued that the essence of the doctrine is locatable in ancient tradition, and that the core consistency of such beliefs is evidence that Christianity was "originally given to us from heaven". Roman Catholics consider the teaching on purgatory to be part of the faith derived from the revelation of Jesus Christ that was preached by theapostles. Theologians and other Christians then developed the doctrine regarding purgatory over the centuries, leading to the definition of the formal doctrine of the Roman Catholic Church on the matter (as distinct from the legendary descriptions) at the Second Council of Lyon (1274), the Council of Florence (1438–1445), and the Council of Trent (1545–63).
1Yoh 2:2
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia
1Kor 3:12-15
3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
3:14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
3:15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
Wahyu 18:4
Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya
Jadi menurut Gereja Katolik:
Orang-orang beriman kepada YESUS (dan pastinya berdosa sehari-hari karena tidak ada manusia yang tak berdosa) disucikan di Purgatory sampai pada kebangkitan pertama dan naik kesurga (mengikuti para kudus Allah yang telah duluan nginap disana)
Wahyu 20:5-6
20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
20:6 Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan KRISTUS, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.
Dan yang TIDAK BANGKIT pada KEBANGKITAN PERTAMA adalah yang nantinya calon penghuni Neraka:
Wahyu 20:11-14
20:11 Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
20:12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.
20:13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.
20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api
Pembagiannya:
Orang Katolik --->Kematian Pertama--->Purgatory--->Kebangkitan Pertama--->Surga
Orang Kafir nan jahat--->Kematian Pertama--->Hades/Seol--->Tidak Bangkit pada Kebangkitan Pertama--->Kebangkitan Kedua--->Neraka
Sedangkan orang-orang pada masa transisi antara Adam dan YESUS (tidak mengenal YESUS):
1 Petrus 4:6
"Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah."
Manusia Purba (kita sebut saja begitu)--->Kematian Pertama--->Purgatory--->Kebangkitan Pertama--->Surga
Nah upah yang disebut itu tadi adalah kebangkitan kedua dan tak ada lagi kematian kedua (naik kesurga)... kalo ditanya kenapa katolik percaya purgatory ada lagi yang lebih kuat (alkitabiah menurut kami hehehehehe....) deuterokanonika hehehehehehe...
Nah pada 1 Pet 4:6 maksudnya adalah walaupun dialam roh (purgatory) mereka dihukum seperti manusia, lebih jelasnya lagi coba liat2 lagi di http://forumkristen.com/komunitas/index.php?topic=1959.msg347256#msg347256
Analog:
Nama YESUS adalah jaminan masuk surga, namun jaminan/garansi selalu ada syarat, kalau begini maka tidak boleh klaim, kalo begitu tidak boleh klaim....
Nah untuk Catholic, ada syaratnya, kalau anda berbuat dosa, maka ada hukumannya, kalau anda mati dalam keadaan kudus, monggo, masuk surga, kalau anda mati dalam keadaan kotor, mbok ya mandi dulu to... bersih2 dulu... baru... monggo, masuk surga dalam kekudusan.
Nah, kalo mati dalam keadaaan tanpa garansi dan kotor, monggo, udah ada tempatnya, kalo gak salah ada yang nyebut neraka.
(analog diatas merujuk pada hal beli barang ditoko yang bergaransi ya...)
Tq
Purgatory:
1Kor
3:10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
3:11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu YESUS KRISTUS.
3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
3:17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia
* Matius 5:26
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana , sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
* Matius 18:34
Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
* Lukas 12:58-59
Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana , sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
*Ibrani 12:14 - tanpa kekudusan tak seorangpun akan lihat Tuhan.
* Ibrani 12:23
Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.
* I Petrus 3:19-20 "dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.
*I Kor 3:13-17
sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Ditebus oleh YESUS KRISTUS masih ada proses (tetap selamat) sebelum kesurga (dibakar dengan api) apabila tidak kudus, yaitu PEKERJAANMU (bdk perbuatanmu), apalagi MENYANGKAL TUHAN YESUS (membinasakan bait ALLAH) maka (Allah membinasakan dia)! Sekalipun dia telah dibaptis (bait ALLAH)!
Dan untuk OSAS mungkin ayat ini cukup berguna:
Wahyu
20:13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.
Tertulis: mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.
Berdasarkan Alkitab
• Suatu keadaan setelah kematian dalam penderitaan dan pengampunan
• Pemurnian setelah kematian dengan api
Berdasarkan Tradisi / Bapa-bapa Gereja
• Gereja perdana mempercayai Api Penyucian
Berdasarkan Alkitab
1. Suatu keadaan setelah kematian dalam penderitaan dan pengampunan
* Matius 5:26
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana , sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
* Matius 18:34
Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
* Lukas 12:58-59
Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana , sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Yesus memberi pengajaran kita pada ayat-ayat di atas, bahwa untuk suatu kesalahan yang kita lakukan, kita harus menebusnya sampai lunas. Jika kita tidak mempunyai dosa berat dalam hidup ini, kita akan masuk ke suatu keadaan sementara yang disebut penjara, dan kita tidak akan keluar sampai kita membayar lunas hutang kita kepada Tuhan. “Penjara” ini adalah api pencucian di mana kita tidak akan dapat keluar sampai tebusan terakhir dibayar.
Matius 5:48 Yesus mengatakan, “ Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. ” Kita hanya dibuat sempurna melalui pemurnian, dan di dalam ajaran Katolik, pemurnian ini, jika belum diselesaikan di atas bumi semasa hidup, dilanjutkan dalam suatu keadaan transisi yang disebut api penyucian.
Matius 12:32 Yesus mengatakan “ Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia , ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak ”. Yesus secara jelas memberikan bahwa ada pengampunan setelah kematian. Ungkapan “di dunia yang akan datang” (dari bahasa Yunani “en to mellonti”) secara umum mengacu pada keadaan setelah kematian (lihat contoh pada Markus10.30; Lukas 18.30; 20.34-35; Efesus 1.21 untuk bahasa serupa). Alkitab KJV mengatakan dengan kalimat yang sama (world to come) untuk Markus 10.30; Lukas 18.30. Pengampunan tidak diperlukan di sorga, dan tidak ada pengampunan di neraka. Ini membuktikan ada status yang lain setelah kematian, dan Gereja selama 2,000 tahun telah menyebut status ini api penyucian.
* Lukas 12:47-48
Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."
Ketika tuan datang (pada waktu akhir), beberapa akan menerima pukulan ringan atau pukulan berat tetapi akan tetap hidup. Status ini bukanlah neraka atau sorga, sebab di sorga tidak ada pukulan, dan di neraka kita akan tidak lagi ada kehidupan bersama Tuhan.
Lukas 16:19-31 - dalam cerita ini (Lazarus dan orang kaya), kita lihat bahwa orang kaya yang mati sedang menderita tetapi masih merasakan rasa kasihan untuk saudara laki-lakinya dan ingin memperingatkan mereka tentang tempat penderitaannya. Tetapi tidak ada penderitaan di sorga, ataupun belas kasihan di neraka sebab rasa belas kasihan adalah rahmat dari Tuhan, dan mereka yang di neraka sangat kekurangan rahmat Tuhan untuk semua keabadian. Jadi dimana orang kaya itu? Ia di dalam api pencucian.
* 1 Korintus 15:29-30.
Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? Dan kami juga mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya?
Paulus menyebutkan perbuatan orang-orang yang dibaptis untuk kepentingan orang mati, dalam konteks menebus dosa-dosa mereka (orang-orang dibaptis untuk yang mati sehingga yang mati dibangkitkan). Orang-orang mati ini tidak di dalam sorga sebab mereka masih dengan dosa, tetapi mereka juga tidak berada di dalam neraka sebab di neraka dosa mereka tidak bisa lagi ditebus. Mereka ada di dalam api penyucian. Ayat ini secara langsung sesuai dengan 2 Makabe 12:44 yang mana juga menunjukkan doa khusus untuk orang mati, sedemikian sehingga dosa mereka mungkin diampuni.
* 2 Makabe 12:44
Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati.
Filemon 2:10 – Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada “di bawah bumi ”, yang mana sebenarnya adalah dunia orang mati atau api penyucian.
* 2 Timotius 1:16-18 –
Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.
Onesiforus sudah mati tetapi Paulus meminta belas kasihan Tuhan “pada hariNya” Penggunaan kata “hariNya” oleh menunjukkan konteks eskatologis (lihat contoh, Roma 2.5,16; 1 Korintus 1.8; 3.13; 5.5; 2 Korintus 1.14; Filemon 1.6,10; 2.16; 1 Tesalonika 5.2,4,5,8; 2 Tesalonika 2.2,3; 2 Timotius 4.8). Tentu saja, tidak diperlukan belas kasihan di sorga, dan tidak ada belas kasihan diberikan di neraka. Dimana Onesforus? Dia di Api Penyucian.
Ibrani 12:14 - tanpa kekudusan tak seorangpun akan lihat Tuhan. Kita memerlukan penyucian akhir untuk mencapai kekudusan yang sebenarnya sebelum berhadapan dengan Tuhan, dan proses ini terjadi selama hidup kita, dan jika tidak diselesaikan selama hidup kita, akan diselesaikan dalam kondisi transisi api penyucian.
* Ibrani 12:23
Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna . Roh manusia yang baru meninggal di dalam ketuhanan, akan dibuat menjadi sempurna, sehingga dalam ayat tersebut ada ungkapan “yang telah menjadi sempurna”. Mereka tidak perlu datang sempurna, mereka dibuat sempurna setelah kematian mereka. Tetapi mereka yang di sorga telah sempurna, dan mereka yang neraka tidak bisa lagi dibuat sempurna. Roh ini adalah di dalam api penyucian.
1 Petrus 3:19; 4:6- Yesus mengajar kepada roh di dalam “penjara”. Ini adalah jiwa yang benar yang sedang dibersihkan untuk tujuan yang berbahagia.
Wahyu 21:4 –
Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu . Tuhan akan menghapus air mata mereka, dan di sana tidak akan ada perkabungan atau rasa sakit, tetapi hanya setelah datangnya sorga yang baru dan meninggalkan langit dan bumi yang sekarang. Penghapusan air mata dan rasa sakit hanya terjadi pada ujung waktu. Tetapi tidak ada kesedihan atau rasa sakit di sorga, dan Tuhan tidak akan menyeka air mata mereka di neraka. Ini adalah jiwa yang mengalami api penyucian.
Wahyu 21:27- Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu . Tidak ada apapun yang kotor akan masuk sorga. Kata “kotor” berasal dari kata Yunani “koinon” yang mengacu pada suatu korupsi rohani. Bahkan cenderung mengarah ke dosa yang secara spiritual merusak, atau dipandang kotor, dan harus dibersihkan sebelum memasuki sorga. Adalah mengherankan banyak orang gereja lain tidak ingin mempercayai api penyucian. Api penyucian ada oleh karena kemurahan hati Tuhan. Jika tidak ada api pencucian, ini akan juga berarti tidak ada keselamatan untuk banyak orang. Tuhan Maha Pemurah, tentu.
Lukas 23:43– Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.Banyak orang gereja lain memperdebatkan bahwa, karena Yesus mengirim penjahat yang baik ke sorga, maka di sana bisa saja tidak ada api pencucian. Ada beberapa bantahan. Pertama, saat Yesus menggunakan kata ”Firdaus”. Ini tidak berarti sorga. Firdaus, dari bahasa Ibrani ”sheol” yang dimaksud adalah dunia dari orang benar yang mati. Ini adalah tempat orang mati yang akan masuk sorga, tetapi ditahan sampai kebangkitan Tuhan. Ke dua, karena tidak ada pemberian tanda baca dalam naskah yang asli, perkataan Yesus “ Aku berkata kepada kamu hari ini kamu akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus ” tidak berarti ada tanda koma setelah kata kamu yang pertama.” Ini berarti Yesus bisa saja berkata, “Aku berkata kepada kamu hari ini , kamu akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus ” (maksudnya, Yesus bisa saja menekankan seruan perkataannya itu “hari ini” atau “sekarang,” dan bahwa suatu saat di masa datang penjahat yang baik akan pergi ke sorga). Ketiga, sekalipun si penjahat pergi langsung ke sorga, ini tidak membuktikan tidak ada api pencucian (mereka secara penuh disucikan di dalam hidup ini – mungkin oleh suatu kematian yang penuh penyesalan dan berdarah – bisa siap untuk masuk pintu sorga).
* Kejadian 50:10;
Setelah mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan, maka mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan Yusuf mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya karena ayahnya itu.
* Bilangan 20:29;
Ketika segenap umat itu melihat, bahwa Harun telah mati, maka seluruh orang Israel menangisi Harun tiga puluh hari lamanya.
Ulangan 34:8 –
Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.
Di sini adalah beberapa contoh ritual doa dan penyesalan, ratapan berduka-cita untuk yang mati untuk periode waktu tertentu. Ratapan dan perkabungan oleh orang-orang beriman untuk yang mati tidak mungkin tanpa maksud atau hanya sekedar meratapi saja, hati orang beriman selalu mengarah kepada Tuhan. Pemahaman Yahudi tentang praktek ini adalah bahwa pendoa membebaskan jiwa-jiwa dari status pemurnian yang menyakitkan, dan mempercepat perjalanan mereka kepada Tuhan.
2 Makabe 12:43-45. Doa untuk yang mati membantu membebaskan mereka dari dosa dan membantu mereka ke dalam penghargaan sorga. Mereka yang sorga tidak punya dosa, dan mereka yang neraka tidak bisa lagi dibebaskan dari dosa. Mereka ada di dalam api pencucian.
2. Pemurnian Setelah Kematian dengan Api
Ibrani 12:29 – Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan . Tuhan adalah suatu api yang menghanguskan (api cinta di sorga, api yang membersihkan di dalam api pencucian atau penderitaan. dan api kutukan di dalam neraka).
1 Korintus 3:10-15, 17 Pekerjaan dihakimi setelah kematian dan yang diuji oleh api.
3:10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. \
3:11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
3:13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
3:14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
3:15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
3:17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Beberapa pekerjaan hangus, tetapi orang masih diselamatkan. Paulus mengacu pada status pembersihan yang disebut api pencucian. Dosa yang ringan (pekerjaan tidak baik) yang dilakukan, setelah kematian akan dibakar, tetapi orang masih dibawa kepada keselamatan. Status setelah kematian ini bukan sorga (tak seorangpun dengan dosa ringan boleh datang) atau neraka (tidak ada keselamatan dan pengampunan).
* 1 Korintus 3:15 “Bila ada pekerjaan orang dibakar, ia akan menderita kerugian, meskipun demikian dia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” Ungkapan untuk “menderita kerugian” dalam Yunani adalah “zemiothesetai”, asal kata adalah “zemioo” yang juga mengacu pada hukuman. Ungkapan “zemiothesetai” digunakan di dalam Keluaran 21:22 dan Ams. 19:19 yang mana mengacu pada hukuman (dari bahasa Ibrani “anash” yang maksudnya “menghukum” atau “hukuman”). Karenanya, ayat ini membuktikan bahwa ada suatu penebusan dari hukuman sementara setelah kematian kita, tetapi orang masih diselamatkan. Ini tidak bisa berarti sorga (tidak ada hukuman di dalam sorga) dan ini tidak bisa berarti neraka (kemungkinan penebusan tidak lagi ada dan orang tidak diselamatkan).
1 Korintus 3:15 Lebih lanjut, Paulus menulis dia sendiri akan diselamatkan “sekalipun begitu” seperti dari dalam api. “Ia akan diselamatkan” dalam bahasa Yunani adalah “sothesetai” (yang mana berarti keselamatan abadi). Ungkapan “sekalipun begitu” - KJV (atau “tetapi hanya”) dalam bahasa Yunani adalah “houtos” yang mana berarti “dengan cara yang sama”. Ini berarti bahwa manusia menerima kedua-duanya baik pembalasan dan keselamatan dengan cara yang sama oleh api.
1 Korintus 3:13 - Saat Paulus menulis tentang Tuhan menyatakan kualitas dari pekerjaan manusia dengan api dan memurnikannya, pemurnian ini berhubungan dengan dosa-dosanya (tidak hanya pekerjaan baiknya). Gereja lain mencoba untuk membuktikan kebalikannya tentang kenyataan api pencucian, mengatakan bahwa Paulus hanya menulis tentang penghargaan dari pekerjaan baik, dan tidak menghukum dosa (sebab menghukum dan membersihkan seorang manusia dari dosa akan mengakui ada api penyucian).
1 Korintus 3:17 Tetapi ayat ini membuktikan bahwa pembersihan setelah kematian berhubungan dengan penghukuman dosa. Membinasakan bait Allah adalah pekerjaan tidak baik, yang mana adalah dosa berat, yang membawa ke arah kematian. 1 Korintus 3:14,15,17- api pencucian mengungkapkan status kebajikan/pekerjaan baik (ay. 14), status dosa ringan (ay.15) dan status dosa berat (ay.17), di mana semua dihakimi dan harus ditebus setelah kematian.
* 1 Petrus 1:6-7
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Petrus mengacu pada api yang berkenaan dengan kesucian jiwa untuk menguji buah-buah dari iman kita.
* Yudas 1:23-
Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa. Orang-orang yang diselamatkan direnggut ke luar dari api. Orang-orang telah diselamatkan jika mereka adalah di sorga, dan tidak ada kemungkinan keselamatan jika mereka di dalam neraka. Orang-orang ini dibawa ke arah sorga dari api pencucian.
* Wahyu 3:18-19 -
Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi , ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Yesus mengacu pada api yang memurnikan emas yaitu, Ia mencintai mereka jika mereka menyesali dosa mereka. Ini adalah dalam konteks setelah kematian sebab Yesus mengatakannya dari sorga, menghadiahi pakaian putih, yaitu keselamatan setelah pembersihan dengan api (kedua-duanya setelah kematian).
* Daniel 12:10
Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.
Daniel mengacu pada pemurnian dengan mengatakan banyak orang akan memurnikan diri mereka, membuat diri mereka bersih dan murni.
* Kebijaksanaan Salomo 3:5-6
3:5 Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diriNya.
3:6 Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka olehNya, lalu diterima bagaikan korban bakaran.
Yang mati disiksa dan diuji oleh api untuk menerima penghargaan sorgawi mereka. Ini adalah api di api penyucian.
* Zakaria 13:8-19
Maka di seluruh negeri, demikianlah firman TUHAN, dua pertiga dari padanya akan dilenyapkan, mati binasa, tetapi sepertiga dari padanya akan tinggal hidup. Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil nama-Ku, dan Aku akan menjawab mereka. Aku akan berkata: Mereka adalah umat-Ku, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Allahku!"
Tuhan mengatakan 2/3 akan binasa, dan 1/3 akan dibiarkan hidup, dimasukkan ke dalam api, dan dimurnikan seperti perak dan diuji seperti emas. Mereka yang binasa pergi ke neraka, dan tidak diperlukan pemurnian di dalam sorga, maka yang sedang dimurnikan adalah di dalam api penyucian.
* Maleakhi 3:2-3
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.
Ayat ini juga mengacu pada pemurnian Tuhan dari orang benar pada kematian mereka.
http://www.sarapanpagi.org
Original sin
Augustine taught that Original sin of Adam and Eve was either an act of foolishness (insipientia) followed by pride and disobedience to God or the opposite: pride came first. The first couple disobeyed God, who had told them not to eat of the Tree of the knowledge of good and evil (Gen 2:17). The tree was a symbol of the order of creation. Self-centeredness made Adam and Eve eat of it, thus failing to acknowledge and respect the world as it was created by God, with its hierarchy of beings and values. They would not have fallen into pride and lack of wisdom, if Satan hadn't sown into their senses "the root of evil" (radix Mali). Their nature was wounded by concupiscence or libido, which affected human intelligence and will, as well as affections and desires, including sexual desire. In terms of Metaphysics, concupiscence is not a being but bad quality, the privation of good or a wound.
Augustine's understanding of the consequences of the original sin and of necessity of the redeeming grace was developed in the struggle against Pelagius and his pelagian disciples, Caelestius and Julian of Eclanum, who had been inspired by Rufinus of Syria, a disciple of Theodore of Mopsuestia. They refused to agree that libido wounded human will and mind, insisting that the human nature was given the power to act, to speak, and to think when God created it. Human nature cannot lose its moral capacity for doing good, but a person is free to act or not to act in a righteous way. Pelagius gave an example of eyes: they have capacity for seeing, but a person can make either good or bad use of it. Like Jovinian, pelagians insisted that human affections and desires were not touched by the fall either. Immorality, e.g. fornication, is exclusively a matter of will, i.e. a person does not use natural desires in a proper way. In opposition to that, Augustine pointed out to the apparent disobedience of the flesh to the spirit, and explained it as one of the results of original sin, punishment of Adam and Eve's disobedience to God:
For it was not fit that His creature should blush at the work of his Creator; but by a just punishment the disobedience of the members was the retribution to the disobedience of the first man, for which disobedience they blushed when they covered with fig-leaves those shameful parts which previously were not shameful.
(...) As, therefore, they were so suddenly ashamed of their nakedness, which they were daily in the habit of looking upon and were not confused, that they could now no longer bear those members naked, but immediately took care to cover them; did not they—he in the open, she in the hidden impulse—perceive those members to be disobedient to the choice of their will, which certainly they ought to have ruled like the rest by their voluntary command? And this they deservedly suffered, because they themselves also were not obedient to their Lord. Therefore they blushed that they in such wise had not manifested service to their Creator, that they should deserve to lose dominion over those members by which children were to be procreated.
– Against Two Letters of the Pelagians 1.31-32
Augustine had served as a "Hearer" for the Manicheans for about nine years, who taught that the original sin was carnal knowledge. This allowed Augustine, after his conversion, to find narrow path between the Manichean and Pelagian positions.
The view that not only human soul but also senses were influenced by the fall of Adam and Eve was prevalent in Augustine's time among the Fathers of the Church. It is clear that the reason of Augustine's distance towards the affairs of the flesh was different than that of Plotinus, a neo-Platonist who taught that only through disdain for fleshly desire could one reach the ultimate state of mankind. Augustine taught the redemption, i.e. transformation and purification, of the body in the resurrection.
Some authors perceive Augustine's doctrine as directed against human sexuality and attribute his insistence on continence and devotion to God as coming from Augustine's need to reject his own highly sensual nature as described in the Confessions. But in view of his writings it is apparently a misunderstanding. Augustine teaches that human sexuality has been wounded, together with the whole of human nature, and requires redemption of CHRIST. That healing is a process realised in conjugal acts. The virtue of continence is achieved thanks to the grace of the sacrament of Christian marriage, which becomes therefore a remedium concupiscentiae - remedy of concupiscence. The redemption of human sexuality will be, however, fully accomplished only in the resurrection of the body.
The sin of Adam is inherited by all human beings. Already in his pre-Pelagian writings, Augustine taught that Original Sin was transmitted by concupiscence,[citation needed] which he regarded as the passion of both, soul and body, making humanity a massa damnata (mass of perdition, condemned crowd) and much enfeebling, though not destroying, the freedom of the will.
Augustine's formulation of the doctrine of original sin was confirmed at numerous councils, i.e. Carthage (418), Ephesus (431), Orange (529), Trent (1546) and by popes, i.e. Pope Innocent I (401-417) and Pope Zosimus (417-418). Anselm of Canterbury established in his Cur Deus Homo the definition that was followed by the great Schoolmen, namely that Original Sin is the "privation of the righteousness which every man ought to possess", thus interpreting concupiscence as something more than mere sexual lust, with which some Augustine's disciples had defined it as later did Luther and Calvin, a doctrine condemned in 1567 by Pope Pius V.
Lutherans and Calvinists disaccordingly claim that, according to Augustine, human beings are utterly depraved in nature. According to them, humans are spoiled by the original sin to the extent that the very presence of concupiscence, fomes peccati (incendiary of sin), is already a personal sin. Augustine's doctrine about the liberum arbitrium or free will and its inability to respond to the will of God without divine grace is interpreted (mistakenely according to Roman Catholics) in terms of Predestination: grace is irresistible, results in conversion, and leads to perseverance. The Calvinist view of Augustine's teachings rests on the assertion that God has foreordained, from eternity, those who will be saved. The number of the elect is fixed. God has chosen the elect certainly and gratuitously, without any previous merit (ante merita) on their part.
The Catholic Church considers Augustine's teaching to be consistent with free will. He often said that any can be saved if they wish. While God knows who will be saved and who will not, with no possibility that one destined to be lost will be saved, this knowledge represents God's perfect knowledge of how humans will freely choose their destinies.
Controversy concerning Calvinism
In this common, loose sense of the term, to affirm or to deny predestination has particular reference to the Calvinist doctrine of Unconditional Election. In the Calvinist system, this doctrine normally has only pastoral value related to the assurance of salvation. However, the philosophical implications of the doctrine of election and predestination are sometimes discussed beyond these systematic bounds. Under the topic of the doctrine of God (theology proper), the predestinating decision of God cannot be contingent upon anything outside of Himself, because all other things are dependent upon Him for existence and meaning. Under the topic of the doctrines of salvation (soteriology), the predestinating decision of God is made from God's knowledge of his own will, and is therefore not contingent upon human decisions (rather, free human decisions are outworkings of the decision of God, which sets the total reality within which those decisions are made in exhaustive detail: that is, nothing left to chance). Calvinists do not pretend to understand how this works; but they are insistent that the Scriptures teach both the sovereign control of God and the responsibility and freedom of human decisions (see "Equivocal or analogical concepts of freedom" above).
This view is commonly called double predestination, although within a Calvinist system this term is usually accepted only with qualifications, and many reject the term altogether as being incompatible with the pastoral use of the doctrine of election.
Double predestination is the eternal act of God, whereby the future of every particular person in the human race has been determined beforehand, by God. Whatever the individual wills or does, for good or for evil, is conceived as performing a functional part, or outworking of that ordained purpose. This prior determination applies to both, the elect and the reprobate. This idea is formed on an interpretation of various Scriptures in the Old and New Testaments. Romans 9 is frequently quoted in explanation of the doctrine.
19 Thou wilt say then unto me, Why doth he yet find fault? For who hath resisted his will? 20 Nay but, O man, who art thou that repliest against God? Shall the thing formed say to him that formed it, Why hast thou made me thus? 21 Hath not the potter power over the clay, of the same lump to make one vessel unto honour, and another unto dishonour? 22 What if God, willing to shew his wrath, and to make his power known, endured with much longsuffering the vessels of wrath fitted to destruction: 23 And that he might make known the riches of his glory on the vessels of mercy, which he had afore prepared unto glory - KJV
Calvinist groups use the term "Hyper-Calvinism" to describe Calvinistic systems that assert without qualification that God's intention to destroy some is equal to His intention to save others. Some forms of Hyper-Calvinism have racial implications, against which other Calvinists vigorously object (see Afrikaner Calvinism). The Dutch settlers of South Africa claimed that the Blacks were members of the non-elect, because they were the sons of Ham, whom Noah had cursed to be slaves, according to Genesis 9:18-19. The Dutch Calvinist theologian Franciscus Gomarus also argued that Jews, because of their refusal to worship JESUS CHRIST, were members of the non-elect. According to I John 2:22-23, anyone who refuses to believe that JESUS is the CHRIST is an antichrist. This is what I John 2: 22-23 says: "Who is a liar but he who denies that JESUS is the CHRIST? He is antichrist who denies the Father and the Son. Whoever denies the Son does not have the Father either; he who acknowledges the Son has the Father also." Martin Luther published in 1543 On the Jews and Their Lies, in which he denounced the Jews for their failure to convert to Christianity.
Expressed sympathetically, the Calvinist doctrine is that God has mercy or withholds it, with particular consciousness of who are to be the recipients of mercy in CHRIST. Therefore, the particular persons are chosen, out of the total number of human beings, who will be rescued from enslavement to sin and the fear of death, and from punishment due to sin, to dwell forever in His presence. Those who are being saved are assured through the gifts of faith, the sacraments, and communion with God through prayer and increase of good works, that their reconciliation with Him through CHRIST is settled by the sovereign determination of God's will. God also has particular consciousness of those who are passed over by His selection, who are without excuse for their rebellion against Him, and will be judged for their sins.
By implication, and expressed unsympathetically, the number of the elect subtracted from the total number, leaves an exact number of those who are consciously passed over by the mercy of God, who will dwell forever away from His presence, without regard to anything that otherwise distinguishes people from one another. All are believed to be undeserving, whether they are rich or poor, male or female, murderers or philanthropists, or any other difference. In other words, God determines the exact numbers of the damned and the saved, and these numbers are consciously known and indeed, decided upon by God, before any of these individuals have begun to exist.
Thus, Calvinists may acknowledge with qualifications that, double predestination is a legitimate position, logically deduced from any form of single predestination that does not include universal salvation.
Calvinists typically divide on the issue of predestination into infralapsarians (sometimes called 'sublapsarians') and supralapsarians. Infralapsarians believe that God chose his elect considering the situation after the Fall, while supralapsarians believe that the Fall was ordained by God's decree of election. In infralapsarianism, election is God's response to the Fall, while in supralapsarianism the Fall is part of God's plan for election. In spite of the division, many Calvinist theologians would consider the debate surrounding the infra- and supralapsarian positions one in which scant Scriptural evidence can be mustered in either direction, and which at any rate has little effect on the overall doctrine.
Some Calvinists decline from describing the eternal decree of God in terms of a sequence of events or thoughts, and many caution against the simplifications involved in describing any action of God in speculative terms. Most make distinctions between the positive manner in which God chooses some to be recipients of grace, and the manner in which grace is consciously withheld so that some are destined for everlasting punishments.
Debate concerning predestination according to the common usage, concerns the destiny of the damned, whether God is just if that destiny is settled prior to the existence of any actual violition of the individual, and whether the individual is in any meaningful sense responsible for his destiny if it is settled by the eternal action of God.
Biblical support of free will
Free will by definition is a valueless claim; e.g. one can freely choose chocolate or vanilla, but with either choice there will be an equal portion of ice cream. One can choose to go to school or become a tradesman, but in either case a fulfilling life can be led. Religion however teaches that free will carries with it the cost of eternal damnation. God has chosen for the many to be chastiesed to hell for his decision in creating the opportunity for others to 'freely choose' eternal life. Indeed, free choice as understood by religious texts bear many prime examples of this perversion of free will. Examples of Biblical passages which support "free" will:
Deuteronomy 30:19 "I call heaven and earth to witness against you today, that I have set before you life and death, the blessing and the curse. So choose life in order that you may live, you and your descendants,"
Joshua 24:15 "But if serving the LORD seems undesirable to you, then choose for yourselves this day whom you will serve, whether the gods your ancestors served beyond the Euphrates, or the gods of the Amorites, in whose land you are living. But as for me and my household, we will serve the LORD."
Ezekiel 18:32 "For I take no pleasure in the death of anyone, declares the LORD. Repent and live!"
Mark 16:16 "He who believes and is baptized will be saved; but he who does not believe will be condemned."
Romans 10:9 "that if you confess with your mouth the Lord JESUS and believe in your heart that God has raised Him from the dead, you will be saved."
Matthew 9:29 "Then He touched their eyes, saying, "According to your faith let it be to you."
1 Thessalonians 4:14 "For if we believe that JESUS died and rose again, even so God will bring with Him those who sleep in JESUS."
John 3:16 "For God so loved the world that He gave His only begotten Son, that whoever believes in Him should not perish but have everlasting life."
2 Corinthians 5:15 "He died for all, so that those who might live might no longer live for themselves but for him who for their sake died and was raised." NAB
Jeremiah 18:7-10 "The instant I speak concerning a nation, to pluck up, to pull down, and to destroy it, if that nation against whom I have spoken turns from its evil, I will relent of the disaster that I thought to bring upon it. And the instant I speak concerning a nation and concerning a kingdom, to build and to plant it, and if it does evil in My sight so that it does not obey My voice, then I will relent concerning the good with which I said I would benefit it." NKJ
I Timothy 2 3:4 "For this is good and acceptable in the sight of God our Savior, who desires all men to be saved and to come to the knowledge of the truth." NKJ
II Peter 3:9 "The Lord is not slack concerning His promise, as some count slackness, but is longsuffering toward us, not willing that any should perish but that all should come to repentance." NKJ
Why. 21:27 Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar