Selasa, 29 Maret 2011

Ekaristi

Transsubstansial


1376 Konsili Trente menyimpulkan iman Katolik, dengan menjelaskan: "Karena KRISTUS Penebus kita mengatakan bahwa apa yang Ia persembahkan dalam rupa roti adalah benar-benar tubuh-Nya, maka di dalam Gereja Allah selalu dipegang teguh keyakinan ini, dan konsili suci ini menjelaskannya kembali: oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh KRISTUS, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. Perubahan ini oleh Gereja Katolik dinamakan secara tepat dan dalam arti yang sesungguhnya perubahan hakiki [transsubstansiasi]" (DS: 1642).



Konsekrasi, yaitu perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah KRISTUS secara transsubstansial

ROTI telah BERUBAH MENJADI DAGING dan ANGGUR MENJADI DARAH

1Kor 11:27   Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

Augustine (354-430): In a word, He now explains how that which He speaks of comes to pass, and what it is to eat His body and to drink His blood. "œHe that eateth my flesh, and drinketh my blood, dwelleth in me, and I in him." This it is, therefore, for a man to eat that meat and to drink that drink, to dwell in CHRIST, and to have CHRIST dwelling in him. Consequently, he that dwelleth not in CHRIST, and in whom CHRIST dwelleth not, doubtless neither eateth His flesh [spiritually] nor drinketh His blood [although he may press the sacrament of the body and blood of CHRIST carnally and visibly with his teeth], but rather doth he eat and drink the sacrament of so great a thing to his own judgment, because he, being unclean, has presumed to come to the sacraments of CHRIST, which no man taketh worthily except he that is pure: of such it is said, "œBlessed are the pure in heart, for they shall see God." NPNF1: Vol. VII, Tractates on John, Tractate 26, John 6:41-59, §18.

Augustine (354-430): Let them come to the church and hear where CHRIST is, and take Him. They may hear it from us, they may hear it from the gospel. He was slain by their forefathers, He was buried, He rose again, He was recognized by the disciples, He ascended before their eyes into heaven, and there sitteth at the right hand of the Father; and He who was judged is yet to come as Judge of all: let them hear, and hold fast. Do they reply, How shall I take hold of the absent? how shall I stretch up my hand into heaven, and take hold of one who is sitting there? Stretch up thy faith, and thou hast got hold. Thy forefathers held by the flesh, hold thou with the heart; for the absent CHRIST is also present. But for His presence, we ourselves were unable to hold Him. NPNF1: Vol. VII, Tractates on John, Tractate 50, John 11:55-57, 12:1-11, §4.

And elsewhere...

Augustine (354-430): It seemed unto them hard that He said, "œExcept ye eat the flesh of the Son of Man, ye have no life in you:" they received it foolishly, they thought of it carnally, and imagined that the Lord would cut off parts from His body, and give unto them; and they said, "œThis is a hard saying." It was they who were hard, not the saying; for unless they had been hard, and not meek, they would have said unto themselves, He saith not this without reason, but there must be some latent mystery herein. They would have remained with Him, softened, not hard: and would have learnt that from Him which they who remained, when the others departed, learnt. For when twelve disciples had remained with Him, on their departure, these remaining followers suggested to Him, as if in grief for the death of the former, that they were offended by His words, and turned back. But He instructed them, and saith unto them, "œIt is the Spirit that quickeneth, but the flesh profiteth nothing; the words that I have spoken unto you, they are spirit, and they are life." Understand spiritually what I have said; ye are not to eat this body which ye see; nor to drink that blood which they who will crucify Me shall pour forth. I have commended unto you a certain mystery; spiritually understood, it will quicken. Although it is needful that this be visibly celebrated, yet it must be spiritually understood. NPNF1: Vol. VIII, St. Augustin on the Psalms, Psalm 99 (98), §8.

But the most interesting quote to me as far as it concerns the contention of Roman Catholics is the denial of Pope Gelasius I of the concept of transubstantiation...

Gelasius, Bishop of Rome (492-496): Surely the sacrament we take of the Lord´s body and blood is a divine thing, on account of which, and by the same we are made partakers of the divine nature; and yet the substance of the bread and wine does not cease to be. And certainly the image and similitude of CHRIST´s body and blood are celebrated in the action of the mysteries. (Tractatus de duabus naturis 14 [PL Sup.-III. 773]) See Francis Turretin, Institutes of Elenctic Theology, 3 Vols., trans. George Musgrave Giger and ed. James T. Dennison (Phillipsburg: reprinted by Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1992), Vol. 3, p. 479 (XVIII.xxvi.xx).
Latin text: Certe sacramenta, quae sumimus, corporis et sanguinis Christi divina res est, propter quod et per eadem divinae efficimur consortes naturae; et tamen esse non desinit substantia vel natura panis et vini. Et certe imago et similitudo corporis et sanguinis Christi in actione mysteriorum celebrantur. Jacques Paul Migne, Patrologiae Latinae, Tractatus de duabis naturis Adversus Eutychen et Nestorium 14, PL Supplementum III, Part 2:733 (Paris: Editions Garnier Freres, 1964).

Edward J. Kilmartin, S.J.: According to Gelasius, the sacraments of the Eucharist communicate the grace of the principal mystery. His main concern, however, is to stress, as did Theodoret, the fact that after the consecration the elements remain what they were before the consecration. Edward J. Kilmartin, S.J., "œThe Eucharistic Theology of Pope Gelasius I: A Nontridentine View" in Studia Patristica, Vol. XXIX (Leuven: Peeters, 1997), p. 288.

And speaking of Theodoret as Kilmartin did...

Theodoret of Cyrrhus (393-466): Orth. "” You are caught in the net you have woven yourself. For even after the consecration the mystic symbols are not deprived of their own nature; they remain in their former substance figure and form; they are visible and tangible as they were before. But they are regarded as what they are become, and believed so to be, and are worshipped as being what they are believed to be. Compare then the image with the archetype, and you will see the likeness, for the type must be like the reality. For that body preserves its former form, figure, and limitation and in a word the substance of the body; but after the resurrection it has become immortal and superior to corruption; it has become worthy of a seat on the right hand; it is adored by every creature as being called the natural body of the Lord. NPNF2: Vol. III, Theodoret, Dialogue II."”The Unconfounded. Orthodoxos and Eranistes.

Transsubstansiasi

oleh: P. William P. Saunders *

Putera saya yang baru saja menerima Komuni Pertamanya pada hari raya Paskah tahun ini mengalami pengalaman yang menyedihkan. Temannya, yang berasal dari paroki lain dan yang juga baru saja menerima Komuni Pertamanya, mengatakan kepada putera saya, “Oh, itu kan hanya roti dan anggur.” Putera saya sangat kecewa, sebab selalu diajarkan kepadanya bahwa Komuni Kudus adalah sungguh Tubuh dan Darah KRISTUS. Saya berusaha meyakinkannya. Dapatkah anda membantu? ~ seorang pembaca ACH

Pengalaman mengecewakan seperti yang dialami putera anda dan katekese keliru serta tidak benar yang diterima temannya mendorong Bapa Suci kita untuk menulis ensikliknya “Ecclesia de Eucharistia” (Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja).

Sebagai orang Katolik, kita yakin percaya akan kehadiran nyata KRISTUS dalam Ekaristi Kudus. Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam “Presbyterorum Ordinis” menegaskan, “Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepadanya. Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni KRISTUS Sendiri, Paska kita dan Roti hidup, yang karena Daging-Nya dihidupkan oleh ROH KUDUS dan menjadi sumber kehidupan mengurniakan kehidupan kepada manusia.” Oleh karena itu, Konsili Vatikan II menegaskan Ekaristi Kudus sebagai “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” (Lumen Gentium, no. 11).

Keyakinan kita akan Ekaristi Kudus berakar dari KRISTUS Sendiri, Ingatlah akan ajaran indah KRISTUS tentang Roti Hidup seperti tercatat dalam Injil St. Yohanes, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yoh 6:51.53-57). Perhatikan bahwa bahasa yang digunakan-Nya bukan bahasa simbolik - YESUS bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan-Nya. Lagipula, meskipun timbul pertengkaran serta penolakan, dan bahkan sebagian murid meninggalkan KRISTUS okeh karena ajaran-Nya ini, YESUS tidak lalu mengatakan, “Sudah, berhentilah. Yang aku maksudkan adalah secara simbolik.” Tetapi, YESUS tetap berpegang pada pengajaran-Nya itu.

Makna dari pengajaran tentang Roti Hidup ini menjadi lebih jelas pada Perjamuan Terakhir pada hari Kamis Putih pertama. Saat itu YESUS mengumpulkan para rasul-Nya untuk bersama-sama ambil bagian dalam Perjamuan Terakhir-Nya. Menurut Injil St. Matius, YESUS mengambil roti tak beragi dan anggur - dua sumber makanan utama. “YESUS mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: `Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.' Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: `Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.'” Jika kita meringkas kata-kata konsekrasi dalam kisah Perjamuan Terakhir seperti yang dicatat dalam Injil, kita akan mendapatkan kata-kata konsekrasi seperti yang dipergunakan dalam Perayaan Misa (bdk. Mat 26:26-30; Mrk 14:22-26; dan Luk 22:14-20).

Renungkan kata-kata itu! YESUS tidak hanya sekedar memberikan roti dan anggur yang telah diberkati kepada para rasul. Melainkan, Ia memberikan Diri-Nya sepenuhnya - Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an-Nya. Ia memberikan Diri-Nya Sendiri. Betapa benarnya itu! Keesokan harinya, tubuh YESUS tergantung di atas altar salib. Darah-Nya dicurahkan untuk menghapus dosa-dosa kita. Sebagai imam, YESUS mempersembahkan kurban penghapus dosa yang sempurna. Tetapi, kurban-Nya ini bukanlah kurban yang mendatangkan maut, melainkan kurban yang memberikan hidup, karena tiga hari kemudian KRISTUS bangkit dari antara orang mati dengan mengalahkan baik dosa maupun maut. Ya, perjanjian yang sempurna dan kekal atas hidup dan cinta dengan Tuhan yang dimeteraikan oleh Tuhan kita YESUS KRISTUS.

Keseluruhan misteri ini diabadikan dalam Ekaristi Mahakudus dan Kurban Kudus Misa. Kita juga mengambil roti tak beragi dan anggur, dua sumber makanan utama. Atas kehendak Bapa, dengan kuasa ROH KUDUS dan imamat YESUS yang dipercayakan kepada para imam-Nya yang tertahbis, dan melalui kata-kata konsekrasi, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah YESUS. Ya, roti dan anggur tidak berubah dalam karakteristiknya - mereka tetap tampak sama, rasa dan baunya tetap sama, dan bentuknya pun tetap sama. Namun demikian, realitas “apa itu,” dari substansi sungguh telah berubah. Kita tidak menyambut roti dan anggur; kita menyambut Tubuh dan Darah KRISTUS. Kita menyebut peristiwa ini sebagai “transsubstansiasi”, suatu istilah yang dipergunakan dalam Konsili Lateran IV (thn 1215) dan dipertegas kembali oleh Bapa Suci kita dalam Ecclesia de Eucharistia (no. 15). Sebab itu, setiap kali kita merayakan Misa, kita masuk dalam keseluruhan misteri Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah yang hadir sepanjang masa dan abadi, serta ambil bagian secara intim dalam kehidupan KRISTUS melalui Ekaristi Kudus.

Dalam Ecclesia de Eucharistia, Bapa Suci menekankan pokok-pokok berikut, “Pada setiap perayaan Ekaristi, kita dibawa kembali kepada Trihari Paskah: kepada peristiwa malam hari Kamis Putih, kepada Perjamuan Terakhir dan kepada apa yang menyusulnya. Dasar Ekaristi mendahului secara sakramental peristiwa yang bakal terjadi, dimulai dengan sakrat Getsemani.” (no. 3).

Lagipula, dalam dan melalui Ekaristi Kudus, Bapa Suci mengajarkan agar kita merenungkan wajah KRISTUS sebab Ia sungguh hadir: “Merenungkan KRISTUS berarti mampu mengenali-Nya di mana pun Ia nampak, dalam pelbagai wujud, tetapi terutama dalam sakramen hidup dari tubuh dan darah-Nya. Gereja hidup dari KRISTUS Ekaristi, disuapi oleh-Nya dan beroleh kecemerlangan dari pada-Nya. Ekaristi adalah sekaligus misteri iman dan `misteri terang'. Setiap kali Gereja merayakan Ekaristi, maka dalam salah satu cara umat dapat merasakan kembali pengalaman kedua murid yang berjalan ke Emaus: `Mata mereka terbuka dan mengenali Dia.'” (no. 6).

Gereja Katolik senantiasa mengagungkan harta pusaka ini. St. Paulus menulis, “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan YESUS, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: `Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!' Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: `Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku' Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (I Kor 11:23-26).

Pada masa penganiayaan oleh Romawi, guna membedakan secara jelas Ekaristi dari ritus kafir Mithra dan guna menepis tuduhan Romawi atas praktek kanibalisme, St. Yustinus martir (wafat thn 165) menulis dalam Apologiæ, “Kami tidak menyantap roti dan anggur Ekaristi seakan-akan mereka adalah makanan dan minuman biasa, sebab telah diajarkan kepada kami bahwa YESUS KRISTUS Juruselamat kami menjadi manusia dengan daging dan darah oleh kuasa Sabda Allah, demikian pula makanan yang dicerna daging dan darah kami dari santapan tersebut menjadi daging dan darah dari inkarnasi YESUS oleh kuasa kata-kata-Nya Sendiri yang terkandung dalam doa ucapan syukur.”

Sesudahnya, Konsili Trente pada tahun 1551 menanggapi pandangan-pandangan sesat dari kaum Reformasi. Ingat Zwingli dan Calvin percaya bahwa KRISTUS hadir hanya “dalam lambang”; Luther percaya akan kon-substansiasi di mana Ekaristi adalah sekaligus tubuh dan darah, dan roti dan anggur; dan Melancthon percaya bahwa Ekaristi kembali menjadi roti dan anggur sesudah komuni.

Dekrit Trente, Ajaran tentang Kurban Misa Mahakudus menyatakan, “Dalam Sakramen Ekaristi Mahakudus, setelah konsekrasi roti dan anggur, Tuhan kita YESUS KRISTUS, sungguh Allah dan sungguh manusia, secara nyata, sungguh benar, dan pada intinya hadir dalam rupa realitas yang kelihatan itu. Tidak ada pertentangan dengan kenyataan bahwa Juruselamat kita senantiasa duduk di sebelah kanan Bapa di surga menurut kodrat keberadaan-Nya, dan bahwa, meskipun demikian, dalam substansi-Nya Ia hadir secara sakramental bagi kita di banyak tempat lain juga.”

Oleh sebab itu, tak ada seorang pun beriman Katolik yang mengatakan bahwa Ekaristi Kudus hanyalah roti dan anggur atau hanya melambangkan Tubuh dan Darah KRISTUS. Ya, kita berdoa mohon rahmat agar kita boleh percaya lebih teguh setiap hari dalam karunia KRISTUS Sendiri yang amat berharga ini. Sepatutnya kita mencamkan kata-kata St. Thomas Aquinas dalam Adoro Te Devote, “Allah yang tersamar, Dikau kusembah, sungguh tersembunyi roti wujudnya. Seluruh hati hamba tunduk berserah; ku memandang Dikau hampa lainnya.”

Dalam tugas pelayanan saya di Philadelphia, saya mengunjungi seorang wanita tua yang telah kehilangan sebagian besar mulutnya karena penyakit kanker. Ia memiliki slang makanan permanen dimana ia menuangkan cairan makanan. Ketika saya membawakan Komuni Kudus untuknya, saya akan membawakan Darah Mahasuci dalam sebuah botol kecil yang telah dikonsekrasikan pada Misa pagi, kemudian ia akan menuangkannya ke dalam slang, serta menambahkan sedikit air untuk membersihkannya. Apakah ia menerima KRISTUS? Pasti. Apakah ia menerima rahmat sebanyak mereka yang menerima Hosti Kudus? Pasti. Jika seseorang menerima, baik Darah Mahasuci, atau Hosti Kudus, atau kedua-duanya, ia menerima seluruh buah rahmat Ekaristi dari sakramen.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.

Baru-baru ini saya melihat berita mengenai seorang gadis kecil di New Jersey yang Komuni Pertamanya tidak disahkan oleh Uskup. Tampaknya anak itu alergi gandum, dan imam memberinya komuni dengan hosti yang terbuat dari beras. Mengapakah ia tidak dapat menerima hosti dari beras, dan bukan gandum; bukankah ia alergi? Apakah yang harus dilakukan?
~ seorang pembaca di Washington

Dengan pemahaman ini, mengenai kisah yang dipertanyakan di atas, gadis kecil yang menerima hosti yang dibuat dari beras itu memang tidak menerima Ekaristi Kudus. Walau siaran-siaran berita mungkin melaporkan bahwa uskup “tidak mensahkan” Komuni Pertama anak itu, sesungguhnya Uskup hanya memperingatkan bahwa anak itu tidak menerima Ekaristi Kudus. Hosti yang terbuat dari beras memang tidak dapat ditranssubstansiasikan menjadi Ekaristi Kudus. Patut dicamkan bahwa Gereja tidak bersikukuh pada “peraturan-peraturan yang dibuat manusia,” seperti yang didakwakan sebagian orang; melainkan Gereja memelihara serta melindungi apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan kita.

Point lainnya: Seorang imam seharusnya tahu benar mengenai hal ini. Secara obyektif, menyelewengkan materia dan forma sacramenti adalah dosa berat.

Jadi, bagaimanakah kemungkinan jalan keluarnya? Pertama, gadis kecil yang alergi terhadap unsur gluten yang terkandung dalam gandum itu dapat menyambut Komuni Pertamanya dengan menerima Darah Mahasuci dari piala. Kepenuhan rahmat sungguh ada dan dilimpahkan kepada siapa pun yang menerima baik Hosti Kudus saja, atau Darah Mahasuci saja, atau keduanya.

Kedua, hosti gandum dapat dibuat di mana kandungan gluten dalam gandum telah nyaris seluruhnya dihilangkan.Beberapa biara suster-suster, yang membuat hosti guna membantu menopang hidup mereka secara finansial, sekarang menawarkan hosti gandum di mana hampir seluruh kandungan glutennya telah dihilangkan.

Celiac Disease adalah penyakit yang mengganggu saluran pencernaan sehingga tak bisa menyerap nutrisi secara baik. Penderita celiac disease tak bisa mengkonsumsi segala bentuk protein yang berasal dari gluten, yang banyak di temukan dalam gandum, roti, dan tepung.

Bagi umat Katolik bentuk penyembahan tertinggi yang diinginkan oleh YESUS adalah Ekaristi. Sakramen Ekaristi atau Misa Kudus adalah cara umat Katolik menyembah KRISTUS, karena itulah yang dikehendaki oleh KRISTUS. Dan bagi yang pernah mengikuti Ekaristi, maka  akan mengerti bahwa fokus dari Ekaristi adalah benar-benar KRISTUS sendiri. Semua devosi, seperti doa rosario, novena, dll tidak dapat menggantikan Sakramen Ekaristi, karena Sakramen Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani. KRISTUS hadir di dalam Ekaristi, sesuai dengan janji-Nya pada saat meninggalkan warisan Ekaristi pada Perjamuan Terakhir sebelum sengsara-Nya. Ekaristi diberikan sebagai kurban Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan mengambil bagian di dalamnya, kita dapat bersatu dengan-Nya dan menjadi satu Tubuh. Jadi, Ekaristi merupakan Perjanjian Baru dan Kekal yang menjadi dasar pembentukan Umat pilihan yang baru, yaitu Gereja. Di dalam Ekaristi kita melihat cerminan liturgi surgawi dan kehidupan kekal di mana Allah meraja di dalam semua. Ekaristi menjadi penuh makna, karena bukan hanya dihayati sebagai penyembahan umat Allah di dunia ini, namun juga seluruh isi Sorga (Bunda Maria dan santa-santo, serta para malaikat) turut dalam pujian dan penyembahan kepada KRISTUS. 

Dalam Ekaristi Kudus, kita disatukan oleh Tuhan sendiri di sekitar altar untuk diteguhkan oleh Firman-Nya dan makan-minum dari Tubuh dan Darah yang satu dan sama. Kebersamaan ini secara nyata tampak dalam Komuni kudus, dimana kita tidak hanya bersatu dengan Tuhan, tetapi juga disatukan dengan yang lainnya. Maka peristiwa dalam perayaan Ekaristi adalah sesuatu yang sakral.

Bahkan Prof.Scott Hahn merasakan bahwa Ia sedang berada di surga ketika ia mengikuti Misa Kudus :http://forumkristen.com/komunitas/index.php?topic=34543.msg410477#msg410477

Di dalam Ekaristi, KRISTUS menyatakan pemenuhan janjiNya ketika berkata, “Akulah Roti Hidup yang telah turun dari sorga. Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya… Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:35,51,54,57). Dengan mengambil rupa roti, YESUS membuat Diri-Nya menjadi sangat kecil dalam rupa Roti agar kita dapat menyantap-Nya.

Didalam Ekaristi kita menerima TUHAN dalam rupa roti (Komuni) yang memperdalam persatuan kita dengan YESUS, hal ini berdasarkan atas perkataan YESUS, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (Yoh. 6:56)Komuni memisahkan kita dari dosa, karena dengan mempersatukan kita dengan KRISTUS kita sekaligus dibersihkan dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita dari dosa-dosa yang baru.

Dasar pengajaran tentang Ekaristi dari Alkitab

1. Perjanjian Lama:

Imam Agung Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur (Kej 14:18) yang menggambarkan Perjamuan YESUS pada Perjamuan Terakhir. YESUS sendiri dikatakan sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibr 6:20).

Kurban anak domba Paska yang menyelamatkan umat Israel merupakan kurban yang dimakan sebagai makanan untuk menguatkan mereka menempuh perjalanan ke Tanah Terjanji (Kej 12:1-20). Hal ini menggambarkan Ekaristi yang merupakan kurban Anak Domba Allah, yaitu YESUS, yang dimakan sebagai makanan untuk menjadi bekal perjalanan kita ke Tanah Terjanji, yaitu surga.

Roti Manna yang menjadi simbol Ekaristi pada Perjanjian Lama. YESUS sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Roti manna yang turun dari surga (lih. Yoh 6:32-51). Seperti halnya bahwa manna menguatkan bangsa Israel sepanjang perjalanan di gurun dan berhenti dicurahkan setelah mereka sampai di Tanah Terjanji; Ekaristi juga diberikan untuk menguatkan kita di perjalanan hidup di dunia, dan berhenti setelah kita sampai di surga.

Pada Tabut Perjanjian Lama menggambarkan tabernakel pada gereja Katolik di manapun, yang merujuk pada Ekaristi. Dua loh batu (Kel 25:16) menggambarkan sabda kehidupan yang terkandung dalam Ekaristi. Manna (Kel 16:34) 
menggambarkan Ekaristi sebagai roti hidup yang turun dari surga (Yoh 6:51). Tongkat Harun (Bil 17: 5) yang menandai imamatnya, menggambarkan peran Imamat kudus dalam KRISTUS, yaitu tubuhNya. Seperti tongkat Harun yang bertunas, tubuh YESUS yang ditembus oleh tombak mengeluarkan air dan darah yang melambangkan sakramen Pembaptisan dan Ekarist


2. Perjanjian Baru:


YESUS sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, seperti dinyatakan:

Pada Perjamuan Terakhir YESUS memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengenangkan Dia dengan merayakan perjamuan tersebut. YESUS berkata, “Inilah Tubuh-Ku… (bukan ini melambangkan Tubuh-Ku)… (lih Mat 26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:15-20).”

YESUS mengatakan sendiri bahwa Ia adalah “Roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, dia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku yang Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:35, 51).

Pengajaran ini diberikan setelah YESUS mengadakan mukjizat pergandaan roti, yaitu mukjizat yang ditulis di dalam ke-empat Injil (Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-15). Lima roti yang sama yang dibagikan oleh para rasul dapat memberi makan 5000 orang, dengan sisa 12 keranjang. Ini menggambarkan YESUS yang satu dan sama hadir dalam Ekaristi, dapat dibagikan kepada semua orang, tanpa Dia sendiri menjadi terbagi-bagi atau berkurang/ hilang.

YESUS berkata bahwa Ia lebih tinggi nilainya dari pada manna yang diberikan kepada orang Israel di gurun. Padahal mukjizat manna adalah suatu mukjizat yang besar, setiap harinya berjuta orang Israel menerima 1 omer (1.1 liter) roti manna per orang, sehingga tiap harinya ada beberapa ratus ton roti manna tercurah dari langit, selama 40 tahun.[3] YESUS mengatakan bahwa mukjizat-Nya lebih hebat daripada mukjizat manna ini, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam Ekaristi, roti dapat sungguh-sungguh diubah YESUS menjadi diri-Nya sendiri, seperti yang dikatakan-Nya.

Orang-orang yang mendengarkan pengajaran ‘Roti Hidup’ ini memahami bahwa YESUS mengajarkan sesuatu yang literal (tidak figuratif/ simbolis), sehingga mereka meninggalkan YESUS sambil berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya untuk dimakan” (Yoh 6:52)

YESUS menggunakan gaya bahasa yang kuat untuk menjelaskan arti literal pengajaran ini dengan mengulangi pengajaran ini sampai 6 kali di dalam 6 ayat (ay. 53-58),… jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6:53); Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh 6:55). Ini adalah gaya bahasa yang bukan kiasan/ simbolis!

Banyak murid tidak dapat menerima pengajaran ini, dan meninggalkan YESUS (ay.66), tetapi YESUS tidak menarik kembali pengajaran-Nya tentang diri-Nya sebagai “Roti Hidup”. Dia tidak mengatakan bahwa Dia hanya berkata secara figuratif/simbolis. Pada beberapa kesempatan, jika Ia berbicara secara figuratif, YESUS menerangkan kembali maksud perkataan-Nya pada para murid-Nya yang mengartikannya secara literal. (Contohnya pada Yoh 4:31-34, YESUS menjelaskan bahwa ‘makanan-Nya yang tidak mereka kenal’ adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Atau pada Mat 16:5-12; tentang ragi orang-orang Farisi dan Saduki, maksudnya adalah bukan ragi secara literal, tetapi pengajaran mereka)

Setelah banyak yang meninggalkan Dia karena pengajaran ini, YESUS bahkan bertanya kepada ke dua-belas rasulNya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”(Yoh 6:67). Namun Petrus menjawab, “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal (Yoh 6:69). Pertanyaan yang sama ditujukan pada kita, apakah kita mau percaya akan pengajaran ini seperti Petrus, ataukah kita seperti murid-murid lain yang meninggalkan Dia?

Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak menerima Ekaristi secara tidak layak, supaya tidak berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan (1 Kor 11:27). Rasul Paulus juga menambahkan, jika seseorang makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri (1 Kor 11:29). Pengajaran ini tidak masuk di akal, jika kehadiran YESUS dalam Ekaristi hanya simbolis belaka. Kesimpulannya, St. Paulus jelas mengajarkan bahwa YESUS sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.

Demikian sedikit penjelasan tentang EKARISTI sebagai bentuk penyembahan tertinggi yang diberikan oleh Gereja Katolik sebagaimana yang diinginkan oleh YESUS sendiri. Akhir kata saya mau menambahkan: Kerinduan Allah untuk bertemu dengan Manusia dan kerinduan Manusia untuk bertemu dengan Allah  adalah EKARISTI. Semoga tulisan singkat ini dapat membuka wawasan bagi kaum Protes untuk melihat bahwa inilah penyembahan sejati yang Gereja Katolik lakukan kepada TUHAN, sangat berbeda dengan penghormatan yang Gereja Katolik berikan kepada Maria.

SUNGGUH ALLAH HADIR DISANA!!!


Pada saat konsekrasi

Ekaristi adalah kurban Allah yang menjadi manusia atas Tubuh-Nya dan darah-Nya. Ketika Imam  mengucapkan dua patah kata saja, maka KRISTUS turun dari surga dan menghadirkan Diri dalam rupa Hosti kecil. 

Allah Bapa memandang ke altar “Inilah Anak yang Ku-kasihi,” sabda-Nya, “kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Setelah konsekrasi, ketika dengan jari-jarinya imam menggenggam Tubuh KRISTUS yang Mahakudus,

” Betapa mengagumkan! Setelah konsekrasi, Allah yang baik ada di sana sama seperti Ia ada di surga
".

Dan menjelang Komuni Imam pun mengangkat Hosti dan berkata kepada Umat:




Saudara2 yang terkasih INILAH ANAK DOMBA ALLAH yang menghapus dosa-dosa dunia! Berbahagialah saudara-saudara yang diundang ke perjamuan ini!

Dan inilah kesaksian dari  Prof. Dr. Scott Hahn ketika mengikuti Ekaristi :

Lantas saya merasakan bahwa segala keragu-raguan saya sirna sudah. Sewaktu saya melihat imam mengangkat hosti yang berwarna putih tersebut, saya merasakan suatu doa mencuat dari dari dalam hati saya dalam sebuah bisikan:YA TUHANKU DAN YA ALLAHKU. SUNGGUH-SUNGGUH ENGKAULAH ITU!”

Mungkin anda bisa menyebut keadaan saya pada waktu itu seperti orang tuna-daksa, terkesima tak mampu berbuat apa-apa. Saya tidak bisa membayangkan kesukacitaan yang lebih besar daripada apa yang telah diperbuat oleh kata-kata tersebut terhadap saya. Akan tetapi pengalaman itu semakin memukau hanya sejenak berikutnya, ketika saya mendengar seluruh umat mengucapkan: “ANAK DOMBA ALLAH….. ANAK DOMBA ALLAH….. ANAK DOMBA ALLAH….,” dan sang imam menjawab, “INILAH ANAK DOMBA ALLAH…….” sambil mengangkat HOSTI itu.

Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, kalimat “ANAK DOMBA ALLAH” telah bergema empat kali. Selama bertahun-tahun mempelajari Alkitab, saya dengan serta-merta tahu dimana saya berada saat ini. SAYA SEDANG BERADA DALAM KITAB WAHYU, dimana YESUS dipanggil dengan sebutan ANAK DOMBA tidak kurang dari dua puluh delapan kali sepanjang dua puluh dua pasal dalam Kitab Wahyu. Saya sedang berada di PERJAMUAN KAWIN yang dijelaskan oleh Rasul Yohanes pada bagian akhir kitab yang terakhir dari Alkitab. Saya sedang berada di hadapan TAHTA SURGA, dimana YESUS dipuji-puji untuk selama-lamanya sebagai ANAK DOMBA. Saya sungguh tidak siap untuk menerima kenyataan ini, SAYA SEDANG BERADA DALAM MISA KUDUS !!!



Di dalam Ekaristi kita melihat cerminan liturgi surgawi dan kehidupan kekal di mana Allah meraja di dalam semua. Ekaristi menjadi penuh makna, karena bukan hanya dihayati sebagai penyembahan umat Allah di dunia ini, namun juga seluruh isi Sorga (Bunda Maria dan santa-santo, serta para malaikat) turut dalam pujian dan penyembahan kepada KRISTUS. Pada saat Ekaristi Surga menyatu dengan dunia bersama-sama memuliakan Allah.

Kebersamaan ini secara juga nyata tampak dalam Komuni kudus, dimana kita tidak hanya bersatu dengan Tuhan, tetapi juga disatukan dengan yang lainnya. Maka peristiwa dalam perayaan Ekaristi adalah sesuatu yang sakral.

Ekaristi bukan acara Formalitas, sudah 2000 tahun sejak YESUS menetapkan Ekaristi melalui perjamuan paskah bersama murid2nya menjadikannya perjamuan bersama dengan kita.  YESUS yang sungguh hadir di dalam liturgi Ekaristi, mengubah roti dan anggur oleh kuasa ROH KUDUS menjadi Tubuh dan DarahNya, melalui perkataan-Nya yang diucapkan oleh imam, “Inilah TubuhKu, yang diberikan bagi-Mu…Inilah DarahKu yang ditumpahkan bagimu (Mat 26:26-28; Mark 14:22-24; Lk 22:19-20).
Dengan mengambil bagian di dalam doa ini, kita menaikkan pikiran dan hati kepada Tuhan, dan di dalam iman, kita menerima rahmat yang tak terhingga, yaitu KRISTUS sendiri di dalam rupa hosti kudus, yang menguduskan kita. Dengan demikian kita mengalami kepenuhan doa sebagai karunia Tuhan. Kita memberi kemuliaan kepada Tuhan, tidak hanya dengan menerima karunia itu, tetapi juga dengan memberikan diri kita kepada Tuhan, dalam arti kita ‘berdoa di dalam Roh’ (Ef 6:18) untuk menghidupkan di dalam batin kita kasih Bapa yang dinyatakan dalam KRISTUS untuk mendatangkan keselamatan bagi kita. Dengan Allah sendiri yang hidup di dalam kita, maka kita menjadi sungguh-sungguh ‘hidup’. Inilah yang disebut kemuliaan Tuhan.

Oleh karena itu, semua ini tidak bisa dikatakan acara formalitas itu ..... seperti pernyataan anda.

YESUS sendiri berkata: ‘Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia’ (Yoh 6:55,56). Kita tidak boleh meragukan rupa tubuh dan darah itu, sebab sesuai dengan pernyataan dari Tuhan sendiri, dan sesuai dengan iman kita, ini adalah daging dan darah (KRISTUS). Dan kedua rupa ini yang kita terima menjadikan kita tinggal di dalam KRISTUS dan KRISTUS di dalam kita….”

Ada banyak peristiwa seputar Mujizat Ekaristi dalam Gereja Katolik dimana Roti dan Anggur benar2 berubah menjadi daging dan darah. Tetapi iman kita hendaklah tidak bergantung ada atau tidaknya mujizat. Sebab KRISTUS sendiri telah berfirman :

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh 6:55).

Rasul Paulus juga menambahkan, jika seseorang makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri (1 Kor 11:29).

Jika kita mau percaya dengan Iman akan pernyataan Firman itu, tentunya kita tidak memerlukan Mujizat atau tanda sebagai pembuktian. Tetapi dalam sejarah Gereja Katolik sikap "kurang percaya" atau bahkan "tidak percaya sama sekali" sering menghinggapi umatnya akan Firman Tuhan tersebut. Bahkan bukan saja umat yang tidak percaya bahkan ada Imam yang tidak mempercayai hal tersebut. Oleh karena itu Allah dalam segala kuasa-Nya mau MENYINGKAPKAN ini dalam mujizat2 yang tercatat dalam sejarah Gereja Katolik.

Berikut adalah salah satu catatan tentang mujizat Ekaristi di Lanciano :

Pada waktu Misa Kudus, setelah konsekrasi roti dan anggur, Hosti berubah menjadi Daging yang hidup dan Anggur menjadi Darah yang hidup, yang mengental menjadi lima gumpalan yang tak beraturan dan berbeda dalam bentuk dan ukurannya.

Daging-Hosti, seperti yang dapat diamati secara sangat jelas sekarang ini, memiliki ukuran yang sama dengan hosti besar yang dipergunakan pada masa kini dalam Gereja Latin; warnanya coklat muda dan tampak berwarna kemerahan apabila disinari dari belakang. Darah mengental dan berwarna seperti tanah, semacam kuning kecoklatan. Sejak tahun 1713, Daging disimpan dalam suatu ostensorium perak yang artistik, yang diukir halus oleh seorang seniman dari sekolah Neapolitan.

Darah ditampung dalam sebuah piala indah yang amat kuno terbuat dari Rock-crystal.

Para Biarawan Fransiskan Konventual merawat Sanctuarium sejak tahun 1252; mereka ditunjuk sesuai kehendak Uskup Landulf dari Chieti; penunjukkan ini diteguhkan dengan sebuah Bula Kepausan tertanggal 20 April 1252.

Sebelumnya, gereja ini berada dalam pemeliharaan para biarawan Basilian hingga tahun 1176; dan dari tahun 1176 hingga tahun 1252, berada dalam pemeliharaan para Benediktin.

Pada tahun 1258 para Fransiskan mendirikan gereja yang ada sekarang. Pada tahun 1700, gaya arsitekturnya diubah dari romanesque-gothic ke baroque.

“Mukjizat Ekaristi” pertama-tama disimpan dalam sebuah kapel yang terletak di sisi altar utama.

Kemudian, dari tahun 1636 disimpan di suatu altar-samping panti jemaat di mana hingga sekarang masih terdapat lemari besi kuno dan prasasti peringatan.

Pada tahun 1902 dipindahkan ke altar-pualam-besar-yang-sekarang, yang didirikan umat Lanciano.

Berbagai penelitian gerejani (“Pengakuan”) dilakukan sejak tahun 1574.

Pada tahun 1970 dilakukan suatu penelitian ilmiah oleh seorang ilmuwan yang amat termasyhur, Prof Odoardo Linoli, seorang professor ulung dalam Anatomi dan Pathological Histology dan kimia dan clinical microscopy.

Ia dibantu oleh Prof Ruggero Bertelli dari Universitas Siena.

Analisa dilakukan dengan kecermatan ilmiah yang mutlak dan tak dapat disangkal, serta didokumentasikan dengan disertai serangkaian foto microscopic; disampaikan kepada masyarakat luas oleh Prof Linoli sendiri dalam suatu konferensi yang diselenggarakan pada tanggal 4 Maret 1971 di Gereja Mukjizat.

Analisa-analisa tersebut mendukung kesimpulan-kesimpulan berikut:

 Daging adalah benar-benar daging. Darah adalah benar-benar darah.
 Daging terdiri dari jaringan otot jantung (myocardium).
 Daging dan Darah berasal dari spesies manusia.
 Daging dan Darah mempunyai golongan darah yang sama, yakni AB.
 Dalam Darah didapati protein dalam proporsi normal yang sama (dalam persentase) seperti ditemukan dalam sero-proteic yang terkandung dalam darah normal yang segar.
 Dalam Darah juga didapati mineral-mineral berikut: khlorida, fosfor, magnesium, kalium, sodium dan kalsium.
 Penyimpanan Daging dan Darah, yang dibiarkan dalam keadaan alami selama duabelas abad (yakni tanpa bahan pengawet kimia) dan rentan terhadap unsur-unsur atmosfir dan biologis, tetap merupakan suatu fenomena yang luar biasa.

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan, ketika dipergunakan untuk memberikan kesaksian, telah memberikan suatu tanggapan yang pasti serta mendetail mengenai keotentikan Mukjizat Ekaristi Lanciano.


Imprimatur:
† Leopoldo Teofili
Uskup Agung Lanciano

CLAY





setelah konsekrasi yang Imam Gengam bukan lagi Hosti melainkan menggenggam Tubuh KRISTUS yang Mahakudus..

Bahwa KRISTUS sungguh2 hadir dalam Sakramen Kudus Ekaristi.. smiley

Konsekrasi ditandai dengan Imam mengangkat Hosti dan Anggur serta mengucapkan "Inilah Tubuh-Ku.. Inilah Darah-Ku.."

Siapakah Prof. Scott Hahn itu? Prof. Scott Hahn adalah salah satu contoh teolog protestan kenamaan dari sekian banyak contoh yang kembali pulang kepangkuan Gereja-Nya yang Kudus, Satu, Apostolik dan Katolik..

contoh2 lain dari teolog2 protestan yang convert ke katolik sudah seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, antara lain : Gary Hoge, Paul Thigpen, Rosalind Moss, DR Douglas Lowry, Glen Allen, Alex Jones, Steve Ray, David Palm, larry dan Joetta Lewis, Karl Keating (pendiri Catholic Answer), Marcus Grodi (pendiri http://www.chnetwork.org), dan masih banyak lagi yang lain..


Every week we hear from 2-5 new Protestant ministers somewhere along their journey home.


sungguh ini merupakan kerinduan Tuhan yang menjadi nyata, untuk mempersatukan umatNya dalam pangkuan Gereja-Nya yang Satu, Kudus, Apostolik dan Katolik..

Kembali lagi ke Prof. Scott Hahn
Beliau telah mempertaruhkan segalanya demi kerinduan yang kuat utk pulang kepangkuan Gereja-Nya.. Beliau mengorbankan karir sebagai teolog dan pendeta, materi yang biasa ia dapatkan melalui perpuluhan, sampai keluarga ia pertaruhkan.. ada peristiwa2 haru ketika ia harus mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya, karena memang ia sudah tidak mendapatkan gaji dari perpuluhan..

limited

Inilah PENYEMBAHAN dari Umat Katolik yang SEJATI!

afro
ayo kita pulang kepangkuan gereja-Nya  smiley


Kesaksian Mujizat-Mujizat Ekaristi ^^
Kirim Ke Printer  Kirim artikel ini ke teman


Mukjizat Ekaristi


LANCIANO, sekitar 700 M di Italia. Lanciano berarti “tombak”. Menurut tradisi, Santo Longinus, prajurit yang menikamkan tombaknya ke lambung Yesus hingga mengalir Darah dan Air (Yoh 19:34), berasal dari Lanciano. Longinus bertobat setelah peristiwa penyaliban dan di kemudian hari wafat sebagai martir demi imannya. Pada masa terjadinya mukjizat Ekaristi ini, suatu bidaah (ajaran sesat) menyebar dalam Gereja menentang ajaran tentang Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi. Dalam hati seorang imam timbul keragu-raguan dan keragu-raguannya itu semakin lama semakin besar, Lanciano adalah sebuah kota kecil di pesisir Laut Adriatic, Suatu pagi, saat Konsekrasi dalam perayaan Misa, tubuhnya gemetar dan berguncang hebat. Di hadapan umat, ia menunjukkan apa yang telah terjadi.Hosti telah berubah menjadi Daging dan anggur menjadi Darah! Mukjizat ini terjadi hampir 1300 tahun yang silam dan berlangsung hingga kini. Sekitar tahun 1970-an dilakukan penelitian dan hasilnya membuktikan bahwa daging tersebut adalah jaringan jantung manusia dan darahnya adalah darah manusia, keduanya memiliki golongan darah AB. Darah memiliki karakteristik darah hidup dan tidak diketemukan adanya bahan pengawet atau sejenisnya, baik dalam daging maupun dalam darah. Kami merenungkan mukjizat Lanciano dengan Kitab Suci: Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:53-54) Bangkitkanlah dalam diri kami rasa lapar dan haus akan santapan Ekaristi-Mu, ya Kristus, agar dengan mengikuti-Mu dan mencicipi roti surgawi-Mu, kami boleh datang untuk menikmati kehidupan kekal.


TRANI, tahun 1000 Pada masa terjadinya Mukjizat Ekaristi ini, adalah seorang wanita Yahudi yang amat benci pada Gereja Katolik. Gereja St. Anna, dulunya adalah sebuah sinagoga, tetapi kini telah menjadi Gereja Katolik di mana orang-orang Yahudi yang telah bertobat bersembah bakti kepada Tuhan. Hari Kamis Putih, yaitu malam ditetapkannya Sakramen Ekaristi, adalah malam terjadinya mukjizat. Wanita Yahudi berhasil membujuk seorang wanita Katolik yang murtad untuk membawakan baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Setelah menerima Komuni Kudus, wanita itu tidak menyantap Hosti, melainkan membawanya kepada si wanita Yahudi guna mendapatkan imbalan sejumlah uang. Si wanita Yahudi kemudian pergi ke tungku dapur dan menjerangkan periuk yang telah diisinya dengan minyak. Ketika minyak dalam periuk mendidih, ia melemparkan Hosti Kudus ke dalamnya. Wanita itu sangat terkejut ketika Hosti berubah menjadi daging dan mulai mengeluarkan banjir darah.


Wanita Yahudi itu amat ketakutan sementara darah terus membanjir hingga meluber ke luar periuk. Para tetangga berdatangan untuk melihat mengapa ia berteriak-teriak, maka ia menceritakan kepada mereka apa yang telah terjadi. Beberapa wanita bergegas melaporkannya kepada imam yang segera datang dan melihat darah yang membanjir. Imam mengambil daging dari periuk dan membawanya ke Katedral Trani. Sebuah monstran perak berhias indah dirancang khusus bagi Kristus. Di tengah monstran ditempatkan dua bagian kecil dari Hosti yang tergoreng. Warna sebagian besar Hosti adalah coklat tua dan Hosti yang tercelup darah itu tidak mengalami kerusakan. Hosti disimpan dengan hormat serta dapat dilihat di katedral. Selama berabad-abad dilakukan penyelidikan serta analisa terhadap Mukjizat Ekaristi ini. Pada tahun 1384, Paus Urbanus VI mengunjungi Trani dan menyatakan bahwa Hosti secara ajaib tidak mengalami kerusakan. Suatu pengakuan mengagumkan atas Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi.


FERRARA, tahun 1171 Mukjizat ini terjadi di Gereja St. Maria dari Ford di Ferrara, Italia lebih dari 800 tahun yang silam. Mukjizat terjadi pada Hari Minggu Paskah pada saat Konsekrasi. Ketika Hosti dipecah menjadi dua bagian, semua yang hadir terkejut melihat cucuran darah muncrat dari Hosti. Darah yang memancar demikian banyak hingga memercik ke dalam kubah setengah lingkaran yang berada di belakang dan di atas altar. Tidak saja para saksi mata melihat darah, mereka juga melihat Hosti telah berubah menjadi daging. Uskup Ferrara dan Uskup Agung Gherardo dari Ravenna datang serta menyaksikan darah dan Hosti yang telah menjadi daging. Mereka menyatakan bahwa darah dan Hosti adalah sungguh Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Paus Eugenius IV dan Paus Benediktus XIV mengakui mukjizat ini. Paus Pius IX mengunjunginya pada tahun 1858 dan mengenali tetesan-tetesan darahnya serupa dengan tetesan darah dalam Mukjizat Orvieto dan Bolsena.


AUGSBURG, tahun 1194 Mukjizat ini terjadi ketika seorang wanita ingin menyimpan Hosti yang telah dikonsekrasikan dalam rumahnya. Suatu pagi, ia menerima Ekaristi, tetapi tidak menyantapnya. Ia membawa pulang Hosti dan menempatkannya dalam segel, menjadikannya suatu reliqui sederhana. Ia menyimpan Tubuh Kristus di rumahnya selama lima tahun, tetapi lama-kelamaan timbul perasaan bersalah hingga akhirnya ia mengatakannya kepada pastor paroki. Pastor Berthold, imam setempat, terperanjat ketika membuka segel reliqui. Dialah yang pertama melihat bahwa Hosti telah berubah menjadi sesuatu yang tampak seperti daging dengan lapisan-lapisan merah yang nampak jelas. Imam mendiskusikan masalah ini panjang lebar dan memutuskan bahwa mereka akan dapat mengidentifikasikannya dengan lebih baik jika daging dibagi menjadi dua bagian. Mereka keheranan ketika mendapati bahwa daging tidak dapat dibagi karena disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah yang seperti benang. Diyakini kemudian bahwa daging tersebut adalah daging Tuhan kita Yesus Kristus.


Uskup Udalskolk dengan seksama meneliti mukjizat tersebut dan memerintahkan agar mukjizat Hosti ditempatkan kembali ke dalam segel reliquinya semula untuk dipindahkan ke katedral. Mukjizat Hosti dan segelnya kemudian ditempatkan dalam suatu wadah kristal dan disimpan dalam kaca. Hosti tetap dalam keadaan semula hingga hampir 800 tahun. Setiap tahun pada tanggal 11 Mei, pada perayaan Fest des Wunderbarlichen, yaitu Pesta Mukjizat Harta yang Mengagumkan, Hosti dihormati dengan perayaan Misa yang khidmat dan pakaian liturgi khusus. Ya Kristus, berilah kami rahmat untuk memahami lebih baik serta membagikan kebenaran akan Kehadiran-Mu yang Nyata dalam Ekaristi. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17).


ALATRI, tahun 1228 Seorang pemudi, yang tertarik pada seorang pemuda, diminta untuk membawa sekeping Hosti yang telah dikonsekrir agar dapat dibuatkan ramuan cinta. Sang pemudi menerima Komuni dan berjalan pulang ke rumah, tetapi karena merasa bersalah ia menyembunyikan Kristus di suatu pojok rumah. Beberapa hari kemudian, ia datang dan mendapati bahwa Hosti telah berubah warna seperti daging. Imam paroki segera diberitahu dan ia membawa Hosti kepada Uskup. Bapa Uskup menulis surat kepada Paus Gregorius IX yang isinya:


“Kita patut menyampaikan puji syukur sedalam-dalamnya kepada Dia yang, sementara senantiasa menyelenggarakan segala karya-Nya dengan cara-cara yang mengagumkan, pada kesempatan-kesempatan tertentu juga mengadakan mukjizat-mukjizat dan melakukan hal-hal menakjubkan agar para pendosa menyesali dosa-dosa mereka, mempertobatkan yang jahat, dan mematahkan kuasa bidaah sesat dengan memperteguh iman Gereja Katolik, menopang pengharapan-pengharapannya serta mendorong amal kasihnya.


Oleh sebab itu, saudaraku terkasih, dengan surat Apostolik ini, kami menyarankan agar engkau memberikan penitensi yang lebih ringan kepada gadis tersebut, yang menurut pendapat kami, dalam melakukan dosa yang teramat serius itu, lebih terdorong oleh kelemahan daripada kejahatan, terutama dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa ia sungguh menyesal setulus hati ketika mengakukan dosanya. Namun demikian, terhadap wanita yang menghasutnya, yang dengan kejahatannya mendorong si gadis untuk melakukan dosa sakrilegi, perlu dikenakan hukuman disipliner yang menurutmu lebih pantas; juga memerintahkannya untuk mengunjungi semua Uskup di wilayah terdekat, guna mengakukan dosa-dosanya kepada mereka dan mohon pengampunan dengan ketaatan yang tulus …”


Mukjizat Hosti dipertontonkan dua kali setahun, yaitu pada hari Minggu pertama sesudah Paskah dan hari Minggu pertama sesudah Pentakosta. Pada tahun 1960, Uskup Facchini dari Alatri membuka segel tempat Hosti disimpan dan mengeluarkannya. Uskup menyatakan bahwa Hosti tetap dalam keadaan sama seperti saat pertama diketemukan, yaitu, sekerat daging yang tampak sedikit kecoklatan. Pada tahun 1978, perayaan-perayaan istimewa diselenggarakan untuk memperingati 750 tahun terjadinya mukjizat. “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.” (Yoh 6:48-50)


DAROCA, tahun 1239 Kota di Spanyol ini bukanlah tempat terjadinya mukjizat, melainkan tempat ditahtakannya mukjizat Ekaristi yang terjadi dalam masa perang antara Spanyol dan Saracens pada abad ketigabelas. Seperti kebiasaan, sebelum maju berperang, keenam komandan Spanyol pergi menghadiri Misa dan menerima Sakramen Tobat. Di pinggiran kota, mereka diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Saracens. Imam membungkus keenam Hosti yang telah dikonsekrasikan dengan korporal, lalu menyembunyikannya sementara pasukan Spanyol membalas serangan Saracens. Setelah pertempuran yang dimenangkan oleh Spanyol itu usai, imam pergi ke tempat ia menyembunyikan Hosti dan mendapati bahwa Hosti telah lenyap meninggalkan enam noda darah di korporal. Rahasia kemenangan mereka dinyatakan oleh Kristus melalui mukjizat Ekaristi ini. Masing-masing komandan menghendaki agar korporal disimpan di kota asalnya. Dari tiga pilihan, akhirnya dipilihlah kota Daroca. Dua orang komandan tidak setuju akan keputusan tersebut, maka diusulkanlah suatu jalan keluar. Korporal akan dimuatkan ke atas punggung seekor keledai Saracen yang dibiarkan pergi sekehendak hatinya dan tempat di mana keledai itu berhenti akan menjadi tempat korporal ditahtakan. Sang keledai berhenti di kota Daroca. Darah di korporal telah dianalisa para ahli dan dinyatakan sebagai darah manusia. Ya Kristus, berilah kami pengertian lebih dalam akan wafat-Mu di salib dan kemenangan-Mu atas setan seperti kemenangan Spanyol atas Saracens.


SANTAREM, tahun 1247 Seorang wanita yang suaminya tidak setia, meminta nasehat dari seorang wanita tenung. Wanita sihir itu berjanji akan mengubah perilaku suaminya jika si wanita membawakan baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Ia juga menasehati si wanita untuk berpura-pura sakit agar dapat menerima Komuni Kudus dalam minggu itu dan segera memberikan Hosti kepadanya. Si wanita tahu bahwa hal itu dosa. Ia pergi menerima Komuni, tetapi tidak menyantap Tubuh Kristus. Ia meninggalkan Misa dan dalam perjalanan menuju tempat wanita tenung, Hosti mulai mengeluarkan darah. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut menyangka bahwa ia mengalami pendarahan. Rasa takut menguasai dirinya dan ia pulang ke rumah, menempatkan Hosti dalam sebuah peti, membungkusnya dengan saputangan, lalu menutupinya dengan linen yang bersih. Tengah malam, ia dan suaminya terbangun oleh suatu sinar cemerlang yang berasal dari peti, yang menjadikan ruangan mereka terang-benderang. Para malaikat telah membuka peti dan membebaskan Tuhan. Wanita itu menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi dan bahwa dalam peti terdapat sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berdua mereka melewatkan sepanjang malam dengan berlutut dalam sembah sujud. Seorang imam dipanggil. Imam membawa Hosti Kudus kembali ke gereja dan menyegelnya dalam sebuah segel lilin.


Sembilan belas tahun kemudian, seorang imam membuka tabernakel dan memperhatikan bahwa segel telah terbuka sementara Hosti tersimpan dalam sebuah piksis kristal. Mukjizat ini, 750 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1997, diperingati dengan berbagai perayaan meriah di Santarem. Kita mungkin bertanya mengapa Tuhan mengadakan mukizat-mukjizat ini bagi kita. Mungkin untuk menyatakan betapa Ia sungguh hadir dalam Ekaristi dan betapa Ia sungguh mengasihi kita. Ia menghendaki agar kita semua, termasuk juga domba-domba yang hilang, bergabung kembali dalam kawanan. Ia mengasihi kita, bagaimana pun berdosanya kita. Ia adalah Allah Kasih dan Belas Kasihan. Dan Ia menghendaki agar kita membagikan Kasih dan Belas Kasihan itu kepada sesama.


ORVIETO dan BOLSENA, tahun 1263 Mukjizat ini terjadi pada masa suatu ajaran sesat yang disebut Berengarianisme merajalela di Eropa. Bidaah ini menyangkal Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Seorang imam sedang dalam perjalanan ziarah ke Roma untuk mohon peneguhan dalam panggilannya dan untuk menghilangkan keragu-raguannya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Bolsena, sebuah kota kecil sebelah utara Roma. Pada waktu ia mempersembahkan Misa di Bolsena, pada saat konsekrasi, sementara ia mengatakan, “Ini Tubuh-Ku,” Hosti mulai berdarah dengan hebat. Imam mengambil korporal untuk membungkus Hosti yang berdarah. Darah menetes jatuh ke atas lantai marmer di depan altar. Imam segera membawa Hosti kepada Paus Urbanus V yang waktu itu sedang berada di Orvieto yang tak jauh dari sana. Bapa Suci menyatakan bahwa mukjizat Ekaristi telah terjadi untuk mengusir bidaah Berengarianisme. Bapa Suci juga menetapkan suatu pesta baru, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, untuk mengenang Mukjizat Bolsena. St. Thomas Aquinas menulis dua buah lagu puji-pujian, "O Salutaris" dan "Tantum Ergo," yang masih dinyanyikan hingga kini. Ubin-ubin marmer yang ternoda darah disimpan di Bolsena dan korporal yang ternoda darah disimpan di Orvieto.


CASCIA, sekitar tahun 1300


Cascia adalah sebuah kota kecil di pegunungan di lembah Umbrian, Italia. Itulah kota kediaman St. Rita dari Cascia. Jenazah St. Rita yang hingga kini masih utuh dibaringkan di Basilika Mayor. Di bawahnya, di Basilika Minor, disimpan Mukjizat Ekaristi dan jenazah Beato Simone Fidati, seorang imam yang terlibat langsung dalam mukjizat tersebut.


Pada masa terjadinya mukjizat, seorang imam tak lagi memiliki rasa hormat terhadap Ekaristi. Ketika diminta untuk mengantarkan Sakramen Mahakudus kepada seorang petani yang sedang sakit, ia mengambil sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan, menempatkannya dengan sembarangan di antara halaman-halaman buku breviary, lalu berangkat. Ketika ia membuka bukunya, ia mendapati bahwa Hosti telah berubah warna merah darah segar dan darah meresap ke kedua halaman buku di mana Hosti diselipkan. Imam tersebut kemudian mohon nasehat Beato Simone Fidati, seorang imam yang kudus dan dihormati pada masa itu. Pastor Fidati menerima pengakuan sang imam dan memberinya absolusi. Beato Fidati mengambil kedua halaman dari breviary itu; satu ditempatkannya di tabernakel di Perugia dan satunya lagi ditempatkannya di Cascia. Mukjizat Ekaristi ini diperingati secara istimewa di Cascia setiap tahun pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Orang-orang yang melihat ke halaman yang ternoda darah itu dapat melihat gambar Kristus tertera di sana. Ya Kristus, berilah kami rahmat agar dapat melihat Engkau dalam Ekaristi dan mengenali-Mu pada saat pemecahan roti.


HASSELT, tahun 1317 Seorang imam mengunjungi seorang penduduk desa yang sedang sakit. Ia membawa bersamanya sekeping Hosti dalam siborium dan meletakkan siborium di atas meja, sementara ia pergi ke kamar lain untuk berbicara dengan si sakit dan keluarganya. Seseorang yang berada dalam keadaan dosa berat membuka tutup siborium, memegang Hosti, lalu mengangkatnya. Seketika itu juga, Hosti mulai berdarah. Imam memasuki ruangan dan ia amat terperanjat melihat Hosti yang berdarah. Imam membawa kembali Hosti yang berdarah itu kepada kepala parokinya yang menasehatinya untuk membawa Mukjizat Ekaristi itu ke gereja biara para biarawati Cistercian di Herkenrode yang berjarak sekitar 30 mil jauhnya. Begitu imam tiba di altar biara dan menempatkan Hosti di atas altar, suatu penglihatan akan Kristus bermahkotakan duri nampak kepada semua imam yang hadir. Oleh karena mukjizat Ekaristi dan penglihatan itu, segera saja Herkenrode berubah menjadi tempat ziarah yang terkenal di Belgia.


Pada tahun 1804, Hosti dibawa ke Gereja di San Quentin di Hasselt, di mana mukjizat Hosti yang terjadi pada tahun 1317 itu masih tetap dalam keadaan seperti semula.


BLANOT, tahun 1331 Blanot, suatu dusun pertanian kecil, tidak pernah digambarkan dalam peta-peta Perancis. Orang-orang Perancis yang meninggalkan Paris dan wilayah utara untuk menikmati matahari pantai selatan akan melewatinya dari tahun ke tahun tanpa pernah mengetahui keberadaan Blanot. Namun demikian, dusun kecil ini dipilih Tuhan untuk menyatakan mukjizat-Nya - mukjizat Ekaristi. Pada tahun 1331 penduduk desa berdatangan dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai kuda untuk merayakan Misa Paskah. Gereja kecil mereka dipadati umat beriman dan Misa pun dimulai. Kesedihan Masa Prapaskah telah berlalu dan umat Kristiani di seluruh dunia merayakan sukacita Kebangkitan Yesus. Dapat dibayangkan bagaimana bunga-bunga liar yang indah di desa itu telah dikumpulkan dan dirangkai menghiasi gereja untuk perayaan meriah pagi itu. “Yesus Kristus telah Bangkit - Alleluia!”


Sementara imam mempersiapkan Hosti, para putera altar membentangkan kain putih panjang guna meyakinkan bahwa Hosti Kudus tidak terjatuh di lantai. Umat maju ke altar, sebagian dengan tangan bersilang di dada dan sebagian lainnya membuka mulut mereka untuk menerima Hosti. Seorang wanita, dengan sedikit tergesa dan canggung, menutup mulutnya terlalu cepat sehingga secuil kecil Hosti jatuh ke atas kain putih. Para putera altar amat terperanjat ketika serpihan kecil Roti berubah menjadi suatu tetesan berwarna merah! Segera sesudah umat terakhir menyambut Kristus, para putera altar bergegas memberitahukan kepada imam apa yang telah terjadi. Imam menyisihkan kain itu dan mencucinya dalam air bersih beberapa kali, tetapi, meskipun air berubah warna menjadi merah, bekas tetesan terus muncul dan semakin membesar. Bekas itu tidak mau hilang. Imam kemudian sadar bahwa Darah tidak akan mungkin dihapuskan dari kain, maka ia menggunting bagian yang ternoda Darah dan menempatkannya dalam sebuah mostrans.


Berita tentang mukjizat ini berkembang amat cepat dan pada hari Minggu, limabelas hari sesudah paskah, Uskup Autun dari keuskupan terdekat, datang ke Blanot disertai serombongan imam untuk menyelidiki kasus tersebut. Di akhir penelitian, tim sepakat dengan suara bulat bahwa suatu mukjizat telah terjadi. Tahun berikutnya, Paus Yohanes memberikan indulgensi khusus bagi mereka yang merayakan Misa di gereja kecil Blanot. Para peziarah dari tempat-tempat yang jauh berdatangan ke Blanot. Kain di simpan dalam gereja sebagai tanda nyata akan kasih Allah. Di kemudian hari, kain dipotong dan reliqui kecil yang berharga itu ditempatkan dalam sebuah botol kristal. Meskipun harus melewati dua kali masa perang dunia, reliqui tersebut tidak pernah meninggalkan Blanot. Dalam masa-masa kesesakan - reliqui dihantar dari rumah ke rumah - dan dari waktu ke waktu dipergunakan untuk menyembuhkan mereka yang sakit. Dalam masa-masa tenang, reliqui dihantar kembali ke rumahnya yang pantas dalam dinding gereja dan di sanalah ia berada hingga saat ini bagi para peziarah yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk menyaksikan serta bersembah sujud di hadapannya.


BOLOGNA, tahun 1333 Mukjizat ini terjadi pada tahun 1333 di Bologna, Italia karena seorang gadis remaja saleh yang berumur sebelas tahun memiliki kerinduan yang berkobar-kobar untuk menyambut Kristus dalam Ekaristi. Imelda Lambertini dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya. Ayahnya adalah Count Eagno Lambertini. Imelda bergabung dalam Biara Dominikan ketika usianya baru sembilan tahun. Ia disayangi oleh para biarawati lainnya. Dalam usia yang masih sangat muda, Imelda memiliki cinta yang menyala-nyala kepada Yesus dalam Ekaristi dan karenanya sungguh rindu menyambut-Nya dalam Komuni Kudus. Tetapi, hal itu tidak mungkin baginya karena usianya belum cukup untuk dapat menerima Komuni. Tuhan mengaruniakan kepadanya suatu anugerah istimewa pada Pesta Kenaikan Yesus ke Surga pada tahun 1333. Sementara ia berdoa, sebuah Hosti tampak melayang-layang di udara di hadapannya. Imam segera dipanggil dan ia memberikan kepada Imelda Komuni Kudusnya. Imelda mengalami ekstasi dan tidak pernah bangun kembali. Ia wafat saat menyambut Komuni Kudusnya yang Pertama!


Devosi kepada Beata Imelda pun dimulai dan pada awal tahun 1900-an suatu komunitas Dominikan dibentuk dengan nama Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda. Para biarawati ini berjuang keras menyebarluaskan cinta dan devosi kepada Ekaristi serta menggalakkan Adorasi Abadi. Jenasah Beata Imelda yang tetap utuh hingga kini dibaringkan di Gereja San Sigismondo dekat Universitas Bologna. Paus St. Pius X memaklumkan Imelda sebagai Pelindung Para Penerima Komuni Pertama. Ya Kristus, biarkan kami mati setiap hari bagi-Mu dan menyambut Engkau dalam Ekaristi seakan-akan itulah komuni kami yang terakhir. Jadikan kami pula seperti anak-anak kecil, dengan cinta yang polos dan kepercayaan penuh akan cinta dan belas kasihan-Mu.


MACERATA, tahun 1356


Hanya sedikit catatan yang ada mengenai mukjizat Ekaristi ini, tetapi kisahnya yang ditulis di atas sebuah perkamen dari abad ke-14 masih ada hingga sekarang. Mukjizat ini berkenaan dengan perdebatan yang berlangsung beberapa abad sebelumnya dan yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas; yaitu, apakah Kristus tetap hadir sama dalam setiap bagian Hosti yang telah dikonsekrasikan setelah Hosti dipecah-pecahkan oleh imam, yang kemudian memasukkan sepotong kecil Hosti Kudus ke dalam piala berisi anggur yang telah dikonsekrasikan. Mukjizat terjadi setelah imam memecahkan sebuah Hosti besar. Darah mulai memancar dari Hosti ke dalam piala dan membasahi korporal serta kain altar. Imam kemudian pergi kepada uskup yang mengesahkan peristiwa mukjizat ini. Korporal dengan Darah Kristus dihormati setiap tahun di Macareta pada hari Minggu sesudah Pentakosta. Kini reliqui disimpan di bawah altar Katedral Macerata. Doa: Ya Kristus, kami ingat akan sabda-Mu dalam Yohanes 6:35: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”


MIDDLEBURG ~ LOUVAIN, tahun 1374 Pada tahun 1374, seorang pemuda dengan dosa berat dalam jiwanya pergi menyambut Komuni Kudus. Ketika Hosti ditempatkan di atas lidahnya, Hosti berubah menjadi Daging sehingga ia tak dapat menelannya. Darah menetes dari bibirnya dan membasahi kain pada rel komuni. Imam bertindak cepat dengan mengambil Hosti Kudus serta menempatkannya dalam sebuah piala di altar. Berita mengenai mukjizat ini tersebar keseluruh penjuru Belgia dan mukjizat Hosti dipindahkan 700 mil jauhnya ke Cologne. Sebuah ostensorium berhias indah dibuat. Sebagian Hosti dan sepotong kain dengan noda darah kemudian dibawa ke Louvain di mana telah dipersiapkan sebuah wadah reliqui yang indah. Bagian mukjizat Ekaristi yang disimpan di Louvain berwarna agak kecoklatan dan dapat dikenali dengan mudah sebagai daging. Reliqui disimpan dalam sebuah wadah reliqui yang dibuat pada tahun 1803. Dokumen-dokumen penting dan hasil penelitian terhadap reliqui disimpan dalam perpustakaan Gereja St. Jacques.


BOXTEL ~ HOOGSTRATEN, tahun 1380 Mukjizat terjadi di Boxtel, Belanda, sekitar tahun 1379 di Gereja St. Petrus. Pada saat Konsekrasi, imam - Pastor Van der Aker - kehilangan keseimbangan dan menumpahkan isi piala ke atas korporal dan kain altar. Karena alasan yang tidak diketahui, imam mempergunakan anggur putih dalam Misa tersebut, tetapi yang tampak di atas korporal dan kain altar adalah cairan berwarna merah darah! Setelah Misa usai, imam bergegas ke sakristi untuk mencuci korporal dan kain altar. Ia berusaha menghilangkan noda darah. Namun demikian, berbagai usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil. Pastor Van der Aker lalu menempatkan kain dalam sebuah piala kecil dan menyembunyikannya. Menjelang ajalnya, imam mengaku kepada bapa pengakuannya dan menunjukkan di mana ia telah menyembunyikan korporal dan kain altar yang kudus itu, masih dengan noda darah merah yang tertumpah atasnya. Pastor Van der Aker meninggal dunia pada tahun 1379, dan pada tahun 1380 Kardinal Pileo memaklumkan agar setiap tahun sekali, yaitu pada tanggal 25 Juni reliqui Darah Mahasuci ditahtakan. Pada tahun 1652, korporal dan kain altar dengan Darah Mahasuci dipindahkan ke Hoogstraten, di perbatasan Belgia. Pada tahun 1924, korporal kudus dikembalikan ke Boxtel, tetapi kain altar tetap disimpan di Hoogstraten. Bahkan hingga kini masih diadakan perarakan mukjizat Ekaristi di Boxtel pada Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Umat tidak pernah ragu lagi dalam iman mereka akan kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi.


BAGNO DI ROMAGNA, tahun 1412 Mukjizat Ekaristi ini terjadi di sebuah kota kecil di Italia bernama Bagno di Romagna ketika seorang imam merayakan Misa dengan dihantui keragu-raguan yang besar akan Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Setelah mengkonsekrasikan anggur, imam melihat ke dalam piala dan amat terkejut melihat bahwa anggur telah berubah menjadi darah. Darah mulai meluap keluar dari piala dan membasahi korporal. Terguncang oleh peristiwa adikodrati ini, imam segera berdoa mohon pengampunan. Kelak, ia bahkan digelari Venerabilis karena kesalehan hidupnya setelah terjadinya mukjizat.


Pada tahun 1912, ulang tahun ke-500 mukjizat Ekaristi, suatu perayaan besar diselenggarakan. Pada tahun 1958, dilakukan penelitian ilmiah yang hasilnya menguatkan bahwa darah di korporal adalah darah manusia dan masih mengandung karakteristik darah setelah hampir 600 tahun sesudah mukjizat terjadi. Mungkin mukjizat Darah yang meluap hendak menunjukkan kepada kita bahwa Yesus sungguh hadir dalam Ekaristi. Mari merenungkan bagaimana seharusnya kita berubah setelah menyambut Yesus dengan mengijinkan-Nya tinggal dalam kita dan mengisi kita dengan kuasa Roh Kudus.


FAVERNEY, tahun 1608 Mukjizat unik ini tidak menyangkut Hosti Kudus yang berubah rupa menjadi daging atau memancarkan darah, melainkan Hosti yang melawan hukum gravitasi. Mukjizat terjadi setelah pecahnya Reformasi dan semangat umat beriman semakin mengendor. Pada tahun 1608, pada Hari Raya Pentakosta, tanggal 25 Mei, gereja dipadati umat dan saat senja tiba, dua lampu minyak dibiarkan menyala di depan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan sepanjang malam dalam sebuah monstran. Keesokan harinya, seorang petugas sakristi membuka pintu-pintu gereja. Ia melihat asap dan menyadari bahwa telah terjadi kebakaran. Segala daya upaya dilakukan guna memadamkan api; terlihat bahwa monstran melayang-layang di udara. Berita mulai tersebar dan banyak orang percaya maupun mereka yang skeptis datang untuk menyaksikan peristiwa ini. Para imam bergantian mempersembahkan Misa Kudus sementara semakin banyak orang yang datang untuk menyaksikan mukjizat. Pada pagi hari Selasa, 27 Mei, dalam Perayaan Misa, saat Konsekrasi, Hosti Kudus turun ke atas altar yang dibawa ke dalam Gereja untuk menggantikan altar lama yang musnah dimakan api.


Penyelidikan pun dilakukan dan 54 surat pernyataan berisi kesaksian berhasil dikumpulkan dari para imam, biarawan, petani serta penduduk desa. Pada tanggal 30 Juli 1608, Uskup Agung menyatakan peristiwa tersebut sebagai mukjizat. Yang menarik adalah kenyataan bahwa altar, taplak altar, dan segala peralatan lainnya musnah, juga sebuah kandelar didapati meleleh karena panasnya api. Namun demikian, monstran tetap utuh. Pernyataan-pernyataan para saksi di bawah sumpah masih disimpan hingga kini dalam gereja. Sebuah prasasti marmer dipasang di bawah lokasi di mana Hosti melayang dengan tulisan berikut diukir di atasnya: “Lieu Du Miracle” yang artinya “Tempat terjadinya Mukjizat.”


SIENA, tahun 1730 Mukjizat Ekaristi ini terjadi pada akhir pekan Pesta Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, di kota Siena, Italia, pada tahun 1730. Siena adalah sebuah kota yang menawan, yang terkenal karena sejarah seni dan kebudayaannya, dan juga karena di kota itulah St. Katarina dan St. Bernardinus dari Siena dilahirkan. Para pencuri berhasil masuk ke dalam gereja dan mencuri siborium emas yang berisi 351 Hosti yang telah dikonsekrir. Ketika para petinggi Gereja menyadari apa yang telah terjadi, segala kegiatan pada hari itu dihentikan dan doa-doa pun dipanjatkan demi kembalinya Hosti Kudus dengan selamat. Tiga hari kemudian, Hosti Kudus didapati muncul dari kotak dana gereja bagi orang-orang miskin dan jumlahnya masih utuh.


Hosti yang adalah Kristus dibersihkan dan kemudian diarak perlahan kembali ke gereja di mana dihaturkan sembah sujud. Hosti Kudus tidak disantap pada waktu itu. Tahun-tahun berlalu dan secara periodik Hosti disantap dan senantiasa didapati dalam keadaan baru. Pada tahun 1850, uskup memerintahkan dilakukan pengujian yang hasilnya menguatkan bahwa Hosti masih dalam keadaan baru. Mereka juga melakukan pengujian yang sama atas hosti-hosti yang tidak dikonsekrasikan, yang ditempatkan dalam sebuah kotak kedap udara pada tahun 1789, ternyata didapati hanya sedikit saja yang tersisa. DOA: Ya Kristus, ambillah balok dari mata kami! Berilah kami karunia untuk percaya bahwa Engkau sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus, seperti yang Engkau sabdakan dalam Kitab Suci.


PEZILLA-LA-RIVIERE, tahun 1793 Mukjizat Ekaristi Pezilla-la-Riviere terjadi pada bulan September 1793, bertepatan dengan Revolusi Perancis dan dimulainya masa pemerintahan yang bengis. Revolusi dan gelombang anti-Katolik menyebar dengan sangat cepat, dan kaum religius dikejar-kejar polisi. Dalam Gereja desa terdapat lima Hosti yang telah dikonsekrasikan; satu Hosti Kudus yang besar dihantar ke rumah Jean Bonafas, sementara keempat Hosti yang kecil, yang ditempatkan dalam sebuah piksis, dipercayakan kepada Rose Llorens. Jean menempatkan Hosti Kudus dalam sebuah kotak kayu serta menyembunyikannya di bawah lantai rumahnya. Rose menempatkan Hosti Kudus dalam sebuah cawan gelas bertutup dan kemudian menempatkannya dalam sebuah tas sutera merah.


Hampir tujuh tahun kemudian, pada hari-hari berakhirnya Revolusi, keempat Hosti dikeluarkan dari cawan gelas dan suatu segel berwarna coklat tua terbentuk disekeliling bagian luar cawan. Tujuh hari kemudian, kotak kayu pun dibuka dan Hosti Kudus yang besar masih terletak di dalam Monstran, sama indah dan sama putih bersihnya seperti saat ditempatkan di sana hampir tujuh tahun yang silam. Hosti-hosti Kudus tetap dalam keadan utuh dan tidak rusak hingga tahun 1930. Pada waktu itu, Hosti Kudus ditempatkan dalam sebuah tabernakel yang baru dibangun, yang terletak di belakang altar utama gereja. Karena alasan-alasan yang tak diketahui, Hosti-Hosti tersebut menjadi rusak dan Kristus dalam mukjizat tidak lagi hadir.


BORDEAUX, tahun 1822 Setelah berakhirnya Revolusi Perancis, terjadi pembaharuan semangat iman dan Bordeaux diberkati dengan lahirnya beberapa komunitas religius baru. Salah satu di antaranya adalah komunitas Keluarga Kudus dari Bordeaux, di mana mukjizat Ekaristi ini terjadi. Imam yang memimpin Adorasi Sakramen Mahakudus menulis sebuah dokumen resmi yang menyatakan bahwa ketika mentahtakan Sakramen Mahakudus, ia melihat kepala, dada dan lengan Sang Juruselamat di tengah suatu lingkaran yang mengelilingi-Nya bagaikan suatu lukisan berbingkai, tetapi Ia tampak hidup. Moeder Superior juga menyatakan bahwa ia melihat Yesus, juga putera altar dan beberapa saksi lain. Berdasarkan laporan dan penelitian, Uskup Agung Bordeaux memaklumkan pengakuan Gereja. Paus Leo XII juga segera menegaskan mukjizat dan menetapkan Pesta Keluarga Kudus untuk mengenangnya. Setiap tahun, di biara-biara Kongregasi Keluarga Kudus, diadakan perayaan menghormati mukjizat Ekaristi ini. Monstran yang dipergunakan pada hari terjadinya mukjizat senantiasa disimpan di rumah biara di Bordeaux.


BETANIA, tahun 1991 Semua Mukjizat Ekaristi yang lain terjadi beberapa ratus tahun yang silam. Tetapi, mukjizat yang terjadi dalam Perayaan Misa di Betania, Venezuela, terjadi pada pesta SP Maria Dikandung Tanpa Dosa pada tahun 1991. Sekeping Hosti yang telah dikonsekrir, yang adalah sungguh Daging Kristus, mulai memancarkan darah. Sesudahnya, sebuah tim medis memastikan bahwa cairan yang memancar dari Hosti Kudus adalah darah manusia. Uskup setempat memaklumkannya sebagai tanda transsubstansiasi dengan mengatakan, “Tuhan hendak menyatakan kepada kita bahwa iman kita akan Hosti yang telah dikonsekrir adalah benar.” Banyak peristiwa-peristiwa menakjubkan lainnya terjadi di Betania, termasuk penampakan-penampakan Bunda Maria yang disaksikan oleh beberapa ribu orang, berbagai penyembuhan-penyembuhan baik jasmani maupun rohani, dan seorang mistikus bernama Maria Esperanza yang dianugerahi karunia stigmata, bilokasi, dan levitasi (= terangkat dan melayang di udara) saat berdoa. Bapa Uskup sendiri menyaksikan suatu fenomena adikodrati dan menulis sepucuk surat pastoral yang menyatakan bahwa setelah penelitian dengan seksama, ia memaklumkan penampakan-penampakan tersebut sebagai benar dan berasal dari kuasa ilahi.


Kristus dan Bunda Maria berusaha memberitahukan kepada segenap umat manusia bahwa kita perlu menyerahkan segala kepercayaan kita kepada Tuhan dan berkarya demi kerajaan-Nya, dan bukan demi ego kita, demi kebanggaan kita, dan demi kemuliaan kita sendiri. Kita adalah terang dunia dan karenanya biarlah sesama melihat kita sebagai terang yang bersinar cemerlang, sebab kita telah ditebus oleh Darah Yesus Kristus dan karenanya patutlah kita senantiasa memuliakan Allah di surga!




sumber : “Miracles of the Eucharist” ; The Eucharistic Apostles of The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org


Eksorsisme Nicola Aubrey,
oleh Father Michael Müller, C.S.S.R. 
(kisah nyata / true story)
Sungguh suatu kenyataan yang luar biasa bahwa, sebagaimana setan menggunakan Martin Luther, seorang rahib yang ingkar, demi merendahkan Misa Kudus dan menyangkal Kehadiran Nyata, sedemikan pula Allah dapat menggunakan kekuatan setan sebagai pembuktian kehadiranNya yang nyata. Allah berulang kali secara terbuka memaksa setan untuk menyatakan kepercayaannya tentang kehadiranNya yang nyata, untuk mengacaukan para bidaah akibat kesesatan mereka, dan menaklukkan dirinya (setan) di hadapan Allah dalam rupa Sakramen Maha Kudus.

Untuk maksud inilah Allah telah mengijinkan seorang wanita yang bernama Nicola Aubrey, seorang yang inosen/tak bersalah menjadi dikuasai/dirasuki oleh Beelzebul dan 29 kekuatan jahat lainnya. Penguasaan ini terjadi 08/Nov/1565 dan berakhir hingga 08/Feb/1566.

Orang tuanya membawa Nicola kepada Romo de Motta, seorang Imam yang saleh di Vervins, agar beliau dapat mengusir setan melalui eksorsisme sesuai Gereja Katholik. Rm.de Motta telah mencoba beberapa kali mengusir kekuatan jahat dengan menggunakan relikwi salib suci, namun tidak berhasil; Setan tidak dapat diusir. Akhirnya, diinspirasikan oleh Roh Kudus, beliau memutuskan untuk mengusir setan dengan kehadiran Sakramen Tubuh dan Darah Kristus. Sementara Nicola terbaring dalam keadaan mati suri, Rm.de Motta meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola, dan seketika daya kekuatan jahat dipatahkan; Nicola kembali sadar dan dapat menerima komuni kudus dengan segenap tanda devosi. Segera setelah Nicola dapat menerima Komuni Kudus, wajahnya menjadi cerah dan cantik sebagaimana raut wajah seorang malaikat, dan semua yang menyaksikannya diliputi sukacita dan keheranan, dan mereka bersyukur memuji Allah dari hati mereka yang terdalam.

Dengan seijin Allah, setan datang kembali dan merasuki Nicola lagi.

Ketika keadaan penguasaan setan atas Nicola diketahui orang banyak, beberapa orang pengkotbah Calvinis bersama pengikutnya datang, untuk "menyingkap kebohongan Paus" kata mereka. Saat mereka masuk, setan memberi salam sambil mengejek mereka, menyebut nama2 mereka dan mengatakan bahwa mereka telah datang karena ketaatan pada setan. Salah seorang pengkotbah membuka buku doa Protestannya dan mulai membaca dengan wajah yang sungguh khidmat. Setan mentertawakannya, dan menunjukkan mimik muka seperti komik, setan berkata: "Ho ho! Teman-teman baikku; apakah engkau ingin mengusir aku dengan doa2 dan pujianmu? Apakah kamu pikir hal itu akan menyakiti aku ? Tidak tahukah kamu bahwa doa pujian itu milikku ? Akulah yang telah membantu untuk menggubahnya !"

"Aku akan mengusirmu dalam nama Tuhan," kata pengkotbah itu sungguh2.

"Kamu..!" kata setan, mengejek. "Kamu tidak akan mengusir aku baik dalam nama Tuhan atau dalam nama setan. Apakah kamu pernah mendengar ada setan yang satu mengusir setan yang lain?"

"Aku bukan setan." kata pengkotbah itu dengan marah, "Aku adalah pelayan Kristus".

"Seorang pelayan Kristus, tentu saja!" kata setan sambil menyeringai. "Tahukah kamu! Kukatakan padamu bahwa kamu lebih buruk daripada aku. Aku percaya, sedangkan kamu tidak mau percaya. Apakah kamu mengira bahwa kamu dapat mengusir aku dari tubuh orang sialan ini? Ha! Pergilah dulu dan usir setan2 dari dalam hatimu sendiri !"

Pengkotbah itu hendak pergi, ia merasa tidak senang. Ketika berjalan keluar, ia berkata seraya menatap ke atas, "O Tuhan, aku berdoa padaMu, tolonglah anakmu yang malang ini!"

"Dan aku berdoa, Lucifer," teriak setan, "agar pengkotbah ini tidak akan pernah meninggalkanmu (Lucifer), tetapi semoga ia tetap memujamu dengan segenap kekuatannya, seperti yang dilakukannya saat ini. Pengkotbah, pergilah selesaikan tugas2mu sekarang. Kalian semua milikku, dan akulah tuanmu".

Saat Romo de Motta tiba, beberapa orang Protestan segera pergi - mereka telah melihat dan mendengar lebih dari yang mereka inginkan. Yang lainnya, bagaimanapun, tetap tinggal; dan amatlah dahsyat terror yang mereka terima ketika mereka melihat bagaimana setan menggeliat dan berteriak dalam kengerian, ketika Sakramen Maha Kudus dibawa dekat pada setan. Akhirnya kekuatan jahat itu pergi, meninggalkan Nicola dalam keadaan tak sadar.
Sementara Nicola dalam keadaan ini, beberapa pengkotbah mencoba membuka mata Nicola, namun mereka tak dapat melakukannya. Romo kemudian meletakkan Sakramen Maha Kudus di bibir Nicola; dan seketika ia kembali sadar.

Romo de Motta kemudian berpaling kepada para pengkotbah yang keheranan, dan berkata: "Pergilah sekarang, kalian para pengkotbah Injil baru; pergilah dan kabarkan kemana saja apa yang telah kalian lihat dan dengar. Janganlah lagi menyangkali bahwa Tuhan kita Yesus Kristus sungguh2 ada dan nyata hadir dalam Sakramen Mahakudus di altar. Pergilah sekarang, dan jangan membiarkan wibawa hormat manusia menghalang-halangimu dari menyatakan kebenaran".

Selama beberapa hari eksorsisme berikutnya, setan dipaksa untuk mengakui bahwa ia memang tidak diusir di Vervins, dan bahwa ia membawa bersamanya 29 setan2 lain diantaranya 3 iblis yang berkuasa : Cerberus, Astaroth dan Legio.

Pada hari ke 3 di bulan Januari tahun 1556, bapa Uskup tiba di Vervins, dan memulai eksorsisme di Gereja, di tengah kehadiran umat yang amat banyak.

"Saya perintahkan engkau, dalam nama dan kekuatan dari kehadiran nyata Tuhan kami dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah." demikian kata bapa Uskup kepada setan dalam suaran yang khidmat.

Setan akhirnya diusir, untuk kedua kalinya berkat kehadiran Sakramen Ekaristi. Saat pergi, setan melumpuhkan tangan kiri dan kaki kanan Nicola, dan juga membuat tangan kirinya lebih panjang dari tangan kanan; dan tidak ada kekuatan di bumi yang dapat menyembuhkan keadaan yang aneh ini, hingga beberapa minggu kemudian ketika setan akirnya telah dienyahkan dengan sempurna dan tidak dapat kembali lagi.

Nicola kemudian dibawa ke perayaan peziarahan Bunda Maria dari Liesse, khususnya karena setan sepertinya amat takut terhadap tempat itu.

Hari berikutnya Rm.de Motta memulai eksorsisme di Gereja Bunda Maria daria Liesse, di tengah kehadiran umat yang besar.

Romo memegang Sakramen MahaKudus dalam tangannya dan menunjukkanNya pada iblis, sambil berkata "Aku perintahkan engkau, dalam nama Tuhan yang hidup, Emmanuel yang Agung yang hadir di sini, dan yang di dalamNya engkau percaya".

"Ah, ya!" kata setan, "Aku percaya padaNya," dan setan berteriak kesakitan lagi ketika mengatakan pengakuannya, karena ia disiksa oleh kekuatan Ilahi.

"Aku perintahkan engkau, oleh karena NamaNya." kata Imam. "untuk meninggalkan tubuh ini segera"

Dengan kata2 ini, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Ekaristi, setan menderita siksaan hebat yang sangat menakutkan. Suatu saat tubuh Nicola berputar menggelinding seperti bola, lalu kembali tubuhnya membengkak sangat menakutkan.
Suatu ketika wajahnya memanjang dengan aneh, lalu melebar sekali dan terkadang berwarna merah padam dan terkadang berbintik-bintik seperti katak.

Imam masih meneruskan untuk mendesak dan menyiksa setan. "Roh yang terkutuk" teriaknya, "Aku perintahkan engkau, dalam Nama dan oleh kehadiran nyata dari Tuhan kita Yesus Kristus di sini dalam Sakramen Maha Kudus, untuk segera enyah dari tubuh makhluk yang malang ini".

"Ah ya!" jerit setan, melengking liar, "26 dari teman2ku akan segera pergi saat ini, karena mereka dipaksa berbuat demikian".


Para jemaat yang hadir kini mulai berdoa dengan penuh semangat. Tiba2 anggota badan Nicola mulai retak, seperti tulang2 dalam tubuhnya mulai patah, semacam wabah asap/uap keluar dari mulutnya, dan 26 roh jahat meninggalkan tubuh Nicola, tidak pernah kembali lagi.

Lalu Nicola jatuh pingsan, dimana ia hanya dapat disadarkan dengan Sakramen Maha Kudus. Ketika dipulihkan dan menerima sakramen Ekaristi, raut wajah Nicola bercahaya seperti wajah seorang malaikat.

Imam masih meneruskan mendesak setan, dan menggunakan semua harta pusaka gereja untuk mengusirnya.

"Aku tidak akan pergi, kecuali diperintahkan oleh Uskup dari Leon" kata setan dengan marah.

Lalu Nicola dibawa ke Pierrepont, dimana satu iblis bernama Legio, diusir oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pagi hari berikutnya Nicola dibawa ke Gereja. Dengan menakutkan ia dibawa keluar rumah, ketika setan merasukinya lagi.

Uskup yang diminta untuk pengusiran dalam Nicola, mempersiapkan dirinya untuk tugas yang berat ini dengan berdoa dan berpuasa, dan mengerjakan perbuatan2 silih lainnya.

Saat kedatangan Nicola di Gereja, eksorsisme dimulai. "Berapa diantaramu yang ada dalam tubuh ini?" tanya bapa Uskup.

"Kami bertiga" jawab roh jahat itu.

"Apa nama2 kalian?"

"Beelzebub, Cerberus, dan Astaroth."

"Apa yang terjadi pada yang lainnya? tanya bapa Uskup.

"Mereka sudah dienyahkan" jawab setan.

"Siapa yang mengusir mereka?"

"Ha!" teriak setan, menggertakkan giginya. "itulah Dia yang engkau pegang dalam tanganmu, di sana dalam Patena". Setan menunjuk Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus.

Bapa Uskup lalu memegang Sakramen Maha Kudus ke dekat wajah Nicola. Setan menggeliat dan berteriak penuh kengerian. "Ah. ya! Aku akan pergi, aku akan pergi!" ia *****ik tertawa, "tetapi aku akan kembali".

Segera tubuh Nicola menjadi kaku dan tak bergerak seperti batu marmer. Bapa Uskup lalu menyentuhkan bibirnya dengan Sakramen Maha Kudus dan detik itu juga ia segera sadar sepenuhnya. Nicola menerima Komuni Kudus dan air mukanya sekarang bercahaya memancarkan kecantikan Ilahi.

Hari berikutnya Nicola dibawa kembali ke Gereja, dan eksorsisme dimulai lagi seperti biasa.

Bapa Uskup memegang Sakramen Ekaristi dalam tangannya, mendekatkan pada wajah Nicola dan berkata:

"Aku perintahkan engkau dalam nama Allah yang hidup, dan dengan kehadiran Yesus Kristus Tuhan kita yang nyata di sini dalam Sakramen di altar, agar engkau segera enyah dari tubuh ciptaan Tuhan ini dan tak pernah kembali".

"Tidak, tidak" teriak setan, "Aku tidak akan pergi. Waktuku belum tiba".


"Aku perintahkan engkau untuk pergi, enyahlah, roh tercela, terkutuk! Pergilah!" dan bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dekat wajah Nicola.

"Stop, stop!" jerit setan; "biarkan aku pergi! Aku akan pergi - tetapi aku akan kembali". Segera Nicola terjatuh dengan tawa yang mengerikan. Suatu asap hitam keluar dari mulutnya dan ia jatuh pingsan lagi.

Selama Nicola tinggal di Leon, ia dengan hati-hati dipelajari oleh para psikiater Katolik dan Protestan. Tangan kirinya, yang telah dilumpuhkan oleh setan, didapati mati rasa. Para dokter menggores lengannya dengan pisau tajam, membakar dengan api, menusuk dengan jarum dan paku pada jari2 tangannya, tetapi Nicola tidak merasa sakit; tangannya telah mati rasa.
Suatu ketika Nicola sedang berbaring dalam keadaan mati suri, para dokter memberinya semacam roti yang dicelupkan ke dalam anggur (seperti yang disebut kaum Protestan sebagai komuni mereka atau Perjamuan Kudus), mereka menyeka bibrnya dengan kasar, meeka memercikkan air pada wajahnya, mereka menusuk lidahnya hingga darah keluar; mereka mencoba segala cara untuk membagunkan Nicola, namun sia-sia!
Tubuh Nicola tetap diam dan tak bergerak seperti patung marmer. Akhirnya Imam menyentuhkan Sakramen Maha Kudus ke bibir Nicola dan seketika ia kembali sadar sepenuhnya dan mulai memuji Tuhan.

Mukjizat ini sangat jelas, sangat gamblang, hingga seorang dokter yang tadinya Calvinis fanatik, segera memperbaiki kesalahannya, dan menjadi Katholik.

Beberapa kali, juga kaum Protestan menyentuhkan hosti yang belum dikonsekrasi ke wajah Nicola, yang mana konsekwensinya adalah hanya roti, tidak berpengaruh sedikitpun bagi setan, malah ia melecehkan usaha mereka.

Pada tanggal 27 Januari, bapa Uskup, setelah berjalan dalam prosesi yang hikmat dengan para rahib dan umat, memulai exorsisme di Gereja, dengan kehadiran banyak jemaat Protestan dan Katolik.

Bapa Uskup sekarang memegang Sakramen Maha Kudus dekat ke wajah Nicola. Tiba-tiba suatu teriakan yang liar dan aneh terdengar nyaring di udara - suatu asap hitam pekat keluar dari mulut Nicola. Setan Astaroth telah dienyahkan selamanya.

Selama eksorsisme yang berlangsung tanggal 1 Feb, bapa Uskup mengatakan:

"O roh yang terkutuk! Oleh karena bukan doa, atau Injil Suci ataupun eksorsisme oleh Gereja, atau relikwi suci, dapat memaksamu untuk pergi, saya sekarang akan menunjukkan padamu Tuhan dan Junjungan kami, dan dengan kuasaNya saya perintahkan engkau"

Selama eksorsisme yang dilangsungkan setelah Misa, bapa Uskup memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan berkata : "O roh yang terkutuk, musuh besar dari Allah yang maha Kuasa! Aku perintahkan engkau, oleh Darah Yesus Kristus yang Maha Mulia hadir di sini, agar enyah dari wanita malang ini! Enyahlah hai terkutuk ke dalam api neraka yang kekal!"

Saat kata2 ini diucapkan, dan khususnya dengan kehadiran Sakramen Maha Kudus, setan menjadi sangat takut dan kesakitan dan penampilan Nicola menjadi seram dan memberontak, hingga orang2 memalingkan mata mereka penuh ketakutan. Akhirnya suatu keluhan berat terdengar, dan sutau awan dari asap hitam keluar dari mulut Nicola, Cerberus telah dienyahkan.

Lalu Nicola jatuh lagi dalam mati suri dan ia dapat disadarkan kembali hanya oleh kehadiran Sakramen Ekaristi.

Selama eksorsisme, yang berlangsung di hari ketujuh bulan Februari, Uskup mengatakan pada setan:

"Katakan padaku, mengapa engkau merasuki tubuh wanita Katolik yang jujur dan berbudi luhur ini ?"

"Aku melakukannya atas ijin Allah. Aku telah dapat menguasai dia akibat dosa-dosa banyak orang. Aku melakukannya untuk menunjukkan kepada para pengikut Calvinis ku bahwa mereka adalah roh jahat yang dapat mengambil kuasa atas manusia jika Allah mengijinkannya. Aku tahu mereka tak ingin mempercayai ini; namun aku akan menunjukkan kepada mereka bahwa akulah roh jahat. Aku telah merasuki makhluk ini agar mereka bertobat, atau agar makin mengeraskan hati mereka dalam dosa2 mereka; dan melalui kurban berdarah, akau akan melakukan karya2ku".

Jawaban ini menakutkan hati tiap orang yang mendengarnya dengan horor. "Ya" jawab bapa Uskup dengan khidmat, "Allah menginginkan persatuan setiap orang hanya dalam iman yang kudus. Karena hanya ada satu Allah, maka hanya ada satu agama yang benar. Agama seperti yang telah diciptakan kaum protestan hanyalah suatu olok-olok yang palsu. Ajaran ini pasti hancur. Agama yang didirikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya yang sejati; hanya itu yang akan bertahan sampai kekal. Agama ini dimaksudkan untuk persatuan semua umat manusia dalam rangkulan pengorbanannya, agar hanya ada satu kawanan dengan satu gembala. Gembala Ilahi inilah Tuhan kita Yesus Kristus, yakni kepala yang tak nampak dari Gereja Katolik yang Kudus. yang pemimpin nyatanya adalah Bapa Suci - Paus penerus St.Petrus".

Setan berdiam diri - dia dipermalukan di hadapan orang banyak. Setan sekali lagi dienyahkan oleh kehadiran Sakramen Maha Kudus.

Pada sore harinya, setan mulai menangis: "Ah! Ha! Kalian pikir bahwa kalian dapat mengusir aku dengan cara ini. Kalian tidak memiliki prosedur kehadiran Uskup yang benar. Di manakah para diakon dan prodiakon? Di manakah para hakim agung? Di mana kepala hakim, yang telah ketakutan karena ucapannya malam itu, di penjara ? Di manakah para penagih kerajaan ? Di mana para pengacara dan penasihat ? Di mana juru tulis pengadilan ? (Setan menyebutkan nama mereka masing2) "Aku tidak akan pergi sampai mereka semua hadir. Jika aku harus pergi sekarang, apa bukti yang dapat kalian berikan pada raja atas segala sesuatu yang telah terjadi? Kalian pikir orang akan mempercayaimu demikian saja? Tidak, tidak! Akan banyak yang mengajukan keberatan2. Pengakuan dan
kesaksian dari orang2 & penduduk setempat bobotnya rendah. Adalah penyiksaan bagiku bahwa aku harus memberitahu padamu apa yang harus kalian lakukan. Aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Terkutuklah jam disaat pertama aku menguasai orang sial ini".

"Aku menemukan sedikit kesenangan dari ocehanmu," jawab bapa Uskup; "Ada cukup banyak saksi di sini. Mereka yang kau sebutkan tidaklah dibutuhkan.
Enyah! lalu berikan kemuliaan bagi Tuhan. Pergilah - ke dalam kobaran api neraka!"

"Ya, aku akan pergi, namun tidak hari ini. Aku tahu pasti aku harus pergi. Kalimatku telah berlalu; aku dipaksa untuk pergi"

"Aku tidak perduli pada ocehanmu", kata bapa Uskup, "Aku dapat mengusirmu dengan kuasa dari Allah; dengan darah yang Maha Mulia dari Tuhan kita Yesus Kristus".

"Ya, aku harus taat padamu", teriak setan dengan liar. "Sangat menyakitkan bagiku untuk memberi padamu hormat ini".

Bapa Uskup sekarang mengangkat Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, dan memegangnya dekat dengan wajah Nicola.

Akhirnya setan dipaksa untuk pergi sekali lagi.

Pagi berikutnya, setelah prosesi selesai, Kurban Misa Kudus dirayakan seperti biasanya.
Selama konsekrasi, Nicola diangkat ke udara setinggi 6 kaki (sekitar 180 cm) sebanyak 2-kali, dan dijatuhkan dengan keras ke lantai. Saat Uskup, sejenak sebelum Bapa Kami, mengambil Hosti sekali lagi dalam tangannya dan mengangkat hosti beserta piala, Nicole diangkat lagi ke udara, dengan 15 orang pria yang menahannya setinggi 6 kaki, dan setelah beberapa waktu ia jatuh dengan keras ke lantai.

Pada saat ini, semua yang hadir dipenuhi teror yang mengerikan. Seorang Jerman Protestan bernama Voske jatuh berlutut, berlinang air mata; iapun bertobat.

"Ah!" kata Voske. "Aku sekarang percaya penuh bahwa setan sungguh dapat menguasai makhluk yang malang. Aku percaya bahwa sungguh2 hanyalah Tubuh dan Darah Kristus yang dapat mengusir setan. Aku sungguh percaya. Aku tidak akan lagi menjadi Prostestan".

Selesai Misa, eksorsisme dimulai seperti biasanya.
"Sekarang, akhirnya," kata bapa Uskup, "engkau harus pergi. Pergilah, roh jahat!"
"Ya," kata setan, "benar bahwa aku harus pergi, tapi belum saatnya. Aku tidak akan pergi sebelum waktunya sejak aku menguasai orang celaka ini"

Akhirnya Uskup mengambil Hosti Kudus dalam tangannya dan berkata: "Dalam nama Allah Tritunggal termulia: Bapa, Putera dan Roh Kudus - dalam nama Tubuh Kritus yang hadir di sini - aku perintahkan engkau, roh jahat, enyahlah".

"Ya, ya, itu benar!" teriak setan dengan liar: "benarlah, Itu adalah Tubuh dan Darah Kristus. Aku harus mengakuinya, karena aku dipaksa untuk melakukannya. Ha! Sangat menyakitkan bagiku untuk mengakuinya, tapi aku harus. Aku mengatakan yang benar hanya jika aku dipaksa melakukannya. Kebenaran bukan dari aku. Kebenaran datang dari Allah Tuhanku dan Majikanku. Aku telah dapat merasuki tubuh ini atas seijinNya.

Bapa Uskup sekarang memegang Hosti Kudus dalam tangannya dekat ke wajah Nicola. Setan menggeliat dalam kesakitan yang mengerikan. Ia berusaha dengan segala cara untuk menghindari kehadiran Tuhan Yesus dalam Sakramen Maha Kudus. Akhirnya suatu asap hitam yang panjang keluar dari mulut Nicola. Iapun jatuh tak sadarkan diri dan sekali lagi dapat disadarkan hanya dengan kehadiran Sakramen maha Kudus.

Pada tanggal 8 Feb., hari yang ditetapkan Allah dimana setan harus meninggalkan Nicola selama-lamanya, akhirnya tiba. Setelah prosesi yang hikmat, bapa Uskup memulai eksorsisme yang terakhir.

"Aku tidak akan bertanya lagi kepadamu," kata bapa Uskup pada setan, "ketika engkau berniat pergi; aku akan memaksa mu keluar segera dengan kuasa dari Allah yang hidup dan tubuh dan darah termulia Yesus Kristus, Putera terkasihNya, disini hadir dalam Sakramen di Altar".

"Ha! Ya", jerit setan: "Aku mengakui bahwa Putera Allah sungguh hadir di sini. Ia adalah Tuhan dan Majikanku. Sangat menyiksa bagiku untuk mengakuinya, namun aku dipaksa untuk melakukan ini." Lalu setan mengulanginya beberapa kali, dengan teriakan yang nyaring dan aneh: "Ya benar, aku harus mengakuinya. Aku dipaksa untuk keluar, oleh kuasa Tubuh Kristus yang hadir di sini. Aku harus - aku harus pergi. Aku sangat tersiksa karena harus pergi demikian cepat, dan aku harus mengakui kebenaran ini. Tetapi kebenaran ini bukan dari aku; kebenaran ini datang dari Tuhanku dan Majikanku, yang telah mengirim aku kemari, dan yang telah memerintahkan dan memaksa aku untuk memberi kesaksian akan kebenaran ini di depan khalayak."

Bapa Uskup lalu mengambil Sakramen Maha Kudus dalam tangannya dan meninggikanNya lalu berkata dengan khidmat: "O engkau yang jahat, roh yang tercemar, Beelzebub ! Engkau musuh besar Allah yang kekal! Perhatikanlah, hadir di sini, Tubuh dan Darah dari Tuhan kita Yesus Kristus, Tuhan dan Junjungan kita. Aku mendesakmu, dalam nama dan kuasa dari Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus, sungguh Allah sungguh manusia, yang hadir di sini; aku perintahkan engkau segera pergi untuk selama-lamanya dari ciptaan Allah ini. Pergilah ke tempat terdalam dari neraka, disana untuk tersiksa selama-lamanya. Pergilah, roh yang tercemar, pergilah - perhatikan di sini Tuhan dan Allahmu !".

Melalui kata2 khidmat ini, dan di depan Sakramen Kudus Allah, tubuh wanita malang yang dirasuki itu menggeliat ketakutan. Anggota2 tubuhnya retak seolah tiap2 tulangnya patah. Kelima belas pria dewasa yang kuat menahannya dengan susah payah. Mereka terhuyung-huyung dari satu sisi ke sisi yang lain, sehingga mereka bersimbah peluh. Setan mencoba menghindat dari kehadiran Tuhan Allah dalam Sakramen Maha Kudus. Mulut Nicola terbuka lebar, lidahnya menjulur panjang melewati dagunya, wajahnya membengkak dan rautnya menyimpang aneh sangat menakutkan.
Warna tubuhnya berubah-ubahnya dari kuning menjadi hijau, dan malah menjadi abu-abu atau biru, sehingga ia tidak lagi nampak serupa seorang manusia; ia lebih nampak sebagai inkarnasi setan yang mengerikan. Seluruh yang hadir tercekam dalam teror, khususnya ketika mereka mendengar jerit tangis setan yang menakutkan, terdengar seperti raungan nyaring seekor kerbau liar.


Merekapun jatuh berlutut, berlinang air mata, menangis: "Yesus, kasihanilah kami!"

Bapa Uskup terus mendesak setan. Akhirnya roh jahat itu pergi dan Nicola terjatuh tak sadarkan diri ke tangan para penahannya. Dia masih shock dan trauma. Saat itu dalam kondisi demikian ia dipertunjukkan kepada para hakim, dan kepada segenap yang hadir, ia telah berputar menggelinding seperti bola.
Bapa Uskup pun berlutut untuk memberikan Sakramen Maha Kudus, seperti biasanya. Namun lihat! Tiba2 setan itu kembali, dengan amarah yang liar, berusaha membekukan tangan Uskup dan malah mencoba merebut Sakramen itu. Bapa Uskup berusaha mengelak; Nicola terangkat ke udara dan Uskup bangkit berdiri, terkejut dan tergetar oleh teror hingga pucat pasi.

Namun Uskup yang baik itu mengumpulkan segenap keberaniannya; ia mengejar si setan, memegang Sakramen Maha Kudus dalam tangannya, sampai suatu jarak dengan setan, maka diliputi kuasa Tubuh Kristus Tuhan kita, keluarlah dari mulut Nicola asap pekat dan kilat menyambar disertai guntur.


Sejurus kemudian, setan telah dipaksa enyah selama-lamanya, pada Jum'at sore itu tepat jam tiga, pada hari dan jam yang sama ketika Kristus Tuhan kita mengalahkan kekuasaan neraka oleh KematianNya yang menyelamatkan.

Nicola sekarang telah dipulihkan dengan sempurna, ia dapat menggerakkan tangan kirinya dengan mudah. Ia jatuh berlutut, bersyukur dan memuji Allah, dan berterimakasih kepada bapa Uskup atas segala yang telah diberikannya kepada Nicola.

Para umat yang hadir menangis dalam sukacita dan menyanyikan kidung pujian dan syukur dalam hormat kepada Allah dalam Sakaramen Maha Kudus.

Di segenap penjuru kota terdengar teriakan: "Oh, mukjizat yang luar biasa! Oh, terimakasih dan syukur pada Tuhan, bahwa aku menyaksikannya! Siapakah yang sekarang dapat meragukan kehadiran Tuhan kita Yesus Kristus yang nyata dalam Sakramen di Altar yang kudus!"

Banyak orang Protestan juga berkata: "Sekarang aku percaya pada kehadiran Kristus Tuhan kita dalam Sakramen Maha Kudus; aku telah menyaksikannya dengan mataku sendiri! Aku tak akan menjadi calvinis lagi. Terkutuklah mereka yang telah menyesatkan aku! Oh, sekarang aku dapat mengerti kemuliaan dalam Kurban Misa yang Kudus!"

"Te Deum" yang khidmat dinyanyikan; meriah suara organ bergemuruh, dan lonceng Gereja bersahutan dibunyikan, genta kegembiraan.

Segenap penduduk kota diliputi damai dan sukacita.

Kemenangan besar Yesus Kristus dalam Sakramen Maha Kudus atas setan ini, terjadi di hadapan lebih dari 150.000 orang, dihadiri semua pejabat Gereja dan pemerintahan di kota itu, umat Protestan dan Katolik bersatu. Saya sudah menerbitkan suatu buku dari peristiwa luar biasa ini berjudul "Triumph of the Blessed Sacrament". Kenyataan ini telah dibukti-nyatakan oleh berbagai pihak dan diterbitkan dalam beragam bahasa - Perancis, Italia, Spanyol dan Jerman sebagaimana kutunjukkan di halaman 13, 14 dan 15 dari buku tsb

http://www.therealpresence.org/eucharst/mir/lanciano.html
http://yesaya.indocell.net/id393.htm
http://adhvara.wordpress.com/2010/08/01/mukjizat-ekaristi-lancianoitalia-abad-8-masehi/
http://forumkristen.com/komunitas/index.php?topic=34543.msg410793#msg410793
http://www.akupercaya.com/kesaksian/14979-kerasukan-setan-eksorsisme.html

 smiley 

2 komentar:

  1. bagus!

    semoga blog u bro menjadi pencerahan dan penerangan utk teman2 kita yang lain..

    salam damai,

    BalasHapus