Bruce:
Adam adalah manusia pertama, yang diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat, dihembuskan nafas hidup. Menjadi manusia yang hidup bahagia di taman Eden. Tidak mengenakan baju, hidup bersama binatang yang semua bersahabat, makan biji-bijian dan daun yang hijau.
Kemudian, dari rusuk Adam, diciptakanNya seorang penolong, seorang wanita, sebagai pasangan Adam, agar hidupnya lengkap. Mereka hidup bahagia di taman Eden. Hingga suatu hari, Hawa digoda iblis dalam wujud ular, untuk makan buah pengetahuan, yang adalah satu satunya buah yang terlarang untuk dipetik dan dimakan.
Pelanggaran terhadap larangan ini, mengakibatkan manusia jatuh dalam dosa, hubungan Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan menjadi rusak. Adam dan Hawa diusir keluar dari taman Eden untuk selamanya. Adam dan Hawa harus bekerja keras untuk makan, sakit untuk melahirkan.
Tuhan yang Mahakasih, merencanakan penebusan untuk mengembalikan hubungan yang rusak karena manusia memilih untuk jatuh dalam dosa, yakn pelanggaran terhadap larangan Tuhan. Tuhan menjanjikan PuteraNya sendiri sebagai penebus.
Itu adalah kisah yang kita bisa baca dari Alkitab dalam kitab Kejadian.
Ilmu pengetahuan manusia telah maju dengan sangat pesat saat ini. Pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri, tentang alam, tentang peninggalan kepurbakalaan, mengarah pada banyak hal yang sepertinya 'bertentangan' dengan apa yang tertulis di dalam kitab Kejadian.
Timbul pertanyaan.
Benarkah Adam dan Hawa literal ada sebagai manusia pertama?
Benarkah ada taman Eden di bumi ini?
Benarkah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, memetik dan memakan buah pengetahuan, dengan akibat keruntuhan seluruh keselamatan manusia?
Apa yang akan menjadi 'keberatan', jika Adam dan Hawa dianggap tidak secara literal tetapi secara simbolis ataupun filosofis?
Kl pandangan saya, Smua tulisan Alkitab ttg Adam dan Hawa adl literal. Teori kpurbakalaan itu barulah sbuah teori yg masih ada massive missing link-nya. Tp teori itu jd pedoman akademik krn tidak ada pjelasan alternatif lain (slain creationism). |
Saya setuju, karena maka PB menjadi tidak jelas arahnya.
Saya berpandangan bahwa semua penemuan Arkeology justru menunjukkan bahwa seperti Adam dan Hawa, maka bumi dan semestapun diciptakan dalam keadaan "dewasa".
Husada wrote: | ||
Terima kasih. |
Sepertinya pendapat saya cukup jelas Mod,
Sebagaimana Adam dan Hawa, alam semestapun diciptakan dalam keadaan "dewasa" atau "tua", sehingga semua penemuan arkeology justru tidak menjadi masalah dengan pandangan ini.
Mengenai evolusi, justru menemui batu sandungan,
Bagaimana "awal" dari semuanya?
"Awal" yang kemudian berevolusi menjadi semesta alam, kemudian berevolusi menjadi planet, kemudian berevolusi menjadi mahluk hidup.
Dua permasalahan yang mungkin tidak pernah terjawab bagi ilmuwan adalah:
1. Bagaimana "Awal" itu terjadi, apakah diciptakan juga atau muncul dengan sendirinya?
2. Bagaimana benda mati menjadi benda hidup, apakah terjadi dengan sendirinya ataukah ada "kekuatan magic" yang intervensi?
Inilah dua batu sandungan bagi ilmuwan sampai saat ini, apabila jawaban ada sedikit saja menyinggung Tuhan, maka saya anggap gugur dengan sendirinya, yaitu sebaiknya mendengarkan ajaran Gereja, yang sampai saat ini menolak evolusi dan menganggap Penciptaan adalah literal.
Sebagai perbandingan, Hari Sabat yang dihitung LITERAL menurut 7 hari, dan seluruh isi Alkitab menyatakan hal yang sama, maka dengan sendirinya kita mengetahui ajaran Gereja apakah mendukung LITERAL atau TIDAK LITERAL.
St Yopi wrote: |
Mengenai evolusi, justru menemui batu sandungan, Bagaimana "awal" dari semuanya? "Awal" yang kemudian berevolusi menjadi semesta alam, kemudian berevolusi menjadi planet, kemudian berevolusi menjadi mahluk hidup. Dua permasalahan yang mungkin tidak pernah terjawab bagi ilmuwan adalah: 1. Bagaimana "Awal" itu terjadi, apakah diciptakan juga atau muncul dengan sendirinya? 2. Bagaimana benda mati menjadi benda hidup, apakah terjadi dengan sendirinya ataukah ada "kekuatan magic" yang intervensi? Inilah dua batu sandungan bagi ilmuwan sampai saat ini, apabila jawaban ada sedikit saja menyinggung Tuhan, maka saya anggap gugur dengan sendirinya, yaitu sebaiknya mendengarkan ajaran Gereja, yang sampai saat ini menolak evolusi dan menganggap Penciptaan adalah literal. Sebagai perbandingan, Hari Sabat yang dihitung LITERAL menurut 7 hari, dan seluruh isi Alkitab menyatakan hal yang sama, maka dengan sendirinya kita mengetahui ajaran Gereja apakah mendukung LITERAL atau TIDAK LITERAL. Salam |
Terima kasih.
Betul, Teori Evolusi menemui 'batu sandungan' sebab tidak mampu menjawab secara eksak bagaimana itu semua terjadi. Teori Evolusi menganalisis berdasarkan materi, dan hubungan sebab akibat. Karena rentang waktu evolusi itu sedemikian panjang, bahan-bahan penyusun teori tersebut juga sudah merupakan penemuan-penemuan, mengkait-kaitkan berdasarkan kesamaan-kesamaan, berdasarkan kecenderungan. Dalam hal itu teori itu tidak dapat memuaskan, karena tidak dapat membuktikan secara natural bahwa sebenarnya ada pihak yang SUPRA NATURAL.
Di lain sisi, kisah penciptaan pada Kitab Kejadian itu mengakui adanya pihak SUPRA NATURAL. Namanya SUPRA NATURAL, tidak harus memenuhi rumus sebab akibat.
Dengan demikian, menurut pemahaman saya sementara ini, kisah penciptaan di Kitab Kejadian dicoba diterjemahkan oleh Ilmu Pengetahuan, dalam hal ini ialah Teori Evolusi. Menurut saya lagi, bahwa antara Teori Evolusi tidak serta merta menabrak kisah penciptaan di Kitab Kejadian, sebab, Teori Evolusi tidak berkisah tentang Pihak yang SUPRA NATURAL. Teori Evolusi hanya membicarakan yang natural.
Jadi, Adam dan Hawa menurut kisah penciptaan yang mengimani adanya pihak yang SUPRA NATURAL itu, diluar hukum sebab akibat, diluar hubungan jika maka. Menurut pemahaman saya, hukum sebab akibat mulai dari Kej 1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air". Penciptaan cakrawala ini (hari kedua) mengakibatkan terpisahnya air dengan air. Sejak itu pula maka hubungan sebab akibat berlangsung secara natural, selama tidak diintervensi Sang SUPRA NATURAL. Bila diintervensi oleh Sang SUPRA NATURAL, maka hukum sebab akibat dirontokkan.
Jadi, menurut pemahaman saya, ketidakmampuan Teori Evolusi menjelaskan penciptaan adalah pada hari pertama, dimana tidak bisa dijelaskan secara sebab akibat, mengapa Sang SUPRA NATURAL menciptakan langit dan bumi. Ciptaan-ciptaan selanjutnya, sudah mengikuti sebab akibat. Bahkan, penciptaan manusia dijelaskan adalah untuk berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.
bruce wrote: |
Lho, saya masih 'menantang' pihak yang merasa kalau Adam dan Hawa adalah literal, om. Kalau ada buktinya, maka saya akan merubah cara pandang saya. He he he he. |
St Yopi:
Secara Katolik Literal:
Tradisi Gereja menyatakan bahwa Bukit Golgotha merupakan kubur Adam dan Hawa, dan salib Kristus didirikan tepat di atas tengkorak Adam. Menurut Origen dalam komentarnya terhadap Matius 27:33 menyatakan bahwa benar tengkorak Adam telah dikuburkan di bawah tempat penyaliban (ibid.)
*diambil dari beberapa literatur termasuk:
http://www.golgotha.eu/
http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id149.htm
http://katolisitas.org/6480/arti-mata-dalam-segitiga-crucifix-dg-tengkorak-tengkorak-dan-mahkota
dll
Menurut Yesaya Indocell, buku yang menjelaskan hal ini adalah:
“The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Jelas saya memilih Adam dan Hawa adalah Literal sudah sesuai dengan ajaran Gereja, apalagi jangan-jangan nanti ada yang bilang Yesus dan Maria bukan literal!
bruceBarangkali anda bisa melampirkan foto tengkorak Adam, Min?
St Yopi:
Ada didalam naskah-naskah kuno,
In some Christian and Jewish traditions, the name Golgotha refers to the location of the skull of Adam. A common version states that Shem and Melchizedek traveled to the resting place of Noah's Ark, retrieved the body of Adam from it, and were led by Angels to Golgotha — described as a skull-shaped hill at the centre of the Earth, where also the serpent's head had been crushed following the Fall of man. This tradition appears in numerous older sources, including the Kitab al-Magall, the Conflict of Adam and Eve with Satan, the Cave of Treasures, and the writings of Patriarch Eutychius of Alexandria. It is also suggested that the location's landscape resembled the shape of a skull, and gained its name for that reason.
http://en.wikipedia.org/wiki/Golgotha
There was a tradition current among the Jews that the skull of Adam, after having been confided by Noah to his son Shem, and by the latter to Melchisedech, was finally deposited at the place called, for that reason, Golgotha. The Talmudists and the Fathers of the Church were aware of this tradition, and it survives in the skulls and bones placed at the foot of the crucifix. The Evangelists are not opposed to it, inasmuch as they speak of one and not of many skulls. (Luke, Mark, John, loc. cit.)
http://www.newadvent.org/cathen/03191a.htm
Semuanya didukung oleh para Rasul dan para Bapa Gereja, termasuk Eusebius (lahir tahun 260) dan Origen (lahir tahun 184) sampai pada St Jerome, St Cyrill bahkan sampai pada sumber Magisterium Gereja yaitu SUMMA THEOLOGICA: The passion of Christ (Tertia Pars, Q. 46).
Dalam beberapa sumber, yang tersisa hanyalah tengkorak Adam, karena tulang belulangnya sudah ikut dibakar dalam korban bakaran untuk persembahan, sedangkan dalam beberapa rumor, tengkorak Adam berada di Vatican, ada yang bilang ditangan kolektor kaya dll.
Intinya, Adam dan Hawa Literal adalah ajaran resmi Gereja Katolik!
HusadaHmmm... begitu.
Puji Tuhan. Ini hal baru bagi saya. Terima kasih Admin Yop. Diberkatilah engkau dan seluruh orang yang engkau kasihi.
St Yopi wrote: |
Ada didalam naskah-naskah kuno, ... Semuanya didukung oleh para Rasul dan para Bapa Gereja, termasuk Eusebius (lahir tahun 260) dan Origen (lahir tahun 184) sampai pada St Jerome, St Cyrill bahkan sampai pada sumber Magisterium Gereja yaitu SUMMA THEOLOGICA: The passion of Christ (Tertia Pars, Q. 46). Dalam beberapa sumber, yang tersisa hanyalah tengkorak Adam, karena tulang belulangnya sudah ikut dibakar dalam korban bakaran untuk persembahan, sedangkan dalam beberapa rumor, tengkorak Adam berada di Vatican, ada yang bilang ditangan kolektor kaya dll. Intinya, Adam dan Hawa Literal adalah ajaran resmi Gereja Katolik! Salam |
Husada:
Setelah merenung-renung kembali, pikiran saya begini:
Sosok yang disebut sebagai Adam dan Hawa itu memang ada. Itu pula yang sudah pernah saja kemukakan, bahwa Adam itu adalah yang terpilih dari sosok seangkatannya. Jadi, menurut pemahaman saya, saya tidak mengatakan bahwa Adam dan Hawa itu tidak ada. Melainkan, Adam dan Hawa itu berasal dari proses evolusi, dari tumbuhan, menjadi hewan, menjadi primata, kemudian dari antara primata yang ada, dipilhlah Adam dan Hawa. Sebab, yang menjadi permasalahan di benak saya ialah:
Apakah benar, Tuhan dengan tanganNya mengambil tanah, membentuknya (seperti seorang pematung membentuk patung), kemudian setelah terbentuk sosok dari tanah itu, lalu Tuhan meniupkan nafas hidup kepada sosok itu, maka jadilah Adam. Sementara, saya haqqul yaqqin bahwa Tuhan itu adalah Roh, bukan fisik.
Jadi, menurut saya, pemetaforaan dimana Tuhan mengambil tanah, membentuknya, kemudian meniupkan nafas hidup dan jadilah Adam, adalah merupakan ringkasan dari proses evolusi. Dengan demikian, kalau ada bukti, paling sedikit dari adanya keyakinan para Bapa Gereja yang meyakini bahwa Adam itu ada dan dimakamkan di Golgota, saya kira itu tidak saya sangsikan.
Saya masih sulit menyakini bahwa Adam dan Hawa dicipta 'bersendirian', mengingat temuan-temuan arkelog yang dilatari metode ilmiah yang menyatakan bahwa usia fosil yang ditemukan sudah ratus ribuan bahkan jutaan tahun nan silam. Sementara kalau dihitung dari generasi-ke generasi dari Adam sampai ke Jesus Kristus, dengan mengambil rata-rata usia satu generasi adalah 1.000 tahun (pendekatan pada usia hidup Adam), maka usia bumi ini belum sampai sejuta tahun.
Nah, saya tidak hendak menyangkal ajaran Gereja yang diturunkan melalui para Bapa Gereja (yang saya imani selalu disertai Roh Kudus). Menurut pemahaman saya, kalau dicermati dari links yang Yopi di atas, itu hanya membuktikkan bahwa Adam dan Hawa sebenarnya ADA. Links tersebut tidak bercerita tentang proses penciptaan Adam dan Hawa.
Husada wrote: | ||
Sosok yang disebut sebagai Adam dan Hawa itu memang ada. Itu pula yang sudah pernah saja kemukakan, bahwa Adam itu adalah yang terpilih dari sosok seangkatannya. Jadi, menurut pemahaman saya, saya tidak mengatakan bahwa Adam dan Hawa itu tidak ada. Melainkan, Adam dan Hawa itu berasal dari proses evolusi, dari tumbuhan, menjadi hewan, menjadi primata, kemudian dari antara primata yang ada, dipilhlah Adam dan Hawa. Sebab, yang menjadi permasalahan di benak saya ialah: Apakah benar, Tuhan dengan tanganNya mengambil tanah, membentuknya (seperti seorang pematung membentuk patung), kemudian setelah terbentuk sosok dari tanah itu, lalu Tuhan meniupkan nafas hidup kepada sosok itu, maka jadilah Adam. Sementara, saya haqqul yaqqin bahwa Tuhan itu adalah Roh, bukan fisik. Jadi, menurut saya, pemetaforaan dimana Tuhan mengambil tanah, membentuknya, kemudian meniupkan nafas hidup dan jadilah Adam, adalah merupakan ringkasan dari proses evolusi. Dengan demikian, kalau ada bukti, paling sedikit dari adanya keyakinan para Bapa Gereja yang meyakini bahwa Adam itu ada dan dimakamkan di Golgota, saya kira itu tidak saya sangsikan. |
Perhatikan bahwa:
1. Tuhan Allah turun dalam bentuk 3 Malaikat makan dirumahnya Abraham.
2. Tuhan Allah turun ke atas gunung untuk menuliskan 10 Perintah kedalam dua buah loh batu yang disimpan oleh Musa sampai dihancurkan.
3. Tuhan Allah turun kebumi berkelahi dengan Yakub dalam bentuk Malaikat.
4. Tuhan Allah turun kebumi dalam bentuk manusia bernama Yesus, dalam beberapa tradisi Gereja Katolik Orthodox, menciptakan burung Merpati dari tanah liat.
Lalu, apa masalahnya dengan Tuhan Allah menciptakan Adam dan Hawa dari tanah liat?
Husada wrote: |
Saya masih sulit menyakini bahwa Adam dan Hawa dicipta 'bersendirian', mengingat temuan-temuan arkelog yang dilatari metode ilmiah yang menyatakan bahwa usia fosil yang ditemukan sudah ratus ribuan bahkan jutaan tahun nan silam. Sementara kalau dihitung dari generasi-ke generasi dari Adam sampai ke Jesus Kristus, dengan mengambil rata-rata usia satu generasi adalah 1.000 tahun (pendekatan pada usia hidup Adam), maka usia bumi ini belum sampai sejuta tahun. |
St Yopi:
Usia bumi dengan semua penemuan fosil menurut Arkeolog menurut saya sama seperti penciptaam Adam dan Hawa, bumi juga diciptakan dalam keadaan TUA.
Husada wrote: |
Nah, saya tidak hendak menyangkal ajaran Gereja yang diturunkan melalui para Bapa Gereja (yang saya imani selalu disertai Roh Kudus). Menurut pemahaman saya, kalau dicermati dari links yang Yopi di atas, itu hanya membuktikkan bahwa Adam dan Hawa sebenarnya ADA. Links tersebut tidak bercerita tentang proses penciptaan Adam dan Hawa. Adakah dari partisipan yang dapat menyajikan penjelasan tambahan? Damai bagi LTBers sekalian. |
Saran saya, bersandarlah pada ajaran Gereja.
Husada wrote: | ||
|
Bukankah intinya tidak masalah dengan "ROH" yang Husada risaukan?
Entah dalam Roh maupun dalam bentuk "lain", bukan masalah bagi Tuhan Allah untuk menciptakan manusia dari tanah liat bukan?
Husada wrote: | ||||
Kalau Jesus Kristus yang memiliki fisik, mengambil tanah liat dan membentuk burung, kemudian membuat burung itu hidup, cukup berterima di akal saya. Tetapi kalau Roh, melakukan pekerjaan mengambil tanah, menurut saya, itu tidak akan terlihat oleh indra. Jadi, pemetaforaan penciptaan Adam dan Hawa, sampai saat ini, masih saya imani sebagai wahyu Roh Kudus kepada penulis Alkitab untuk menuliskannya seperti itu, dengan tujuan dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca Alkitab. |
St Yopi:
Idem diatas, masalah Roh tidak usah dirisaukan
Husada wrote: | ||
|
Hehehehe..... Malaikat adalah roh, dan mereka makan dan minum, kenapa menjadi aneh?
Jangan dirisaukan...
Husada wrote: | ||
Sekali lagi, menurut pemahaman saya, links yang yang Yopi quote di atas, itu hanya membuktikkan bahwa Adam dan Hawa sebenarnya ADA. Links tersebut tidak bercerita tentang proses penciptaan Adam dan Hawa. |
Penciptaan Adam dan Hawa adalah Literal, silahkan lihat
Husada wrote: | ||||
Namun, saya pikir, Gereja juga tidak mengajarkan bagaimana proses penciptaan Adam dan Hawa selain dari pemetaforaan, dimana Tuhan yang adalah Roh, dimetaforakan sebagai berwujud fisik, mengambil tanah, membentuknya, meniupkan nafas hidup kepada bentukan itu, maka jadilah Adam. Dan menurut saya, pemetaforaan itulah yang diringkaskan dari proses evolusi terbentuknya bumi dan segala isinya.
|
Perhatikan diatas, kemudian perhatikan ini:
1. Tahukah kamu bahwa ide mengenai evolusi pertama kali datang dari pihak gnostik?
The Fathers and Doctors of the early Church in the East and West everywhere proclaim the same doctrine, confirming it by philosophical arguments in their controversies with Paganism, Gnosticism and Manichæism; while the early Roman symbols, that of Nicæa and those of Constantinople repeat, in practically unvarying phrase, the universal Christian belief "in God the Father Almighty, Creator of Heaven and earth, of all things visible and invisible".
After the controversy with Paganism and the Oriental heresies had waned, and with the awakening of a new intellectual life through the introduction of Aristotle into the Western schools, the doctrine of creation was set forth in greater detail. The revival of Manichæism by the Cathari and the Albigenses called for a more explicit expression of the contents of the Church's belief regarding creation. 'This was formulated by the Fourth Lateran Council in 1215 [Denzinger, "Enchiridion", 428 (355)]. The council teaches the unicity of the creative principle — unus solus Deus; the fact of creation out of nothing (the nature of creation is here for the first time, doubtless through the influence of the schools, designated by the formula, condidit ex nihilo); its object (the visible and invisible, the spiritual and material world, and man); its temporal character (ab initio temporis); the origin of evil from the fact of free will.
The conflict with the false dualism and the emanationism introduced into the schools by the Arabian philosophers, especially Avicenna (1036) and Averroes (1198), brought out the more philosophically elaborated doctrine of creation found in the works of the greater Scholastics, such as Blessed Albert, St. Thomas, and St. Bonaventure. The Aristotelean theory of causes is here made use of as a defining instrument in the synthesis which is suggested by the well-known distich: —
Efficiens causa Deus est, formalis idea,
Finalis bonitas, materialis hyle
(Albertus Magnus, Summa, I, Tr. xiii; Q. liv, Vol. XXXI, p. 551 of Bosquet ed., Paris, 1895). On these lines the Schoolmen built their system, embracing the relation of the world to God as its efficient cause, the continuance of creation in God's conservation thereof and His concurrence with every phase of the creature's activity; the conception of the Divine idea as the archetypal cause of creation; the doctrine that God is moved to create (speaking by analogy with the finite will) by His own goodness, to which He gives expression in creation in order that the rational creature recognizing it may be led to love it and, by a corresponding mental and moral adjustment thereto in the present life, may attain to its complete fruition in the life to come; in other words that the Divine goodness and love is the source and final cause of creation both active and passive. Thus the application, by a constantly sustained analogy of the three causes — efficient, final, and formal (archetypal) — results in the Scholastic philosophy of creation. There being no previously existing material cause (hyle) of creation, the application of the fourth cause appears in the Scholastic theory on potency and materia prima, the radical and undifferentiated constituent of nature.
The idea of creation developed by the Scholastics passed without substantial change along that current of modern thought which preserved the essential elements of the Theistic-Christian world-view — that of Descartes, Malebranche, Leibniz — and of course along the continuous stream of traditional teaching within the Catholic Church. In the opposing current it disappears with Spinoza, and gives way to realistic Pantheism; with Fichte, Schelling, and Hegel, its place is taken by some phase of varying idealistic Pantheism; while in our own day Agnosticism (Spencer), materialistic Monism (Hackel), and spiritualistic Monism (Neo-Hegelianism and the New Theology) have been put forward as substitutes. Amongst recent Catholic theologians there is a practically uniform tendency to interpret the traditional and Scriptural data as postulating the creative act to account for the origin of unembodied spirits (the angels), of the primordial matter of the universe, and of the human soul. The development of the universe, the introduction of plant and animal life, the formation of the first human bodies can be explained by the administrative or formative activity of God, an activity which is sometimes called second creation (secunda creatio), and does not demand the creative act as such. Catholic philosophers develop the purely rational arguments for these same positions, except for the origin of the angelic world, which of course lies beyond the sphere of philosophy. The remainder of this article will offer a summary of the aforesaid theological and philosophical positions and their bases.
Arguments for creation:
http://newadvent.org/cathen/01129a.htm
http://newadvent.org/cathen/04470a.htm
Dasar Penciptaan termasuk Adam dan Hawa adalah LITERAL menurut Gereja Katolik Roma:
KGK 356 Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang “mampu mengenal dan mencintai Penciptanya” (Gaudium et Spes/GS 12,3): ialah “yang di dunia merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri” (GS 24,3): hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Ia diciptakan untuk tujuan ini, dan itulah dasar utama bagi martabatnya…”
KGK 357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.
KGK 358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada-Nya:
“Makhluk manakah yang diciptakan dengan martabat yang demikian itu? Itulah manusia, sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi, yang dalam mata Allah lebih bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya, sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan tidak ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada diri-Nya dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes Krisostomus, Serm. in Gen. 2,1).
KGK 359 “Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelmalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas” (GS 22,1).
“Rasul Paulus berbicara mengenai dua manusia, yang merupakan asal-usul umat manusia: Adam dan Kristus… Paulus mengatakan: ‘Adam, manusia pertama, menjadi makhluk hidup duniawi. Adam terakhir menjadi Roh yang menghidupkan’. Yang pertama diciptakan oleh Yang terakhir, dan juga mendapat jiwa dari Dia, supaya ia menjadi hidup… Adam terakhir inilah, yang mengukir citra-Nya atas yang pertama waktu pembentukan. Karena itulah, maka ia menerima sosok tubuhnya dan menerimanya, supaya Ia tidak kehilangan, apa yang Ia jadikan menurut citra-Nya. Adam pertama, Adam terakhir: Yang pertama mempunyai awal, yang terakhir tidak mempunyai akhir, karena yang terakhir ini sebenarnya yang pertama. Dialah yang mengatakan ‘Aku adalah Alfa dan Omega’” (Petrus Krisologus, sermo 117).
KGK 360 Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia” (Kis 17:26) Bdk. Tob 8:6..
Pandangan yang menakjubkan, yang memperlihatkan kepada kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam Allah… dalam kesatuan kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa rohani yang tidak dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya di dunia; dalam kesatuan pemukiman di bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak menggunakan hasil-hasilnya, supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan berkembang; dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan semua orang berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya, untuk mencapai tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus untuk semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1.
KGK 361 “Hukum solidaritas dan cinta ini” (ibid.) menegaskan bagi kita, bahwa kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari.
KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.
KGK 380 “Engkau menjadikan manusia menurut gambaran-Mu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya; agar dengan demikian dapat mengabdi kepada-Mu, satu-satunya Pencipta” (MR, Doa Syukur Agung IV 118).
KGK 1702 Citra Allah hadir dalam setiap manusia. Ia menjadi tampak dalam persekutuan manusia yang menyerupai kesatuan Pribadi-pribadi ilahi.
Paus Benediktus XVI Ekshortasi Apostoliknya Verbum Domini, mengajarkan demikian, “… Harus diingat bahwa pertama- tama dan yang utama, bahwa wahyu Kitab Suci berakar dalam sejarah…” (Verbum Domini, 42). Artinya kita sebagai umat Kristiani mengacu kepada prinsip bahwa Kitab Suci adalah kitab yang menyampaikan kebenaran yang sungguh terjadi dalam sejarah manusia. Dengan demikian, secara umum kita menerima bahwa apa yang disampaikan di dalam Kitab Suci adalah fakta yang sungguh terjadi secara historis, kecuali jika didukung oleh bukti- bukti/ argumen yang kuat yang membuktikan bahwa para penulis kitab bermaksud untuk menyampaikan perumpamaan atau alegori, ataupun arti lain yang berlainan dengan arti literal/ arti historis.
Secara khusus, Pontifical Biblical Commission di tahun 1909 mengajarkan bahwa ketiga bab pertama dalam Kitab Kejadian juga mempunyai nilai historis, artinya sungguh terjadi sehingga bukanlah hanya dongeng. Demikian terjemahannya:
Concerning the Historical Character of the First Three Chapters of Genesis
Pontifical Biblical Commission, June 30, 1909 (AAS 1 [1909] 567ff; EB 332ff; Dz 2121ff)
translated by E.F. Sutcliffe SJ
I: Do the various exegetical systems excogitated and defended under the guise of science to exclude the literal historical sense of the first three chapters of Genesis rest on a solid foundation?
Answer: In the negative.
II: Notwithstanding the historical character and form of Genesis, the special connection of the first three chapters with one another and with the following chapters, the manifold testimonies of the Scriptures both of the Old and of the New Testaments, the almost unanimous opinion of the holy Fathers and the traditional view which the people of Israel also has handed on and the Church has always held, may it be taught that: the aforesaid three chapters of Genesis Contain not accounts of actual events, accounts, that is, which correspond to objective reality and historical truth, but, either fables derived from the mythologies and cosmogonies of ancient peoples and accommodated by the sacred writer to monotheistic doctrine after the expurgation of any polytheistic error; or allegories and symbols without any foundation in objective reality proposed under the form of history to inculcate religious and philosophical truths; or finally legends in part historical and in part fictitious freely composed with a view to instruction and edification?
Answer: In the negative to both parts.
III: In particular may the literal historical sense be called in doubt in the case of facts narrated in the same chapters which touch the foundations of the Christian religion: as are, among others, the creation of all things by God in the beginning of time; the special creation of man; the formation of the first woman from the first man; the unity of the human race; the original felicity of our first parents in the state of justice, integrity, and immortality; the command given by God to man to test his obedience; the transgression of the divine command at the instigation of the devil under the form of a serpent; the degradation of our first parents from that primeval state of innocence; and the promise of a future Redeemer?
Answer: In the negative.
IV: In the interpretation of those passages in these chapters which the Fathers and Doctors understood in different manners without proposing anything certain and definite, is it lawful, without prejudice to the judgement of the Church and with attention to the analogy of faith, to follow and defend the opinion that commends itself to each one?
Answer: In the affirmative.
V: Must each and every word and phrase occurring in the aforesaid chapters always and necessarily be understood in its literal sense, so that it is never lawful to deviate from it, even when it appears obvious that the diction is employed in an applied sense, either metaphorical or anthropomorphical, and either reason forbids the retention or necessity imposes the abandonment of the literal sense?
Answer: In the negative.
VI: Provided that the literal and historical sense is presupposed, may certain passages in the same chapters, in the light of the example of the holy Fathers and of the Church itself, be wisely and profitably interpreted in an allegorical and prophetic sense?
Answer: In the affirmative.
VII: As it was not the mind of the sacred author in the composition of the first chapter of Genesis to give scientific teaching about the internal Constitution of visible things and the entire order of creation, but rather to communicate to his people a popular notion in accord with the current speech of the time and suited to the understanding and capacity of men, must the exactness of scientific language be always meticulously sought for in the interpretation of these matters?
Answer: In the negative.
VIII : In the designation and distinction of the six days mentioned in the first chapter of Genesis may the word Yom (day) be taken either in the literal sense for the natural day or in an applied sense for a certain space of time, and may this question be the subject of free discussion among exegetes?
Answer: In the affirmative.
Tentang Sifat Historis dari ketiga Bab Pertama di Kitab Kejadian
Komisi Kitab Suci Pontifikal, 30 Juni, 1909, (AAS 1 [1909] 567ff; EB 332ff; Dz 2121ff)
I. Apakah bermacam sistem eksegesis /telaah tekstual Kitab Suci yang mempelajari dan mempertahankan [argumen] dalam bentuk ilmu pengetahuan untuk mengabaikan arti literal historis dalam tiga bab pertama Kitab Kejadian, mempunyai dasar yang kuat?
Jawab: Tidak.
II. Meskipun adanya sifat dan bentuk historis dari Kitab Kejadian, hubungan khusus di antara ketiga bab pertama (antara satu bab dan ke dua bab lainnya dan sebaliknya), dan dengan bab- bab berikutnya, banyaknya kesaksian dalam Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Baru, pendapat para Bapa Gereja yang hampir sepakat dan pandangan tradisional yang telah dilestarikan oleh bangsa Israel dan yang selalu diyakini oleh Gereja, bolehkah diajarkan bahwa: (1) ketiga bab pertama Kitab Kejadian menceritakan bukan kejadian nyata yang sesuai dengan kenyataan obyektif dan kebenaran sejarah, tetapi entah dongeng yang diperoleh dari mitos dan kosmogoni dari bangsa- bangsa kuno dan diakomodasikan oleh pengarang suci menjadi ajaran monotheistik setelah dibersihkan dari kesalahan politheisme; atau perumpamaan, alegoris dan simbol- simbol tanpa dasar apapun dalam realita obyektif, yang disampaikan dalam bentuk sejarah untuk menanamkan kebenaran- kebenaran religius dan filosofis; atau (2) akhirnya [merupakan] legenda- legenda yang separuh historis dan separuh lagi fiksi yang disusun dengan bebas dengan pandangan untuk instruksi dan pengajaran?
Jawab: Tidak untuk keduanya[1]
III: Secara khusus, bolehkah meragukan arti historis literal dalam kasus kejadian- kejadian yang dikisahkan di bab- bab yang sama yang berkenaan dengan pondasi agama Kristiani: seperti antara lain, penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan pada awal mula; penciptaan manusia secara khusus; pembentukan wanita pertama dari pria pertama; kesatuan seluruh umat manusia; kebaikan asal mula dari orang tua pertama (Adam dan Hawa) dalam tingkat keadilan, integritas, dan tidak dapat mati; perintah Tuhan diberikan untuk menguji ketaatannya; pelanggaran terhadap perintah ilahi karena bujukan setan dalam rupa ular, penurunan tingkat orang tua pertama (Adam dan Hawa) dari keadaan awalnya yang tidak berdosa; dan janji akan Sang Penebus di masa mendatang?
Jawab: Tidak
IV. Di dalam interpretasi perikop- perikop itu di dalam bab- bab ini di mana para Bapa Gereja dan Pujangga Gereja memahaminya dengan cara yang berbeda- beda tanpa merumuskan sesuatu yang tertentu dan definitif, apakah diperbolehkan, tanpa terpengaruh pandangan Gereja dan dengan perhatian kepada analogi iman, untuk mengikuti dan mempertahankan pendapat yang mempercayakan diri sendiri kepada masing- masing [interpretasi tersebut]?
Jawab: Ya.
V. Apakah setiap kata dan frasa yang ada di bab- bab tersebut selalu dan harus dimengerti dalam arti literal, sehingga tidak pernah bolehlah bergeser sedikitpun darinya, bahkan ketika itu nampak jelas bahwa gaya bahasa digunakan di dalam artian yang berkenaan dengan, entah metaforik (perumpamaan) ataupun antropomorfis (pembandingan dengan keadaan manusiawi) dan entah akal sehat melarang pengingatan atau kebutuhan menekankan pengabaian arti literal?
Jawaban: Tidak
VI. Asalkan arti literal dan historis diasumsikan terlebih dahulu, bolehkah perikop- perikop tertentu di dalam bab- bab yang sama, dengan terang contoh dari para Bapa Gereja yang suci dan dari Gereja sendiri, diinterpretasikan dengan bijak dan berguna, sebagai arti alegoris (perumpamaan) dan profetis (nubuat)?
Jawab: Ya, boleh.
VII. Oleh karena bukan maksud dari para pengarang suci dalam penyusunan bab pertama Kitab Kejadian untuk memberikan pengajaran ilmiah tentang Konsititusi/ penciptaan benda- benda yang kelihatan dan keseluruhan keteraturan penciptaan, tetapi lebih kepada menyampaikan kepada bangsanya gambaran popular sesuai dengan gaya bahasa pada saat itu dan cocok dengan pemahaman dan kemampuan manusia, haruskah ketepatan bahasa ilmu pengetahuan selalu dengan teliti dicari di dalam interpretasi hal- hal ini?
Jawab: Tidak
VIII. Dalam penentuan dan pembedaan enam hari yang disebutkan di dalam bab pertama kitab Kejadian, bolehkah kata Yom (hari) diartikan entah dalam arti literal sebagai hari yang natural atau di dalam arti untuk dikenakan kepada sejumlah rentang waktu, dan bolehkan pertanyaan ini menjadi subyek diskusi bebas di antara para ahli Kitab Suci?
Jawab: Ya, boleh
*diterjemahkan oleh Ingrid Listiati- katolisitas.org
Umat Kristiani mengimani bahwa Kitab Suci ditulis oleh pengarang kitab atas ilham Roh Kudus; artinya tidak harus ia sendiri mengalami atau menjadi saksi kejadian tersebut, sebab Roh Kudus-lah yang mengilhami dia untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan faktanya, seperti yang dikehendaki oleh Allah. Dengan prinsip ini tidak harus Adam dan Hawa atau para saksinya (sekitar 4000-an BC) yang mengarang Kitab Kejadian; dan Tradisi Gereja mengajarkan kepada kita bahwa kelima kitab Musa (Pentateuch) yaitu Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan dikarang oleh Nabi Musa, yang hidup sampai sekitar 1406 BC; namun pengeditan naskah Pentateuch diselesaikan sekitar tahun 550 BC.
Dengan demikian, kisah Adam dan Hawa juga terjadi seperti adanya, yaitu bahwa ada sepasang manusia yang diciptakan Allah, dengan jiwa manusia yang diciptakan langsung oleh Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh manusia dibentuk dari material yang sudah ada (debu tanah) namun jiwanya langsung dihembuskan oleh Tuhan. Dengan demikian, seandainya dapat dibuktikan bahwa ada mahluk lain yang konon menyerupai manusia (tapi bukan manusia) dan berevolusi menjadi semakin mirip dengan manusia, yang ada sebelum manusia Adam dan Hawa, hal itu tetap tidak menyalahi interpretasi dari Kitab Kejadian (dalam hal ini jika perikop tersebut diartikan secara allegoris. Namun untuk mengatakan demikian, tentu harus ada buktinya terlebih dahulu secara ilmiah bahwa memang terjadi proses evolusi tersebut. Kitab Kejadian mencatat tubuh manusia diciptakan dari materi yang sudah ada -dalam hal ini debu tanah, namun pada saat penciptaan Adam dan Hawa, Allah mengubah materi/ tubuh yang sudah ada tersebut menjadi tubuh yang layak untuk menerima jiwa manusia. Sedangkan jiwa manusia diciptakan langsung oleh Tuhan dari ketiadaan. Lebih lanjut tentang teori evolusi dan iman, silakan klik.
Kitab Suci mencatat bahwa Adam dan Hawa mempunyai lebih dari 2 anak (Kain dan Habel). Adam dan Hawa mempunyai anak laki- laki lain yang bernama Set (Kej 4:25), dan selanjutnya ia memperanakkan anak-anak laki- laki dan perempuan (lih. Kej 5:4) namun tidak disebutkan jumlahnya dan nama- namanya. Selanjutnya ada prinsip- prinsip lain yang perlu diketahui, yaitu:
1. Gereja Katolik percaya bahwa seluruh umat manusia diturunkan dari Adam dan Hawa, “Magisterium Gereja Katolik mengajarkan tentang dosa asal, yang berasal dari dosa yang dilakukan oleh seorang Adam [manusia pertama], dan yang diturunkan kepada semua orang….” (Paus Pius XII, Humani Generis 37). Artinya, Gereja Katolik mengajarkan monogenism dan menolak polygenism; sebab kita percaya bahwa semua manusia diturunkan dari sepasang manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa. Kitab Suci mengajarkan bahwa semua manusia diturunkan dari Adam:
“Dari satu orang saja Ia [Tuhan] telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi …..” (Kis 17:26)
Hal ini penting, sehubungan dengan kebenaran yang lain, bahwa oleh satu orang manusia (Adam) seluruh umat manusia jatuh dalam dosa, dan oleh satu orang manusia yang lain (Kristus) seluruh umat manusia diselamatkan dari dosa. Hal ini jelas diajarkan oleh Rasul Paulus dalam perikop Adam dan Kristus, Rom 5:21-21.
2. Oleh karena itu, konsekuensinya, maka memang pada masa- masa awal sejarah manusia, terjadi ‘intermarry‘/ perkawinan sesama saudara atau incest. Walaupun memang kemudian, setelah jumlah manusia sudah mulai banyak, perkawinan sesama saudara tersebut dilarang oleh Tuhan (Im 18:6-18), demi kebaikan manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan pada saat ini menyatakan alasannya mengapa hal tersebut dapat menimbulkan/ mempunyai resiko besar akan ketidaknormalan pada keturunan pasangan dari perkawinan antar saudara tersebut.
3. Sedangkan bagaimana dari Adam dan Hawa dapat diturunkan berbagai macam ras dan bangsa dengan ciri khas yang berbeda, itu bentuk alami dari perubahan kulit akibat cuaca, hanya sekedar adaptasi, dan seperti halnya juga dengan bahasa yang berbeda dll.
Pandangan orang-orang yang menginginkan bahwa Tuhan Allah dan segala isi dunia HARUS dapat dijelaskan secara ilmiah telah dijawab dengan sangat baik oleh Gereja Katolik Roma melalui seorang Bapa Gereja yang merupakan seorang Doktor dan Ilmuwan yaitu St Agustinus bahwa sama seperti sebuah lubang sumur kecil yang tidak bisa menampung isi samudera, demikian juga dengan sebuah otak manusia tidak bisa menampung keagungan Tuhan dalam ilmu pengetahuannya!
Semoga kita semua disadarkan kembali dari semua kesombongan kita yang ingin menyamai Tuhan seperti Lucifer.
Amin.
Husada wrote: | ||
Damai bagi LTBers sekalian. Ingin memberi komentar pada menggunakan waktu yang ada. Saya pikir, KGK 356, KGK 357, KGK 358, KGK 359, KGK 360, KGK 361, tidak membicarakan teknis penciptaan manusia. Justru pada yang bergaris bawah di
Demikian juga, KGK 380, KGK 1702, juga tidak melukiskan teknis penciptaan manusia. |
Sayangnya KGK dipisah-pisah, padahal diberikan cukup lengkap!
Penjelasan tersebut bertentangan dengan KGK-KGK lain yang telah diberikan:
KGK 357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.
KGK 359 “Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelmalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas” (GS 22,1).
“Rasul Paulus berbicara mengenai dua manusia, yang merupakan asal-usul umat manusia: Adam dan Kristus… Paulus mengatakan: ‘Adam, manusia pertama, menjadi makhluk hidup duniawi. Adam terakhir menjadi Roh yang menghidupkan’. Yang pertama diciptakan oleh Yang terakhir, dan juga mendapat jiwa dari Dia, supaya ia menjadi hidup… Adam terakhir inilah, yang mengukir citra-Nya atas yang pertama waktu pembentukan. Karena itulah, maka ia menerima sosok tubuhnya dan menerimanya, supaya Ia tidak kehilangan, apa yang Ia jadikan menurut citra-Nya. Adam pertama, Adam terakhir: Yang pertama mempunyai awal, yang terakhir tidak mempunyai akhir, karena yang terakhir ini sebenarnya yang pertama. Dialah yang mengatakan ‘Aku adalah Alfa dan Omega’” (Petrus Krisologus, sermo 117).
KGK 380 “Engkau menjadikan manusia menurut gambaran-Mu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya; agar dengan demikian dapat mengabdi kepada-Mu, satu-satunya Pencipta” (MR, Doa Syukur Agung IV 118).
KGK 1702 Citra Allah hadir dalam setiap manusia. Ia menjadi tampak dalam persekutuan manusia yang menyerupai kesatuan Pribadi-pribadi ilahi.
Husada wrote: | ||
Kemudian, yang bergaris bawah berikut ini,
Saya kira, penemuan fosil purba kala yang diuji dengan ilmu pengetahuan, dan disimpulkan berusia ratus ribu bahkan jutaan tahun silam, adalah bukti yang kuat. Sementara di sisi lain, dengan mengasumsikan usia satu generasi adalah 1.000 tahun (seumur Adam), menghitung dari Adam sampai Jesus Kristus, belum sampai ratusribuan tahun. |
Sungguh menggelikan, pernyataan Paus bahwa:
"kita sebagai umat Kristiani mengacu kepada prinsip bahwa Kitab Suci adalah kitab yang menyampaikan kebenaran yang sungguh terjadi dalam sejarah manusia."
Kebenaran tersebut coba dilawan dengan science, sungguh aneh, mencoba memutar balikkan Kitab Suci menjadi "dongeng" atau "kiasan", padahal jelas Paus mengatakannya sebagai "kitab yang menyampaikan kebenaran yang sungguh terjadi dalam sejarah manusia"!!!
Husada wrote: | ||
|
Evolusi ditolak oleh Gereja, alasannya sederhana, Jiwa dan Roh tidak mungkin berevolusi, dengan demikian manusia tidak berevolusi!!!
Husada wrote: | ||
|
Bentuk pembangkangan terhadap Gereja!
Husada wrote: | ||
|
Surat Ensiklik Paus
Husada wrote: | ||
|
Tidak boleh, karena Evolusi berhadapan dengan Surat Ensiklik Paus Pius XII yang menolak evolusi karena jiwa dan roh tidak berevolusi, tetapi diciptakan/diberikan!!!
Husada wrote: | ||
|
Surat Ensiklik Paus Pius XII
Husada wrote: | ||
|
Surat Ensiklik Paus Pius XII
Husada wrote: | ||
|
Surat Ensiklik Paus Pius XII
Husada wrote: | ||
|
St Yopi:
Dasar Kebenaran yang tidak dapat salah Gereja Katolik Roma terdiri dari Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
Perhatikan Surat Ensiklik Paus Pius XII yang tidak dapat salah!
Husada wrote: | ||||||||||||
|
Perhatikan Surat Ensiklik Paus Pius XII
Husada wrote: | ||
|
Semoga demikian adanya.
Pada tahun 1950, Paus Pius XII mengumumkan secara resmi Humani Generis, lima puluh tahun kemudian, Paus Yohanes Paulus II, sembari menyatakan bahwa bukti-bukti ilmiah saat ini tampak lebih mendukung teori evolusi, menegaskan kembali penjelasan Paus Pius XII mengenai jiwa manusia: "Bahkan apabila tubuh manusia berasal dari benda-benda hidup yang telah ada sebelumnya, jiwa spiritual tetap secara spontan diciptakan oleh Tuhan"
"Surat Ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII"
ENCYCLICAL HUMANI GENERIS OF THE HOLY FATHER PIUS XII
TO OUR VENERABLE BRETHREN, PATRIARCHS, PRIMATES, ARCHBISHOPS, BISHIOPS, AND OTHER LOCAL ORDINARIES
ENJOYING PEACE AND COMMUNION WITH THE HOLY SEE
CONCERNING SOME FALSE OPINIONS THREATENING TO UNDERMINE
THE FOUNDATIONS OF CATHOLIC DOCTRINE
No 36.
http://www.vatican.va/holy_father/pius_xii/encyclicals/documents/hf_p-xii_enc_12081950_humani-generis_en.html
Semoga dicerahkan!
Bagi non Katolik, silahkan terjemahkan atau tafsirkan Alkitab sesuka hati, anda merdeka didalamnya.
Bagi umat Katolik, tunduk pada ajaran Gereja!. Selesai!
Jiwa dan Roh diciptakan! TIDAK BEREVOLUSI!
Pada tahun 1950, Paus Pius XII mengumumkan secara resmi Humani Generis, lima puluh tahun kemudian, Paus Yohanes Paulus II, sembari menyatakan bahwa bukti-bukti ilmiah saat ini tampak lebih mendukung teori evolusi, menegaskan kembali penjelasan Paus Pius XII mengenai jiwa manusia: "Bahkan apabila tubuh manusia berasal dari benda-benda hidup yang telah ada sebelumnya, jiwa spiritual tetap secara spontan diciptakan oleh Tuhan"
"Surat Ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII"
ENCYCLICAL HUMANI GENERIS OF THE HOLY FATHER PIUS XII
TO OUR VENERABLE BRETHREN, PATRIARCHS, PRIMATES, ARCHBISHOPS, BISHIOPS, AND OTHER LOCAL ORDINARIES
ENJOYING PEACE AND COMMUNION WITH THE HOLY SEE
CONCERNING SOME FALSE OPINIONS THREATENING TO UNDERMINE
THE FOUNDATIONS OF CATHOLIC DOCTRINE
No 36.
http://www.vatican.va/holy_father/pius_xii/encyclicals/documents/hf_p-xii_enc_12081950_humani-generis_en.html
Karena menurut science manusia berevolusi (berasal dari species lain), sedangkan jiwa dan roh tidak berevolusi, hal mana yang menyebabkan sampai saat ini science tidak mengakui adanya jiwa dan roh.
Science hanya mengakui tubuh manusia, dengan hidup berdasarkan "kemampuan berbagai senyawa kimiawi" didalam sebuah "organ biologis" yang diolah menjadi sebuah "sistem bioelektromagnetik" yang menghasilkan berbagai energi untuk "menggerakkan" seluruh unsur tubuh yang kemudian berinteraksi dan bereaksi terhadap semua hukum fisika didalam alam.
Jiwa dan Roh sama sekali tidak diakui oleh science, itulah sebabnya jiwa dan roh menjadi "batu sandungan" bagi "teori" evolusi.
Masalah terbesar adalah bahwa dalam ajaran iman dan moral (Gereja), 3 hal yaitu tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan utuh yang merupakan ciptaan Tuhan, bukanlah partial yang dapat berdiri sendiri.
Sedangkan bagi science, tubuh sama sekali tidak ada hubungannya dengan jiwa dan roh, karena jiwa dan roh itu tidak ada, hanyalah "khayalan" atau "ilusi" dari hal bernama iman dan atau agama.
Hal ini dikarenakan selama ribuan tahun, tidak ada bukti ilmiah mengenai jiwa dan roh dalam penelitian jutaan scientist yang masih hidup atau sudah mati!
Hal yang sama dimana science juga menolak adanya God atau Tuhan!
Inilah sebabnya teori evolusi sama sekali tidak mendapat tempat didalam ajaran iman dan moral Gereja, karena jelas bertentangan dengan kesatuan akan tubuh, jiwa dan roh, yang ketiganya adalah satu menurut St Paulus didalam Alkitab!
Dengan demikian, teori evolusi haruslah ditolak dengan iman yang penuh dan sadar oleh seluruh umat Kristen didalam Gereja Katolik Roma (umat Katolik), karena bertentangan dengan 3 pilar kebenaran yang tidak dapat salah, yaitu:
1. Alkitab.
2. Tradisi Suci.
3. Magisterium Gereja.
Semoga, semua umat Katolik tidak tergoda dengan bujuk rayu lucifer dengan "buah pengetahuan"nya yang ujung-ujungnya hanya untuk menyeret kita kelubang siksa abadi karena menolak adanya jiwa, roh bahkan Tuhan itu sendiri!!!
Kembalilah pada ajaran Gereja-Nya.
Hal yang masih menjadi tanda tanya bagi saya adalah, orang-orang yang menyembah Tuhan dan mengakui kebenaran Gereja, disisi lain mereka mengakui kebenaran science yang TIDAK MENGAKUI TUHAN.
Only God knows why!
Bruce: |
'Adam' adalah manusia yang pertama dari ribuan 'manusia lain' |
Mari kita lihat dan bedah artinya:
Bruce: |
memiliki kemampuan berpikir |
Cacat mental bukan manusia?
Bruce: |
memiliki roh/jiwa |
roh dan jiwa tidak sama, menurut St Paulus didalam Alkitab
Bruce: |
dan kemampuan untuk berinteraksi dengan Sang Pencipta. |
Yang atheis dan atau mayoritas mereka yang mengklaim dirinya sainstis BUKAN manusia?
Husada wrote: | ||||||||||||||||||
Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia mati. Selanjutnya, Jesus Kristus melalui para muridNya, meniupkan Roh Kudus kepada manusia, sambil berkata, "Terimalah Roh Kudus", maka sejak itu pula manusia kembali hidup, yaitu mereka yang menerima Roh Kudus melalui baptisan yang diteruskan oleh para murid Jesus Kristus. Bagi mereka yang tidak menerima Roh Kudus, ya tetap saja mati, meski secara bologis dikatakan hidup. Karena itu pula menurut saya maka mereka yang tidak menerima Roh Kudus sering menggunakan logika terbaolak-balik.
Menurut saya, dalam beberapa kasus, Tuhan hanya membedakan dunia dan dan sorga. Bila manusia memilih dunia, maka maut upahnya. Jika manusia memilih sorga, maka hidup upahnya.
|
Begini Mod, dikarenakan Alkitab sendiri sudah jelas mendukung Surat Ensiklik Paus Pius XII mengenai Humanis Generis dalam hal ini jiwa dan roh tidak berevolusi, yaitu berdasarkan ayat bahwa tubuh, jiwa dan roh adalah satu:
1 John 5:7-8
ὅτι τρεῖς εἰσιν οἱ μαρτυροῦντες, τὸ πνεῦμα καὶ τὸ ὕδωρ καὶ τὸ αἷμα καὶ οἱ τρεῖς εἰς τὸ ἕν εἰσιν.
For there are three that bear record in heaven the Father the Word and the Holy Ghost and these three are one, and there are three that bear witness in earth the Spirit and the water and the blood and these three agree in one
Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu, dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi, Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
1Tes. 5:23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.
Ibr. 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Efesus 4:4-5
satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
Saya rasa case closed untuk umat Katolik.
Salam
Catatan: ilmu jiwa (psikologi) bukan ilmu yang mempelajari jiwa manusia, jadi jelas tidak diperhitungkan bahwa jiwa itu diakui oleh science!!!
Psychology is an academic and applied discipline that involves the scientific study of mental functions and behaviors.
https://en.wikipedia.org/wiki/Psychology
Jadi, psikologi itu mempelajari MENTAL dan KEBIASAAN, bukan JIWA MANUSIA!!!
Ini belum lagi yang namanya "ilmu Tuhan" alias Theology, jelas bukan masuk ranah science!!!
Psychology is an academic and applied discipline that involves the scientific study of mental functions and behaviors.
https://en.wikipedia.org/wiki/Psychology
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi
Secara etimologis, sama saja dengan Theology, ilmu tentang Tuhan, apakah masuk ranah science juga?
Lalu, apakah Jiwa atau Soul menurut Science?
When modern scientists speak of the soul outside of this cultural context, they generally treat soul as a poetic synonym for mind. Francis Crick's book, The Astonishing Hypothesis, for example, has the subtitle, "The scientific search for the soul". Crick held the position that one can learn everything knowable about the human soul by studying the workings of the human brain. Depending on one's belief regarding the relationship between the soul and the mind, then, the findings of neuroscience may be relevant to one's understanding of the soul. Skeptic Robert T. Carroll suggests that the concept of a non-substantial substance is an oxymoron, and that the scholarship done by philosophers based on the assumption of a non-physical entity has not furthered scientific understanding of the working of the mind.
https://en.wikipedia.org/wiki/Soul_(spirit)#Science
Jiwa atau Soul menurut Science adalah MIND atau pikiran manusia!
Sedangkan Jiwa atau Soul menurut Gereja adalah Nyawa.
According to a common Christian eschatology, when people die, their souls will be judged by God and determined to spend an eternity in Heaven or in Hell. Though all branches of Christianity –Catholics, Eastern Orthodox and Oriental Orthodox, Evangelical or mainline Protestants – teach that Jesus Christ plays a decisive role in the salvation process.
https://en.wikipedia.org/wiki/Soul_(spirit)#Christianity
Menurut ajaran Gereja:
1. Tubuh: dari debu kembali ke debu
2. Jiwa: Nyawa, kehidupan, identitas, ketika dibangkitkan, jiwa inilah yang ke Surga untuk berbahagia atau keneraka untuk disiksa
3. Roh: berasal dari Allah, termasuk didalamnya 7 karunia Roh. tanpa Roh, atau kehilangan salah satu atau bahkan semua 7 karunia Roh, maka manusia tersebut sama dengan orang gila. Roh akan kembali kepada Allah ketika seseorang telah wafat.
The use of this term to signify the supernatural life of grace is the explanation of St. Paul's language about the spiritual and the carnal man and his enumeration of the three elements, spirit, soul, and body.
http://newadvent.org/cathen/14220b.htm
Saya kira masalah jiwa dan roh jelas tidak masuk ranah science, berbeda dengan tubuh yang diakui oleh science.
Dengan adanya Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium yang menegaskan mengenai jiwa dan roh tidak berevolusi, dengan tubuh, jiwa dan roh adalah satu, maka dengan demikian jelas menurut Gereja manusia TIDAK berevolusi.
Silahkan saja mahluk hidup lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dll berevolusi menurut science, namun tidak bagi manusia.
Dengan demikian, ajaran iman dan moral Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa penciptaan Adam dan Hawa adalah LITERAL.
Salam
Catatan:
Soul: http://newadvent.org/cathen/14153a.htm
Spirit: http://newadvent.org/cathen/14220b.htm
Bruce: |
Manusia dan binatang, tidak berbeda secara fisik. Bahkan DNA manusia dengan DNA chimpanse cuma berbeda 2%. |
Itu mah berbeda, mau 2% kek, 1% kek, tetep aja berbeda!
Kalau ada manusia yang mengklaim dirinya sama dengan simpanse, itu haknya dia
| |
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah kemampuan mengenal Tuhan. Itupun karena kita tidak tahu apakah hewan juga 'berdoa' atau tidak. |
Menurut ajaran Gereja, Tuhan datang menebus HANYA untuk manusia, itu aja sudah jelas kok bedanya
| ||
Hewan yang satu dengan hewan yang lain pun berbeda koq. Dan beda 2% itu sangat kecil. Menolak chimpanse sebagai 'kerabat jauh' tidak menjadikan seseorang lebih manusia dibanding yang bisa menerimanya. |
Jangankan menolak simpanse sebagai kerabat jauh, lha wong mencintai simpanse dan seluruh binatang saja dilarang oleh Gereja, karena mencintai hanya untuk menusia (KGK).
Jadi, kalau ada yang ngotot dia masih kerabat jauh atau bahkan sama dengan simpanse, siapa yang berhak melarang dia?
Dan silahkan siapa saja mengklaim nenek moyangnya adalah monyet, tidak ada yang melarang kok
Kami mengklaim bahwa nenek moyang kami adalah Adam dan Hawa yang diciptakan LANGSUNG oleh Tuhan Allah!
| ||
Itu karena anda bicara hanya dari sudut pandang manusia. |
Saya berbicara sesuai dengan ajaran iman dan moral dari Gereja Katolik Roma.
| |||
Untunglah tidak semua manusia di bumi ini memahami KGK seperti yang anda pahami. Karena kerusakan bumi pasti lebih parah lagi. Tidak ada lagi para pecinta hewan, hewan akan segera punah, yang segera disusul oleh manusia. Untung tidak banyak pembaca KGK seperti anda. |
Memelihara dan atau menjaga tidak harus mencintai.
Ini hal mudah, tetapi menjadi sulit apabila pakai "science"
| |||
manusia yang menyatakan bahwa nenek moyangnya adalah monyet. Itu merupakan pernyataan yang sangat keliru, dan membuktikan bahwa yang menyatakannya tidak memahami apa yang dibacanya dari teori evolusi. |
Teori Evolusi yang mana neh? Kalau bukan dari Homo Sapiens sampai Homo "Monyetus"?
| |||
Mengenai Adam dan Hawa literal, mengucapkannya memang lebih mudah, tetapi membuktikannya? .... Ha ha ha ha... |
Karena berdasarkan ajaran Gereja, maka buktinya adalah ajaran Gereja itu sendiri, bukan science
| |||
Untunglah saya memiliki iman yang lebih cerdas dibandingkan iman yang mati. |
Alkitab, Tradisi Suci, magisterium Gereja (KGK, Surat Ensiklik) sudah diberikan, iman "cerdas yang hidup" seperti apa? Seperti si Darwin?
Jelas-jelas Gereja menolak Evolusi karena Jiwa dan Roh tidak berevolusi, kok bisa-bisanya mengklaim punya iman Katolik dengan embel-embel "cerdas" namun tetap melawan Gereja dengan menerima Evolusi Manusia?
|
Itulah bedanya antara iman literal dan iman yang cerdas dan mau berpikir. |
St Yopi:
Tidak ada definisi dari ajaran Gereja Katolik Roma mengenai iman literal dan iman cerdas+berpikir, mau bikin definisi dan ajaran sendiri?
| ||||
Tidak ada yang melarang kalau anda tetap berpegang pada ajaran 3500 tahun lalu, kalau saya jelas tidak mau. |
St Yopi:
Iman Katolik seperti itu, berpegang pada Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
Yang tidak berpegang pada ketiganya, jelas bukan iman Katolik!
Husada wrote:Saya tidak sependapat. Kalo dikatakan bahwa ajaran Gereja berbeda dengan ajaran science, saya sependapat. Karena menurut saya, ajaran science dan ajaran Gereja, bagi saya seperti rel kereta, yang tidak pernah bersentuhan, tetapi selalu sejajar menuju ke arah yang sama. Jadi, bukan bertolak belakang.
Saya tidak melihat pertentangan antara ajaran Gereja dengan ajaran science, sebab, bagi saya, bahan kajian keduanya memang berbeda.
Menurut pemahaman saya, ajaran Gereja tidak serta merta menyatakan bahwa Teori Evolusi salah. Terbukti dari KGK yang telah terkutip terdahulu, menurut pemaknaan saya, tidak satupun yang menyatakan bahwa Teori Evolusi salah.
Silahkan saja tidak sependapat, namun perlu diingat bahwa karena semua referensi situs Katolik termasuk situs resmi Vatican yaitu Vatican Official Website atau Catholic Encyclopedia maupun versi Indonesia seperti Katolisitas atau St Yopi semuanya hal yang sama, yaitu menyatakan Gereja Katolik Roma menolak Teori Evolusi.
Hal ini terutama karena jiwa dan roh tidak berevolusi, karena manusia menurut Gereja Katolik Roma terdiri dari tubuh, jiwa dan atau roh, dan ketiganya adalah satu, maka jelas manusia menurut Gereja Katolik Roma tidak berevolusi.
Silahkan klik disini: Catholic Encyclopedia: Evolution
One of the most important questions for every educated Catholic of today is: What is to be thought of the theory of evolution?
...
And the human soul could not have been derived through natural evolution from that of the brute, since it is of a spiritualnature; for which reason we must refer its origin to a creative act on the part of God.
Silahkan klik disini: Catholic Encyclopedia: Evolution (History and Scientific Foundation)
The most important general conclusions to be noted are as follows:—
- The origin of life is unknown to science.
- The origin of the main organic types and their principal subdivisions are likewise unknown to science.
- There is no evidence in favour of an ascending evolution of organic forms.
- There is no trace of even a merely probable argument in favour of the animal origin of man. The earliest human fossils and the most ancient traces of culture refer to a true Homo sapiens as we know him today.
- Most of the so-called systematic species and genera were certainly not created as such, but originated by a process of eithergradual or saltatory evolution. Changes which extend beyond the range of variation observed in the human species have thus far not been strictly demonstrated, either experimentally or historically.
- There is very little known as to the causes of evolution. The greatest difficulty is to explain the origin and constancy of "new" characters and the teleology of the process. Darwin's "natural selection" is a negative factor only. The moulding influence of the environment cannot be doubted; but at present we are unable to ascertain how far that influence may extend. Lamarck's"inheritance of acquired characters" is not yet exactly proved, nor is it evident that really new forms can arise by "mutation". In our opinion the principle of "Mendelian segregation", together with Darwin's natural selection and the moulding influence of environment,will probably be some of the chief constituents of future evolutionary theories.
Sumber ini, telah mendapat:
Nihil Obstat. May 1, 1909. Remy Lafort, Censor. Imprimatur. +John M. Farley, Archbishop of New York.
Yang menjadi keheranan adalah, ketika semua sumber resmi maupun tidak resmi Gereja Katolik Roma MENOLAK TEORI EVOLUSI, mengapa ada umat yang keras kepala membangkang dan melawan ajaran Gereja?
Kemungkinan besar yang terbaik adalah mereka adalah non Katolik Roma, atau tidak tahu ajaran Gereja Katolik Roma!
Salam
Catatan:
Berikut daftar mujizat Yesus Kristus:
- Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Matius 8:1-4)
- Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Matius 8:5-13)
- Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Matius 8:14-17)
- Yesus meredakan angin ribut (Matius 8:23-27)
- Yesus menyembuhkan dua orang yang kerasukan (Matius 8:28-34)
- Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Matius 9:1-8)
- Yesus menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan (Matius 9:18-26)
- Yesus menyembuhkan mata dua orang buta (Matius 9:27-31)
- Yesus menyembuhkan seorang bisu (Matius 9:32-34)
- Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Matius 12:9-15a)
- Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (Matius 12:9-15a)
- Yesus memberi makan lima ribu orang (Matius 14:13-21)
- Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33)
- Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Matius 14:34-36)
- Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan (Matius 15:22-28)
- Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Matius 15:29-31)
- Yesus memberi makan empat ribu orang (Matius 15:32-39)
- Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan (Matius 17:14-18)
- Yesus membayar bea untuk Bait Allah (Matius 17:27)
- Yesus menyembuhkan dua orang buta (Matius 20:29-34)
- Yesus mengutuk pohon ara (Matius 21:18-19)
- Kebangkitan Yesus (Matius 28:1-10)
- Yesus mengusir roh jahat di Kapernaum (Markus 1:23-28)
- Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Markus 1:29-34)
- Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Markus 2:1-12)
- Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Markus 3:1-6)
- Yesus menyembuhkan banyak orang (Markus 3:7-12)
- Yesus meredakan angin ribut (Markus 4:35-41)
- Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Markus 5:1-20)
- Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Markus 5:21-43)
- Yesus memberi makan lima ribu orang (Markus 6:30-44)
- Yesus berjalan di atas air (Markus 6:45-52)
- Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Markus 6:45-52)
- Yesus menyembuhkan seorang tuli (Markus 7:31-37)
- Yesus memberi makan empat ribu orang (Markus 8:1-10)
- Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida (Markus 8:22-26)
- Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu (Markus 9:14-29)
- Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52)
- Kebangkitan Yesus (Markus 16:1-8)
- Yesus melepaskan diri dari orang-orang yang hendak mencelakakan Dia (Lukas 4:28-30)
- Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang lain (Lukas 4:38-41)
- Yesus memanggil Petrus dan saudaranya (Lukas 5:1-11)*Yesus melakukan mujizat melalui Simon
- Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Lukas 5:12-16)
- Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26)
- Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Lukas 6:6-11)
- Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10)
- Yesus membangkitkan anak muda di Nain (Lukas 7:11-17)
- Yesus meredakan angin ribut (Lukas 8:22-25)
- Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Lukas 8:26-39)
- Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Lukas 8:40-56)
- Yesus memberi makan lima ribu orang (Lukas 9:10-17)
- Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Lukas 9:37-43a)
- Yesus menyembuhkan perempuan bungkuk yang dirasuk roh (Lukas 13:10-17)
- Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Lukas 14:1-6)
- Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta (Lukas 17:11-19)
- Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Lukas 18:35-43)
- Yesus menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Lukas 22:50-51)
- Kebangkitan Yesus (Lukas 24:1-12)
- Yesus mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:1-10)
- Yesus menyembuhkan anak seorang pegawai istana (Yohanes 4:46-53)
- Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda (Yohanes 5:1-9)
- Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-12)
- Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:38)
- Kebangkitan Yesus (Yohanes 20:1-10)
- Yesus memberikan hasil tangkapan ikan yang luar biasa (Yohanes 21:4-6)
Silahkan klik disini: Wikipedia: Miracle of Jesus
Mungkin bisa dijelaskan pakai science?
Salam
* LTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar